Saikyou Mahoushi no Inton Keikaku Volume 01 Chapter 01 Bahasa Indonesia

Saikyou Mahoushi no Inton Keikaku Novel Indonesia

Part 1 Chapter 1


1. Dunia Baru yang Buruk
Fasilitas riset guru terpisah dari gedung akademi dan merupakan bangunan eksperimental yang baru dibangun. Satu ruangan di dalam gedung itu berkali-kali luasnya dari ruangan guru itu sendiri. Ruangannya begitu luas, karena satu ruangan mengisi dalam satu lantai. Dan ruangan tersebut sepenuhnya digunakan oleh satu siswa baru yang membuat para guru heran.

Sudah menjadi aturan bagi semua siswa baru agar tinggal di asrama tanpa terkecuali. Kebijakan ini diterapkan oleh pemerintah untuk menekan skandal apa pun yang pasti akan terjadi. Sangat mudah bagi penyihir amatir menggunakan sihir untuk motif yang egois dan berbahaya. Pernah suatu ketika ada kasus di mana bahkan masalah sepele pun bisa menyebabkan bencana dan kepanikan di masa lalu. Sebelum itu mencapai ke telinga publik, negara harus mengubah kebijakan Akademi Pelatihan Sihir. Karena jika tidak, hal itu akan secara langsung menurunkan jumlah kekuatan nasional yang dimiliki negara.

“Semua peralatan canggih ini… aku tidak bisa keluhan meskipun telah terdaftar di akademi yang menyebalkan ini.” (Alusu)

Sudah menjadi aturan dalam akademi untuk para alumni melanjutkan langsung ke dinas militer. Itu bisa dimengerti, para siswa tidak akan bisa lepas dari kewajiban ini karena akademi tersebut merupakan bagian dari militer.

Bagi Alusu yang dibesarkan dalam pelatihan sihir sejak kecil, gagasan tentang tugas militer sudah menjadi hal biasa baginya.

Dia menaruh sedikit barang bawaannya ke kamar tidur dan bersegera menuju ke rak buku. Di rak buku, semua buku yang dia minta tersedia di sana. Buku-buku itu berisi pengetahuan yang sangat berbeda dari sihir dasar pada umumnya dan sesuatu yang tidak praktis untuk digunakan. Dari segi bentuknya saja itu adalah buku-buku tua yang langka. Ada pepatah yang mengatakan, kau harus belajar dari ajaran pendahulumu. Teori-teori kosong yang tidak teruji dalam penelitian dan kemungkinan sihir bercabang dengan berbagai metode yang tak terpikirkan sama sekali bisa ditemukan di sana. Karena dukungan dari ide-ide luar biasa seperti itulah yang mendorong perkembangan sihir sejauh ini.

Dia bisa pergi ke perpustakaan dan menemukan bagian-bagian yang tidak bisa diuji dari penelitian. Dan tidak ada tempat yang lebih baik untuk belajar tentang sihir selain di sini, di akademi sihir.

Dia dengan cepat membolak-balikan buku-buku dan memastikan bahwa semua itu berharga. Untuk memasok begitu banyak buku ke satu orang biasanya tidak mungkin. Namun, Alusu telah menyajikan banyak teori, hasil penelitian, dan memainkan peran dalam semua perkembangan sihir. Seperti yang dijanjikan gubernur, ia pasti bisa memimpikan kehidupan yang memuaskan di sini.

Seseorang kemudian mengetuk pintu beberapa kali.

“Silakan masuk.”(Alusu)

Saat dia mengatakan itu, seorang wanita berseragam lengkap datang dengan senyum tanpa emosi. Kecantikan yang tiada duanya. Selain itu dia memiliki tubuh yang anggun dengan semua lekuk tubuh yang pas, memberinya pesona orang dewasa.

“Senang berjumpa denganmu. Aku adalah ketua dewan akademi ini, Cisty Nexophia. Salam kenal, Alusu-kun.”(Cisty)

Dia adalah seorang selebriti yang juga dikenal sebagai 【Witch】. Walaupun dia telah pensiun dari garis depan, tetapi dari kekuatan magis yang bocor ke sekitar, masih menimbulkan hawa haus darah yang membuatnya tidak merasa melemah sedikit pun.

“Aku sudah banyak mendengar tentangmu, 【Witch】 Cisty-dono. Aku Alusu Reigin. Setelah aku selesai merapikan, aku berencana untuk memberimu salam. “(Alusu)

Sampai-sampai pensiun dari tugas aktif, ketua jelas tidak muda lagi. Tetapi tidak peduli dari sudut mana kau melihatnya, ia tampak seperti berusia 20-an; itu mungkin salah satu alasan mengapa dia dipanggil 【Witch】. Rambut cokelatnya yang mengkilap nan anggun terentang dan melambai-lambai di pinggangnya. Bahkan melalui pakaian pada area di sekitar dadanya yang tertutup rapat serta pinggangnya, benar-benar bertentangan dengan apa yang disarankan usianya yang sebenarnya.

Ketua tersenyum pada ketenangan Alusu, dan menghapus aura yang dilepaskannya.

“Seperti yang diharapkan dari【Penyihir Tunggal】. Aku kira hanya dengan jumlah ini kamu tidak akan gelisah. Dan sekarang aku hanyalah ketua.”(Cisty)

“Maaf. Kamu mengatakan sesuatu yang aneh. Bukannya ketua juga 【Tunggal】 saat masih bertugas aktif?.”(Alusu)

“Itu masa lalu. Lagipula gelar itu hanya sementara dan sekarang aku peringkat ke-9.”(Cisty)

Sambil tersenyum, sang ketua dengan sopan menggaruk wajahnya seolah itu gatal, namun tidak ada seorang pun di negara Alfa yang tidak akan mengenalnya. Selama tugas aktifnya, dia berada di garis depan Alfa untuk melindungi negara, bahkan di militer dia adalah tokoh yang populer. Jadi ketika dia pensiun, dia secara alami mengambil posisi sebagai ketua dewan Akademi Sihir Kedua dan menghasilkan penyihir berbakat yang tak terhitung jumlahnya sejak dia mengambil posisi itu.

“Kesampingkan hal itu, apakah boleh berada di sini? Upacara Masuk harusnya sedang berlangsung sekarang.”(Alusu)

“Aku sudah melakukan bagianku dalam upacara.”(Cisty)

Apakah benar-benar tidak masalah bagi ketua untuk pergi selama upacara penerimaan? Adalah pertanyaan yang Alusu tidak punya minat banyak dan menahan lidahnya.

Sebagai mantan 【Tunggal】, semua siswa sangat mengaguminya. Dia jelas merupakan pusat perhatian semua orang selama upacara.

Kau bisa melihat keletihan di wajahnya yang tidak keriput. Atau mungkin itu keletihan palsu. Dia mungkin sudah menunggu kata-kata pujian, tetapi Alusu tidak terlalu tertarik pada candaan ramah dengannya.

Alusu secara sengaja tidak memperhatikan, tetapi itu sia-sia saja.

“Oh, aku jadi ingat karena kata-katamu tadi, Alusu-kun juga tidak hadir saat upacara penerimaan, kan?”(Cisty)

Dia berkata dengan nada ringan seolah itu bukan masalah besar

“Aku hanya ingin melakukan penelitian, jadi aku tidak punya niat menghadiri kelas dan tidak ada waktu ataupun minat untuk hubungan palsu bersama siswa lain.”(Alusu)

“Seharusnya jangan begitu. Gubernur bilang, jika kamu melewati terlalu banyak kelas, akan ada perintah bagimu untuk kembali ke tugas aktif.”(Cisty)

“――――! ! Dasar pak tua yang kejam.”(Alusu)

Ketua dengan apik mendekatkan tangannya ke mulut dan tersenyum.

Alusu berhenti pada keputusannya sendiri, tetapi dia mengerti bahwa kontribusinya terhadap kemanusiaan tak terukur. Tidak mungkin gubernur akan menerima kepensiunannya.

Itu sebabnya dia menyerah.

Karena ia telah bekerja tanpa henti, satu-satunya harapannya yang sederhana adalah untuk menjalani sisa tahun-tahunnya dengan tenang. Tapi mimpi itu hancur seketika.

“Tolong jangan khawatir. Selama kamu cukup memenuhi kehadiran dalam kelas dan menyelesaikan tugasmu, aku akan memberimu kredit. Juga karena peringkat Alusu-kun sebagai penyihir mungkin menyebabkan keributan, jadi tolong rahasiakan.”(Cisty)

Peringkat yang menunjukkan kekuatan penyihir ....... Bahkan di antara para 【Tunggal】, informasi pribadi mereka dirahasiakan dari publik. Jadi perintah untuk tetap diam tidak berubah bahkan sekarang.

“Aku tidak punya niat untuk membual tentang peringkatku. Lebih baik seperti itu untuk menarik lebih sedikit masalah”(Alusu)

“Fufu …… Begitukah? Maka tolong jalani kehidupan siswa yang bermakna ~”(Cisty)

Ketua sambil tersenyum berkata, "Kalau ada sesuatu, silakan mampir ke kantorku kapan saja." Dan meninggalkan ruangan.

Di dalam ruangan, kegelisahan menyebar dengan tenang. Menjadi tak terhindar untuk Alusu menghela nafas tanpa berpikir.

“Waktu luangku yang berharga ……”(Alusu)


♢ ♢ ♢

Sekitar 400 siswa baru mengambil kelas yang sesuai dengan jurusan mereka dan menghadiri sesi belajar. Kelas biasanya dipisahkan kecuali untuk latihan praktek dan sesi pertarungan tiruan di mana semua orang berkumpul bersama dalam satu gedung.

Hari ini menandai tiga minggu sejak dimulainya kelas, dan juga penampilan pertama Alusu. Tanpa satu subjek pun yang dia minati, dia mengasingkan diri di laboratoriumnya.

 Dia pikir sudah waktunya membuat penampilannya sehingga dia masih bisa memenuhi daftar hadir di kelas.

Ini adalah pertama kalinya dia mengenakan seragam sejak dia melewatkan upacara masuk. Tidak ada masalah bahkan jika kau memakainya setiap hari, yang menunjukkan seberapa bagus bahan yang digunakan untuk membuat seragam, dan seperti yang diharapkan dari Akademi Sihir yang dikelola langsung oleh negara. Namun desainnya ... Rasanya tidak enak dipakai, tetapi kainnya terbuat dari bahan berkualitas tinggi. Itu bahkan lebih baik daripada seragam yang dia kenakan setiap kali dia melaksanakan misi, karena seragam akademi penuh dengan serat anti-sihir. Dan sama sekali tidak ada pengurangan konduktivitas sihir dari dalam pakaian. Mungkin ini ide yang baik untuk mengenakan ini saat ada pekerjaan yang harus dilakukan.

Kalau begitu, bagaimana rasanya?

 Sambil asyik dengan seragam, dia menuju ke kelas satu.

 Hari ini ada banyak latihan pertarungan tiruan dan pelajaran praktik. Kelas satu mempelajari sihir dasar. Bagi Alusu, itu adalah sesuatu yang tidak perlu dia perhatikan. Sejak usia 6 tahun, ia menerima pelatihan khusus dan belajar sihir dengan cepat melalui belajar mandiri. Padahal itu sebagian besar adalah sihir tempur.

 Saat dia memasuki ruang kelas, persahabatan sudah terbentuk di kelas. Ada 40 orang per satu kelas dari total 10 kelas. Itu masih sedikit sebelum kelas dimulai, tetapi seluruh kelas berbicara tentang pelajaran kemarin, dan topik-topik tentang sihir.

 Alusu duduk di kursi seadanya di bagian belakang, mengeluarkan sebuah buku besar dan mulai membaca. Sejak awal dia tidak punya niat bersosialisasi dengan teman-teman sekelasnya.

 Seorang gadis dengan rambut berwarna kastanye dengan gerakan anggun mendekatinya.

 “Selamat pagi. Aku Alice Tireik. Kamu Alusu-san benar??” (Alice)

 “…… Nn, Ya.” (Alusu)

 Tanpa memperhatikan orang yang memanggilnya, pandangan Alusu tetap tertuju pada huruf-huruf dalam buku.

 Gadis itu berbicara seolah mereka saling kenal sehingga Alusu mencoba mengingat pertemuan mereka, tetapi dia dengan cepat menyerah dan mengembalikan konsentrasinya ke buku.

 Dengan tanggapan yang begitu dingin, Alice melepaskan keputusasaannya dan mengubah topik pembicaraan.

 “Kamu masih sakit, kan? Aku turut senang kamu bisa berangkat.” (Alice)

 “Tidak, aku memang sengaja tidak berangkat. Tidak ada pelajaran yang menarik. Abaikan itu, aku ingin berkonsentrasi jadi bisakah kau pergi ke tempat lain? “(Alusu)

 “…… !! Maafkan aku! “(Alice)

 Tanpa menahan kata-kata, dia berbicara apa yang ada di dalam pikiran. Dia pun merasa sedih dan menundukkan kepalanya. Ketika dia dengan suram mundur, seseorang dari sisi lain kelas berteriak.

 “Kau pikir kau siapa? !!” (Fia)

 Bersamaan dengan suara kursi jatuh saat berambut merah yang marah namun cantik berdiri.

 Kelas langsung terdiam dan tatapan semua orang jatuh pada kedua orang itu. Wanita penuh amarah memiliki rambut merah berayun di mana-mana dan memberikan nuansa seperti wanita. Bisa dibilang dia memiliki keanggunan, tetapi saat ini dia sedang mencari belati melalui Alusu dengan semangat pantang menyerah. Tapi dia memiliki perawakan pendek yang membuat amarahnya kurang mengancam seperti yang dia harapkan.

 “Ada apa……?” (Alusu)

 “Ada apa?!! Alice jelas-jelas mengkhawatirkanmu jadi dia berniat mendekatimu, tapi ada apa dengan sikapmu itu? “(Fia)

 Alusu ragu-ragu, tetapi menilai bahwa ini akan menjadi sesuatu yang lebih buruk. Dia tidak punya niat untuk menjadi akrab dengan mereka, tetapi dia juga tidak ingin waktu pribadinya terbuang sia-sia.

 Dia bangkit dari kursinya dan menatap mata gadis yang geram itu, lalu mengalihkan pandangannya ke Alice.

 “Maaf soal itu. Namun, kau tidak perlu khawatir tentangku. “(Alusu)

 “Iya! Maaf juga karena tiba-tiba mengganggumu! “(Alice)

 “Alice, kamu tidak perlu meminta maaf!” (Fia)

 Alusu setelah mendengar jawabannya, langsung duduk di kursinya dan mulai membaca bukunya.

 “Namaku Tesfia Faver.” (Fia)

 “……….” (Alusu)

 Alusu penuh dengan pikiran yang meresahkan. Beberapa saat yang lalu dia memberi tahu gadis itu, “Tidak perlu khawatir tentangku” lalu ...

 Melihat bahwa tidak ada jawaban darinya, gadis itu secara cepat berjalan ke depan Alusu dan dengan kasar mengambil bukunya.

 Ini yang paling buruk. Konsentrasinya terpecah-pecah.

 Suatu kondisi yang paling dibenci Alusu. Dia secara paksa mengangkat dirinya.


 “Aku Tesfia Faver!” (Fia)

 “Bisakah kau kembali bukuku?” (Alusu)

 “Seorang bangsawan sepertiku menyebutkan namanya. Jadi kau harus mengembalikan tanda hormat dengan memberikan namamu sendiri. “(Fia)

 “Bangsawan yang memaksakan etiket kepada orang lain cukup tirani.” (Alusu)

 “――――! ! “(Fia)

 Buku yang disambar tadi dilempar ke arah Alusu.

 Dan dia dengan mudah menangkapnya menggunakan satu tangan.

 “Terima kasih. Aku Alusu Reigin. Aku tidak tertarik padamu jadi mengapa kau pergi ke tempat lain? “(Alusu)

 “T-Tidak tertarik? !!! Kejamnya?!! Kau mengatakan sesuatu yang agak kasar bukan? Ini adalah pertama kalinya aku merasa dipermalukan seperti ini. “(Fia)

 Tesfia yang semakin marah pada Alusu mendengar bel sekolah berbunyi, melihat sekeliling pada situasi di sekitar mereka mulai kembali ke kursinya. Dia melakukan beberapa upaya untuk menghibur Alice sebelum dengan menyesal duduk kembali di kursinya, lalu dia mulai melotot lagi ke arah Alusu.

 Secara acuh tak acuh, Alusu membenamkan dirinya ke dalam bukunya lagi, masalah dengan Tesfia sudah sepenuhnya hilang dari kepalanya.

 Guru kelas satu membuka buku teks di atas meja.

 Alusu tidak membawa buku pelajaran bersamanya. Satu-satunya buku yang dibawanya seperti itu sudah jelas adalah satu buku raksasa itu. Dia segera membuka buku itu dan mulai belajar sendiri.

 Alusu menganggap ini membosankan. Isi ceramah adalah semua pengetahuan yang belum sempurna, jadi tentu saja dia mengabaikan apa yang didengarnya karena hanya menyakiti telinganya.

 Teman-teman sekelas di sekitarnya secara wajar menunjukkan ketidaksenangan terhadap sikapnya, yang membuat kehidupan sekolahnya yang damai menjadi semakin tidak terjangkau.

 Dia mengerti bahwa melakukan tindakan mencolok ke sekitar akan membawa kemalangan, tetapi sudah terlambat.

 Dia mencoba untuk menutup diri di dalam dunianya sendiri tetapi pada akhirnya tidak mampu menahan semua keributan di sekitarnya.

 “Saat kalian diterima di akademi ini, kalian akan menerima lisensi. Ini diberikan kepada semua penyihir yang bekerja untuk negara ini, dan jika kalian mengalirkan sebagian sihir ke dalamnya ... Persis seperti ini peringkatmu sebagai penyihir akan muncul. Dengan cara ini kekuatan sihir bersama dengan kemampuan kalian akan diukur, dan diberi peringkat berdasarkan kemampuan tempur potensial kalian. “(Guru)

 Guru memegang lisensi dan mengalirkan sihir ke dalamnya. Saat sihir mengalir melalui lisensi, cahaya aneh bersinar dan gambar 3D, 778/119550 ditampilkan.

 Karena guru bukan bagian dari militer, warna yang memproyeksikan peringkat berbeda dari warna para murid. Apa yang ditampilkan setelah peringkat adalah karakter “元 *”, sebagai bukti bahwa mereka adalah seorang penyihir.

(T/N: 元= gen; asli)


 Itu pada dasarnya menyatakan bahwa mereka memiliki sejarah menjadi penyihir.

(T/N: Veteran)

 Selain itu, siswa diakui sebagai penyihir magang oleh negara, serta militer.

 “Tentu saja peringkat kalian juga berubah berdasarkan pada seberapa banyak kalian telah berlatih dan hasil dari misi, dengan begitu menaikkan peringkat kalian menjadi mungkin!” (Guru)

Kekuatan semua penyihir didasarkan pada urutan peringkat mereka. Akibatnya, peluang masa depan mereka juga sangat ditentukan oleh peringkat mereka. Dengan kata lain peringkat mereka adalah kartu laporan dan status mereka. Bertarung bukanlah hal yang harus dilakukan semua penyihir. Sama seperti guru yang peringkatnya di 3 digit, mereka bisa mengejar masa depan dalam pendidikan sebagai guru. Sebaliknya, semakin rendah peringkat berarti semakin rendah gaji mereka, dan juga membuat persaingan posisi penting menjadi sengit.

 3 digit【Ketiga】 dari peringkat guru mengejutkan kelas. Ini seperti data pribadinya karena itu adalah bukti bahwa ia pensiun dari militer. Juga sebagai bukti bahwa dia adalah tentara dan penyihir veteran.

 Itu adalah sesuatu yang bisa mereka perlihatkan dan banggakan kepada orang lain kapan pun dan di mana pun mereka berada.

 Setiap siswa di kelas mulai memegang lisensi mereka di satu tangan dan menunjukkan peringkatnya masing-masing, dan lingkungan pun menjadi semakin semarak.

 “Peringkat 8867 !!”

 “Peringkat 4521 !!”

Calon penyihir baru biasanya mendapatkan peringkat 6 atau 5 digit, ada beberapa yang memiliki 4 digit dan berseru di kelas.

 “Alice dan Tesfia adalah 4 digit !!” (Kelas)

 “Alice-kun memang punya banyak bakat. Dan Tesfia-kun seseorang dari keluarga Faver ……. Dengan peringkat 4521, masuk akal bahwa kalian memiliki peringkat tinggi. “(Guru)

 “Terima kasih banyak, Sensei!” (Alice & Fia)

 “Jangan minder bagi kalian yang memiliki peringkat 6 digit karena kalian semua masih bisa lulus ujian masuk. Bergantung pada usaha kalian, menaikkan peringkat pasti bisa kalian lakukan." (Guru)

 Garis pandang guru akhirnya diletakkan pada Alusu yang mencurigakan.

 “Nn? Kamu di sana, di mana lisensimu?"(Guru)

Wajar jika Alusu yang melakukan sesuatu yang berbeda dari yang lain seperti belajar sendiri diperhatikan oleh guru.

 Calon penyihir yang memasuki akademi ini memiliki tanggung jawab membawa beban kemanusiaan di pundak mereka. Tidak semua orang bisa memiliki kebanggaan menjadi penyihir. Itulah sebabnya setiap orang yang ingin menjadi penyihir memiliki ambisi tinggi, dan sebagian besar terdiri dari siswa-siswa yang berprestasi.

 Dan di tengah-tengah itu semua, jika ada siswa yang membaca buku secara diam-diam tanpa mendengarkan kelas, tidak dapat dihindari bahwa mereka akan menonjol.

 Seluruh kelas menatap ke arah Alusu.

 “Maaf. Aku kehilangan kartunya. “(Alusu)

 Tentu saja itu kebenarannya. Saat mendapatkan lisensi, ia tidak terlalu peduli dan secara tidak sadar dompetnya tertukar. Selama dia memiliki dokumen yang diperlukan, dia bisa meminta sebagian besar barang dikirim dari tentara.

 Bagaimanapun, dia disuruh diam tentang semua ini dari ketua. Dari sudut pandang Alusu, dia datang ke sini untuk menghabiskan sisa tahun-tahunnya dengan tenang, jadi dia tidak terlalu peduli dengan peringkatnya lagi.

 “Lagipula itu pasti memalukan untuk dilihat. Kau tak perlu malu dengan 6 digit ya.. “(Fia)

 Sambil tertawa, suara menghina berteriak tidak lain dari Tesfia.

 Hampir seperti memprovokasinya, teman sekelas Alusu menatapnya. Dia kira ini akan menjadi salah satu hasil dari lingkaran teman yang sudah terbentuk. Menuju seseorang yang mereka kenal dan seseorang yang tidak mereka kenal, sudah jelas kepada siapa mereka akan berpihak.

 Belum lagi itu tidak akan menarik jika semua orang adalah siswa yang berprestasi.

 “Masa bodoh.” (Alusu)

 “Mau cari alasan? Kenapa kau tidak menunjukkan kepada kami kalau begitu? “(Fia)

 Semakin tinggi peringkatmu, semakin berbahaya misimu. Tampaknya sebagian besar dari mereka tidak memahami fakta sederhana ini, yang merupakan tugas para penyihir. Calon penyihir ini belum pernah menginjakkan kaki ke hutan belantara dan melihat monster atau iblis. Bahkan jika kemampuan tempur mereka tinggi, begitu mereka melangkah keluar, mereka pasti akan mati. Hanya itu yang ada untuk mereka.

 “Haaaaa ~” (Alusu)

 “Tunggu—- kau ini!” (Fia)

 Dia berada di titik di mana dia tidak bisa berkonsentrasi dan segera menutup bukunya kemudian meninggalkan ruangan. Jika itu hanya guru, dia tidak akan menghentikan pelajaran hanya karena satu siswa dan semuanya akan baik-baik saja, tetapi siswa yang bernama Tesfia benar-benar tidak bisa menutup mulutnya.

 Dengan wajah penuh kemenangan, Tesfia menghadap ke guru itu lagi.

 “Sensei, memperdulikan siswa yang kurang motivasi hanya akan menjadi halangan untuk pelajaran kita. Silakan lanjutkan. “(Fia)

 Tanpa kembali ke lab, dia langsung menuju perpustakaan. Perpustakaan berada di gedung yang sama dengan ruang kelas satu, dan juga dekat dengan ruang kelas dua.

 Seperti yang diharapkan, ada segunung besar buku untuk dihabiskan oleh dirinya tanpa henti. Ini semua buku yang berkaitan dengan sihir. Tidak ada yang tidak perlu. Alusu melihatnya sebagai gunung harta.

Namun, sayangnya buku itu tidak berguna. Banyak buku berisi informasi yang sudah diketahui Alusu, tetapi berharap agar dia menemukan sesuatu yang menarik dari gunung buku.

 Ini adalah cara sempurna untuk melepaskan rasa frustrasinya dari peristiwa yang terjadi selama kelas.

 Tapi, dia tidak bisa menemukan harta karun yang tersembunyi. Waktu berlalu dalam sekejap mata saat bunyi lonceng yang terdengar di akhir pelajaran pertama bergema.

 “Aku akan datang lagi ke sini.” (Alusu)

 Tidak puas, dia berjalan menjauh dari perpustakaan.

<< Prev - ToC - Next>>>

Related Posts