The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 14-15 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 14 — Persiapan Transportasi

Pertanyaan Hikaru membuat tangan Jill terhenti saat memotong pai dengan pisau.

“... Dari mana kamu mendengarnya?”

“Aku mendengar secara kebetulan dari percakapan seseorang.”

“Tidak, tidak, tidak, tidak mungkin! Seperti yang aku katakan sebelumnya, kasus pembunuhan Morgstad adalah informasi yang sangat rahasia!”

“Ternyata si pelakunya itu seorang gadis muda.”

“………”

Kali ini Jill terdiam, mulutnya menganga.

"...Benarkan?"

“Aku tidak bisa mengatakan apa-apa.”

“Ini menunya. Apa yang ingin kau makan?”

“Ada hal yang bisa atau tidak bisa aku katakan. Karena ini sudah pelanggaran kerahasiaan, tidak ada lagi .....”

“Apa kau pikir aku akan menyalahgunakan informasinya?”

“Maafkan aku …”

“... Tidak, akulah yang harusnya minta maaf. Ini tidak adil. Kau menjawab pertanyaanku dengan tulus. Tapi sebagai gantinya kau akan dihukum karena itu.”

“.........”

Baiklah, sekarang aku harus bagaimana ya? Hikaru berpikir sambil bersandar di kursinya.

(Jika dia tidak akan memberitahuku lagi, maka aku hanya harus menyelinap ke mansion Morgstad ...)

"Ne, kenapa kamu ingin tahu? Ini memang berita besar, tapi biasanya kamu tidak peduli tentang hal-hal yang tidak penting bagimu apalagi tentang seorang Count yang terbunuh, kan?”

"Karena…"

“Ne, Hikaru-kun. Kukira kamu ini adalah anak dari keluarga kaya yang melarikan diri dari rumah dengan dorongan untuk memutuskan menjadi seorang petualang supaya bisa bertahan hidup.... benarkan? Apa aku salah?”

"… Benar. Ya begitulah. Aku tidak punya cara lain untuk bertahan hidup.”

Kalau bisa kukatakan, “Tidak ada rumah untuk pulang.”

“Apa keluargamu punya koneksi dengan Count Morgstad?“

“Tidak. Tidak sama sekali.”

“Lalu mengapa kamu begitu peduli?”

Ah aku mengacau, pikir Hikaru dalam hati.

Lebih dari yang Hikaru bayangkan, tampaknya kasus Count Morgstad adalah rahasia tingkat tinggi.

“Temanku ... melalui banyak hal.”

“…Temanmu?”

“Ya. Bisa dibilang dia ditindas oleh Count Morgstad. Jadi aku ingin tahu apa dia masih hidup atau tidak.”

“………”

Jill menatapnya, atau lebih tepatnya mengamatinya. Hikaru ingin menatapnya balik tapi ia urungkan. Lalu ia berpikir sejenak.

Tentu saja, seseorang yang berbohong memiliki dua pola reaksi:

Pertama, mereka tidak sanggup melihat wajah lawan bicaranya.

Kedua, mereka akan mengatakan seperti “Tolong percayalah!”, berusaha keras dan ngotot meyakinkannya bahwa mereka tidak berbohong sambil menatap balik lawan bicaranya dengan kuat.

Hikaru menatap matanya sejenak dan mengangguk sedikit. Ia lalu mengambil air minum dan menenggaknya.

“... Un, aku tidak merasakan kebencian dalam apa yang dikatakan Hikaru-kun.”

Oh benar, Jill pernah mengatakan kalau ia sensitif terhadap emosi yang disembunyikan orang. Mungkin tidak perlu bagi Hikaru untuk berpura-pura.
  
“Ngomong-ngomong, karena ini akan dipublikasikan, jadi kurasa tidak apa-apa untuk memberitahumu ... Tiga hari dari sekarang, seseorang akan dipindahkan ke ibukota kerajaan. Hanya ini yang bisa aku katakan.” Kata Jill sambil menghela nafas.

“Seseorang” ... maksudnya pelakunya? Pasti gadis itu, kan?

Tiga hari dari sekarang ... Ditambah Guild Petualang tahu tentang itu berarti ...

“Jangan bilang ... mereka akan mengerahkan para petualang untuk misi pengawalan? Kenapa-”

Jill terus memusatkan perhatiannya pada makanan seolah-olah mengatakan "Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi". Dia dengan cekatan memotong pai dalam ukuran seukuran gigitan dan membawanya ke mulutnya sendiri - tiap gerakan sangat halus dan tepat seakan-akan ia adalah orang yang profesional.

Ada ksatria di rumah Count yang peringkatnya jauh lebih tinggi daripada prajurit biasa. Jadi mengapa mereka menyewa petualang untuk dijadikan pengawal?

.....Ini seperti ada sesuatu yang lain.

Sementara itu, Jus Tornado Kembar telah tiba. Wadahnya berbentuk seperti melon bundar dan terbuat dari logam, dengan sedotan mencuat dari sana. 

Lebih tepatnya dua sedotan.

“Ayo...”

“... Hmm?”

“Ayolah.”

“Eh apa? Kok ada dua sedotan di sini!!?”

"Iya iyalah. Namanya juga disebut ‘Kembar’.”

“Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak.”

Ini minuman khusus pasangan! Diminum oleh sepasangan kekasih! Lagipula Jill tampak malu dan pipinya juga memerah.

“Sudah kubilang aku ingin mencobanya, tapi aku tidak punya orang untuk meminumnya!”

“Kau mendapatkan semua pria untuk kau ajak. Pilih saja salah satu dari mereka!”

“Su~dah ku~bi~lang. Aku bisa melihat motif mereka dengan jelas!”

“....Ah, jadi begitu.”

Hikaru akhirnya mengerti.
Dia melihatku sebagai seseorang yang sama sekali tidak berbahaya.

“Aku mengerti. Lalu mari kita minum. Tapi kau duluan ya. Aku akan minum sisanya.”

“………”

“Jangan bilang kau ingin kita meminumnya bersamaan?”

“Tentu saja tidak! Jangan harap!”

Jill mulai menyeruput minuman itu, menariknya lebih dekat seolah-olah mengambil semuanya untuk dirinya sendiri.

“Wah ueenak~ Duh gusti!”

Pada akhirnya, dia-lah yang menghabiskan semuanya sendiri.

Sisa uang: 1.430 gilan (+7.500+α)

Kemudian waktu pun bergeser menjadi hampir tengah malam.

Seorang anak laki-laki dengan pakaian hitam muncul di depan kediaman Count Morgstad.

Dialah Hikaru.

Dia meninggalkan jubahnya karena itu hanya akan menjadi penghambat saat melakukan penyusupan. Di wajahnya ada sesuatu yang belum pernah dikenakannya.

Itu adalah topeng.

Terbuat dari pelat logam tipis yang ia beli dari kuil. Setiap topeng dibuat dalam bentuk dewa-dewa yang terkenal seperti Dewa Matahari, Dewa Perang, Dewa Perdagangan - dan hanya berharga sepuluh gilan.

Apa yang Hikaru beli ialah topeng Dewa Matahari berwarna perak kusam dengan garis rahang yang tajam, dan alis tipis yang membentang ke samping. Karena ukirannya tidak dalam sehingga sempurna untuk wajahnya. Ada lubang di mata dan hidungnya, tapi Hikaru menambahkan satu lagi di mulut agar dia bisa bernapas.

“Baiklah. Sepertinya aku harus lewat depan lagi.”

Hikaru berniat menyelamatkan gadis itu. Saat itu dia menunjukkan padanya jalan keluar setelah dia selesai membunuh Morgstad. Hikaru tidak tahu mengapa dia melakukannya.

“... Aku tidak suka ide dia dituduh karena pembunuhan yang aku lakukan.”

Dia tidak tahu apa yang terjadi di balik layar. Bahkan jika dia ingin menyelidiki, dia tidak memiliki koneksi pribadi. Meminta para penjaga secara langsung hanya akan menimbulkan kecurigaan. Jadi Hikaru menyelinap ke pos penjaga di kota untuk menguping tetapi ia sadar bahwa itu adalah usaha yang sia-sia. Kebanyakan percakapan yang mereka bahas ialah topik tidak penting seperti alkohol, perjudian, dan wanita. Mereka juga mengeluh tentang atasan.

“Kakiku terasa seperti membatu ...”

Dia kelelahan. Hikaru tidak terbiasa berjalan sepanjang hari. Dia ingin menambahkan lebih banyak poin ke Stamina atau Strength, tapi sayangnya ia tidak punya poin yang tersisa. 

Walaupun begitu, ia pada akhirnya mendapatkan sesuatu. Gadis itu tidak berada dalam tahanan Badan Keamanan Publik - sebuah organisasi yang mirip dengan polisi Jepang. Dia juga tidak ada di kantor penjaga. Ada kemungkinan besar dia ditahan di dalam kediaman Morgstad.

Gerbang depannya terkunci, tetapi pintu sampingnya tidak. Penjaga gerbang yang ada di pintu masuk samping tidak pernah menyadari bahwa Hikaru telah lewat. Terakhir kali dia datang ke sini, hujan turun. Akan tetapi hari ini langitnya cukup cerah. Ada bulan di langit yang menerangi mansion, yang jauh lebih terang daripada di Bumi.

“Hm.”

Pintu depan yang digunakan terakhir kali untuk masuk dikunci.

"…Benar juga. Seseorang terbunuh baru-baru ini. Jadi tingkat keamanan akan jauh lebih ketat.”

Mulut Hikaru melengkung menyeringai.

“Tapi level Stealth-ku juga semakin tinggi.”

Dia sudah mengatur kelas pada Guild Card-nya ke Stealth God: Darkness Wanderer. Hikaru mengitari bangunan. Kemudian dalam perjalanan ia menemukan papan kayu yang menutupi jendela. Kalau mau dia bisa menyingkirkan papan itu dan memecahkan jendela kaca di dalamnya karena ada bautnya. Namun, sebisa mungkin dia tidak ingin meninggalkan jejak, jadi ia urungkan niat itu dan kemudian melanjutkan mengitari bangunan sampai berhenti di halaman belakang.

“...apa itu?”

Hikaru melihat pintu belakang yang sedikit terbuka. Aliran cahaya yang datang dari dalam mengungkapkan seorang pria dan wanita berdiri di dekat pintu.

(TLN: Posisi mereka ini di luar rumah bukan di dalam ruangan sih, tepatnya di belakang rumah di depan pintu, nah pintu tersebut sedikit terbuka yang mana di dalamnya ada lampu penerangan yang membuat cahayanya sedikit keluar dan pada garis cahaya menampilkan sosok mereka yang sedang berduaan. Hikaru masuknya lewat pintu ini... )

“Apakah kamu akan pergi?”

“Aku harus kembali ke ibukota setelah misiku selesai.”

“Aku akan kesepian.”

“Maafkan aku. Akan aku pastikan untuk mengirimimu surat.”

Wajah pria itu tampak asing di mata Hikaru, tetapi dilihat dari seragam dan pedang yang tergantung di pinggangnya, dia adalah seorang ksatria. Dan wanita itu adalah seorang pelayan.

Ksatria di tempat ini disewa secara paksa oleh Count. Oleh sebab itu, mereka benar-benar tidak punya banyak motivasi. Tapi tetap saja kau tidak semestinya menggoda pelayan, kan? Itu sebabnya pemilik rumah ini terbunuh, huh. Karena kau tidak melakukan pekerjaan dengan baik. 

Hikaru perlahan berjalan melewati mereka dan menyelinap masuk melalui pintu belakang yang terbuka. Begitu dia membukanya, kecerahan yang tiba-tiba menyebar dari dalam menyebabkan mereka berdua melompat dan berlari ke kegelapan. Mereka mungkin salah mengira seseorang akan keluar dari dalam karena pintu sedikit bergerak.

Ada Hikaru yang berdiri di sana, tetapi mereka tidak bisa melihatnya.

Wow, kelas Stealth God ini sungguh luar biasa.

Di dalamnya, dia melihat gudang dengan dapur di sampingnya. Hanya lampu redup yang dinyalakan tanpa ada orang di sekitarnya. Hikaru terus maju ke depan. Dia tidak perlu khawatir tentang hal-hal kecil berkat Stealth-nya yang masih menyala.

Perhentian pertamanya adalah kamar Count Morgstad di lantai dua.

“Hm”

Pintunya terkunci.

Ini tidak baik. Aku bisa membuat kemajuan mudah jika aku memiliki Skill seperti Unlock atau Trap Deactivate. Sayangnya, aku tidak melihat satupun di Soul Board-ku.

Lagipula dia tidak punya lagi poin tersisa untuk digunakan.

Dia menempelkan telinganya di dinding tetapi tidak mendengar apa pun. Setelah memastikan tidak ada orang di lorong kanan dan kiri, dia mengetuk pintu.

“... Tidak ada orang ya.”

Tidak ada jawaban. Dia kemudian memeriksa ke kamar sebelah tetapi kosong. Namun, di sebelahnya lagi ada tanda-tanda seseorang di dalamnya.

Seorang wanita.

Hikaru mencium aroma parfum begitu dia memasuki ruangan. Dia adalah wanita yang tengah berbaring di tempat tidur kanopi yang indah. Dia tampak mencolok, dengan ciri-ciri yang jelas dan berbeda.

Dia jelas tertidur lelap.

Istri Morgstad ... Tidak, dia terlalu muda.

Cincin dan kalung tersebar di atas meja rias.

Nyonya? Atau mungkin istri kedua?

Dia mengambil salah satu cincin itu. Ada permata di atasnya, meskipun terlalu gelap untuk memastikan warnanya.

Aku bisa dengan mudah mencuri ini, tetapi mungkin akan dilacak kembali jika aku menjualnya. Terlebih lagi jika itu mahal.

Ketika Hikaru memutuskan untuk mencari uang, ia berpikir untuk mencuri hanya menargetkan orang jahat seperti Robin Hood. Tetapi ada tiga alasan mengapa dia tidak bisa:

1. Dia tidak bisa membuka kunci brankas. 

2. Dia tidak bisa menjual perhiasan berharga karena dapat dilacak kembali kepadanya.

3. Bahkan jika dia bisa mencuri uang, sejumlah besar koin akan terlalu berat untuk dia bawa.

Jika itu hanya jumlah kecil, dia bisa mendapatkannya dari Guild Petualang dan dia tidak perlu mengambil risiko dengan mencuri.

Dia juga pernah bertanya pada Jill ketika dia sibuk menyedot Jus Tornado Kembar tentang Item Box atau Dimension Storage yang bisa membantunya membawa banyak koin, tetapi jawabannya adalah:

“Aku pikir itu adalah harta nasional dari suatu negara.”

Tampaknya itu bukan barang yang bisa dibeli di pasar. Jika hal-hal seperti itu beredar, pasti ada revolusi besar yang mirip dengan Revolusi IT di Bumi. Dunia ini kemudian bisa berkembang menjadi masyarakat maju yang hanya dilihat dan dibaca dalam Sci-fi. Namun nyatanya pedagang mengangkut barang dengan kereta dan mempekerjakan orang untuk membawa paket yang lebih berat.

Teknologi di balik sistem Soul Card yang diciptakan oleh pria dengan kelas Dewa Kebijaksanaan jelas merupakan over-teknologi — sesuatu yang melampaui kemampuan saat ini.

Mencuri bukanlah suatu pilihan yang tepat. Hikaru mengembalikan cincin itu dan melangkah keluar ke lorong. Setelah memeriksa kamar-kamar lain, hanya ada satu yang tidak biasa.

Buku ...

Di dekat dinding ada rak buku yang penuh dengan buku. Kebanyakan buku-buku tersebut merupakan buku novel petualangan. Dilihat dari segi ukuran tempat tidur dan keanggunan desain interior, Hikaru menduga kamar ini milik seorang remaja.

Mungkin ini kamar gadis itu.

Dia membuka lemari pakaian dan menemukan piyama yang dikenalnya.

Sudah kuduga ... uwaa ...!

Di bawahnya ada pakaian dalam bergaris.

Terdengar suara keras saat dia dengan cepat menutup lemari.

Oh, gawat!

Dia berlari ke bayangan di belakang tempat tidur untuk bersembunyi.

“Apa ada orang di sini?”

Seketika pintu terbuka. Seorang pria dengan lampu ajaib (Cahaya dari sihir), yang sepertinya digunakan seperti senter, masuk. Dia mengarahkan cahaya seolah menjilati seluruh ruangan, hanya beberapa inci dari menyentuh jari kaki Hikaru.

“... Oh, sebuah buku baru saja jatuh.”

Dia bergumam pada dirinya sendiri dan pergi.

Hikaru berpikir bahwa Ksatria itu mungkin orang yang tidak senang atas dakwaan pembunuhan yang diberikan pada gadis itu.

“Dia benar-benar pekerja keras.”

Hikaru pun meninggalkan kamar gadis itu.

Tidak ada yang penting di lantai dua jadi dia berniat kembali ke lantai pertama. Begitu dia melakukannya, dia mendengar suara orang berdebat.

“Sekarang bukan waktunya untuk ini. Itu tidak patut.”

“Kau terlalu berisik, East.”

Suara-suara itu datang dari arah pintu belakang.

Ksatria yang tadi memasuki kamar gadis menangkap ksatria lain yang telah kembali bersama pelayan dari pintu belakang.

“Misi kita masih belum berakhir.”

“Kita akan kembali setelah pekerjaan selesai. Jadi sekarang aku hanya mengucapkan selamat tinggal.”

“Lakukan itu saat kita sedang tidak bertugas.”

“Baiklah, baiklah. Kau bisa ambil semua penghargaan untuk misi pengawal ini.”

“Memangnya ini ada hubungannya dengan penghargaan? Selain itu, apa yang aku katakan ... ”

Tidak peduli tentang pertengkaran mereka, Hikaru menjelajahi lantai pertama. Namun beberapa pelayan tampaknya bangun dan datang untuk melihat keributan apa ini. Dia menyembunyikan dirinya di sebuah ruangan. Setelah membiarkan mereka lewat, Hikaru sendiri masuk lebih dalam ke mansion.

Bukan yang ini. Ini terlihat seperti kamar pelayan ... Hmm?

Hikaru melihat serangkaian tangga yang menuju ke ruang bawah tanah di ujung lorong. Di sampingnya ada seorang ksatria - yang waktu itu ia lihat di kuil, dengan East yang tertidur sambil duduk.

Ini peluang bagus.

Seikat kunci tergantung di pinggang ksatria. Tali kulit diikat ke cincin logam yang menyatukan lima kunci. Hikaru mendekat dan mencoba melepaskan tali.

Apa ... terlalu erat. Aku tidak bisa melepaskannya. Di mana tali ini tersambung?

Dia memeriksa untuk melihat bahwa tali melewati celana ksatria. Dia merasa putus asa.

Apakah aku harus mendorong tanganku ke sana? Tunggu, mungkin tidak terkunci.

Berpegang teguh pada peluang tipis, Hikaru menuruni tangga dan menemukan pintu besi.

Tentu saja terkunci.

Benar juga ...

Dia kembali menaiki tangga.

Bagaimana cara aku mengeluarkannya? Gimana kalau aku tarik dengan paksa? Nah, itu akan membangunkannya. Lalu kalau potong talinya? Kedengarannya seperti ide yang bagus. Meskipun, jika aku gagal menyelamatkan gadis itu malam ini, keamanan mungkin akan semakin diperketat pada hari berikutnya. Aku bisa menyalin bentuk kunci dengan tanah liat. Berapa lama untuk membuat duplikat? Bagaimanapun ada lima kunci. Jika aku meminta seseorang untuk menduplikasi semuanya sekaligus, akankah mereka mencurigaiku dan berpikir ada sesuatu yang mencurigakan?

Ketika Hikaru memikirkan hal itu.

“Hey bangun! Apa yang kau lakukan, jangan tidur di tempat kerja!”

Ksatria yang berdebat dengan East membangunkan ksatria lain yang sedang tidur itu.

Hikaru dengan cepat menyembunyikan dirinya di belakang tangga, dalam bayang-bayang.

“Hmm? Oh, aku ketiduran, ya?”

“Kukukuku. Kau marah dengan East ya?”

“Kua..... Jangan katakan padanya. Tolonglah!”

“Baiklah baiklah. Jadi, bagaimana kabar gadis itu?”

“Ah, aku belum memeriksanya malam ini.”

“Hei, sekarang giliran kita untuk memeriksanya.”

“Ayo pergi kalau begitu.”

Dengan lamban, ksatria itu berdiri dan mulai berjalan menuju Hikaru.

Eh ...

Dia menjadi pucat pasi. Ini gawat. Tangga ini cukup sempit dan tidak bisa menampung dua orang berjalan berdampingan. Ada belokan ke kiri di tengah jalan, tetapi itu adalah jalan langsung menuju pintu di ujungnya dan tidak ada tempat untuk bersembunyi. Dengan kata lain, dia akan tertangkap.

Gawat. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?

Untuk saat ini, Hikaru menuruni tangga, belok kiri dan menahan napas.

“Haa ... tubuhku kaku kalau aku tidak melakukan apa-apa.”

“Kau seharusnya ikut denganku. Latihan larut malam dengan pelayan itu menyenangkan lho.”

“Itu.... aku masih punya istri dan anak.”

*Kot kot kot*

Perlahan, mereka menuruni tangga.

Kacau. Aku seharusnya tidak memeriksa tempat buntu ini. Sekarang aku terpojok. Sialan ... Tidak, sekarang bukan saatnya untuk menyesali tindakanku. Aku harus memikirkan jalan keluar dari ini.

Sebuah kata-kata tertentu muncul di benak Hikaru.

【Assasination】 Ketika pengguna menyerang tanpa diketahui target, serangan itu akan memiliki efek yang mematikan. Maks: 3.

Siapa pun yang turun tidak bisa melihatku di sini*. Karena itu aku dapat “menyerang tanpa disadari oleh target”.

(TLN: Titik buta, karena posisi Hikaru berada di belokan yang memungkinkannya untuk melakukan serangan kejutan)

Dia memegang Belati Kekuatannya (Dagger Strength) dengan erat.

Aku akan membunuh yang di depan dulu.

Untungnya mereka mengenakan pakaian biasa, bukan baju besi. Dia seharusnya tidak membuat banyak suara juga. Lalu aku bersembunyi dibalik tubuhnya dan menariknya ke bawah sini.

Ksatria di belakangnya tidak akan tahu apa yang terjadi dan ketika dia memeriksa ...

Aku akan membunuhnya juga.

Ia merasa jantungnya berdegup semakin kencang.

Mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah.

Tetapi sekarang dia harus membunuh mereka karena kesalahannya sendiri.

“Tapi saat aku berpikiran tentang bagaimana pekerjaan kita di Pond akan segera berakhir ...”

“Merasa sulit untuk pergi ya?”

Kecemasan. Bisakah dia melakukannya?

Ketidakpastian. Apakah akan baik-baik saja?

Kesalahan. Bisakah dia benar-benar membunuh orang yang tidak bersalah?

“Tidak, bodoh. Yang benar aku merasa lega.”

“Benar sih, ya ampun...”

Dengan telapak tangan yang berkeringat, dia mencengkeram belati dengan erat. Tiga langkah lagi.

“Mari kita minum sepanjang malam di bar begitu kita kembali—”

Sekarang.

“Tuan Ksatria!”

Saat Hikaru melompat keluar, suara seorang wanita terdengar.

“Apa artinya ini?! Tuan East bilang padaku kalau kau kadang-kadang menggoda gadis di bar dan tinggal bersama mereka semalaman!”

“Apa? Ah, aku, uhh ... apa yang kau bicarakan?”

“Apa dia yang bohong?! Atau kau?!”

“Baiklah, tunggu, tunggu, tenanglah. Letakkan pisaunya dulu, oke?”

(TLN: Yandere :3 )

Itu pelayan yang sebelumnya. Seorang ksatria naik kembali ke atas tangga.

“Oi oi oi... Dia tahu tentang dua waktumu?”

Ksatria lainnya mengikuti.

... Mereka pergi ...

Merasakan setiap kekuatan meninggalkan tubuhnya, Hikaru menjatuhkan diri di tempat. Dia basah kuyup dan terengah-engah.

“Aku tidak bisa beristirahat di sini. Atau aku hanya akan berakhir dalam situasi yang sama.”

Menguatkan tubuhnya yang lemas kembali ke kehidupan, Hikaru naik kembali ke tangga.

“Aku tidak percaya!”

“Hanya kamu yang kucintai! Sungguh!”

Ksatria dan pelayan yang membawa pisau tengah berdebat. Ksatria lain yang membawa kunci mengikuti mereka, meninggalkan satu kunci di kursinya sebelum mendekati pelayan. Dia mungkin mengeluarkannya dari ikat kunci itu untuk membuka pintu di bawah.

Sekarang adalah kesempatanku.

Hikaru melompat keluar dari tangga dan mengambil kunci. Tidak ada yang memperhatikannya. Dia kembali menuruni tangga, menggunakan kunci dan mendorong pintu besi untuk membukanya. Setelah memeriksa untuk melihat apakah itu bisa dikunci dari dalam, dia meletakkan handuk di bawahnya agar tetap terbuka. Dia kemudian naik kembali dan meninggalkan kunci di kursi.

“Berhentilah mengayunkan pisau itu. Itu bahaya.”

“Oi oi oi, kau serius?.”

“Waaaaaahhhh!”

Keributan ini kemungkinan akan berlangsung lama. Hikaru turun kembali dan memasuki ruangan dengan pintu besi. 

Fuuuu~ itu hampir saja. Dia merenungkan kecerobohannya dan kurangnya tekad.

Ada kemungkinan aku akan membunuh orang tak bersalah di masa depan ... Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mempersiapkan diri untuk membunuh?

…Tidak. Jika aku mulai membunuh orang karena alasan yang dangkal, aku pikir aku tidak akan bisa berhenti. Jika seseorang menggangguku, aku mungkin akan berpikir “Aku bisa membunuh orang ini”. Aku harus berusaha sekuat tenaga agar aku tidak membunuh dengan sia-sia. Jadi aku harus melakukan yang terbaik — melakukan segalanya untuk menghindari membunuh manusia secara berlebihan. Untuk itu, semua kemungkinan harus dipertimbangkan terlebih dahulu. Aku harus mengingat ini saat melakukannya.

Baiklah. Aku mulai!

Dia dengan cepat mengubah perasaannya.
  

Aku akan melakukan refleksi-ku lagi nanti.
Saat ini, aku sedang di tengah sesuatu.

Itu adalah gudang penyimpanan. Ada karung dan peti kayu yang diletakkan secara berantakan. Hikaru tidak tahu apa isinya. Dari tempat dia berdiri, Hikaru bisa melihat jeruji besi lebih jauh di dalam ruangan.

Huruf-huruf kuno terukir di permukaan besinya, memancarkan cahaya pucat. Itu pasti segel sihir.

Dan pastinya itu adalah penjara yang kuat. Namun, bagian dalamnya tertata dengan baik. Sebuah lukisan tergantung di dinding. Penjara itu dilengkapi dengan kursi empuk, tempat tidur yang kelihatannya memiliki kualitas lebih baik daripada yang dimiliki Hikaru di kamar hotelnya, dan sebuah meja dengan tumpukan buku di atasnya.

Novel petualangan.

“... Apakah ada seseorang di sana?”

Di belakang jeruji ada seorang gadis dengan rambut perak dan mata biru.


Chapter 15 — Bertemu kembali dengan Gadis itu

Rambut peraknya panjang dan dipangkas rapi tepat di atas dadanya yang mungil. Di bawah poni yang disingkap ke sisi kanan wajahnya adalah sepasang mata biru - biru seperti danau tenang yang ditemukan jauh di dalam pegunungan - menatap Hikaru.

——Dia sangat cantik.

Dari sudut pandang Hikaru, dia adalah seorang gadis cantik seolah-olah dia keluar dari kenyataan. Hari itu agak gelap, sehingga setelah membunuh Count Morgstad, Hikaru tidak mampu melihat bagaimana penampilannya dengan cermat.

Tak seperti saat itu, dia tidak mengenakan piyama, tapi gaun semerah anggur. Sepertinya dia sedang membaca buku dalam cahaya oranye redup yang diterangi oleh lampu ajaib.

Wajah Hikaru sangat tersembunyi di balik topeng Dewa Matahari yang dimilikinya. Dia pun mematikan Stealth-nya. Mengubah Kelas Pekerjaan itu agak merepotkan karena dia harus mengeluarkan Guild Card-nya.

 “Aku datang ... untuk menyelamatkanmu.”

Dia tampaknya muncul entah dari mana, menyebabkan gadis itu berbicara.

“Kamu siapa…?”

“... Orang yang kamu selamatkan.”

"Aku mengerti. Orang yang membunuh Count.”

Aku tidak berharap dia menebaknya secepat itu.

Meskipun aku kira itu tidak mengejutkan. Bahkan jika dia tidak melihat wajahku, aku yakin dia bisa tahu dari tubuhku.

“... Terima kasih sudah datang untuk menyelamatkanku. Tapi aku tidak bisa keluar dari sini.”

“Apa ini penjara sihir?”

"Ya itu benar. Penjara sihir ini dibangun oleh Master Guild Alkimia. Dia satu-satunya yang bisa membukanya.” Dia berkata dengan acuh tak acuh, dengan suara kecil sejelas lonceng namun tanpa emosi.

Meskipun dia ditahan di penjara dan pelaku sesungguhnya di depannya, perasaannya tidak terguncang.

Apakah dia menyerah begitu saja? Atau dia sama sekali tidak memiliki emosi sama sekali ... Tidak mungkin, kan?

"…Jadi begitu ya. Aku tidak pernah berpikir kuncinya adalah orang yang hidup.”

“Ini akan terbuka jika kamu membunuh Guildmaster. Tapi kamu tidak bisa melakukannya.”

“Mengapa menurutmu begitu?”

“Karena hatimu murni. Kamu tidak bisa membunuh orang yang tidak bersalah.”

“Dia bisa jadi seseorang jahat yang pantas mati.”

“Tidak, dia orang yang baik. Dengan jujur dan tulus, ia mencari kebenaran di balik sihir.”

“Apakah kamu tidak mau keluar dari sini? Kamu sudah menyelamatkanku. Jadi aku punya alasan untuk membantumu. Jika kamu ingin bebas—”

“Tidak mau.”

“Kenapa?”

“Karena tujuanku sudah terpenuhi.”

Untuk pertama kalinya, Hikaru merasa bahwa hati gadis itu terguncang.

“Karena kamu membunuh orang itu untukku.”

Dia melihat emosi darinya — kelegaan, seolah-olah dia telah menemukan istirahat yang tenang setelah kematian Count.

“... Kedengarannya seperti banyak orang yang tidak menyukai Count itu.”

“Sangat sedikit yang menyukainya.”

“Dia seburuk itu, ya?”

“Memikirkan darahnya mengalir di nadiku membuatku ingin mati.”

Hikaru akhirnya sadar ...

“Kamu putri… Count Morgstad?”

... bahwa dia telah membunuh ayah gadis itu.

“Ya, sedarah dengannya.”

“…….”

“Tolong jangan menatapku seperti itu. Apa orang tuamu menguncimu di dalam rumah? Aku ingin tahu sudah berapa lama sejak terakhir kali aku berada di luar. Aku belum keluar semenjak kami pindah ke sini, jadi aku kira empat tahun?”

“Apa—”

Dia ditempatkan di bawah tahanan rumah oleh ayahnya sendiri? Mengapa? Pertanyaan-pertanyaan berputar-putar di kepala Hikaru.

“Dia takut padaku. Tapi dia tidak bisa membuangku karena aku berharga baginya untuk digunakan.”

Dia berkata, seolah menjawab pertanyaan Hikaru sebelum dia bahkan bisa bertanya.

Membuang? Hikaru mengira pilihan kata-katanya mungkin adalah sesuatu yang diambilnya dari Morgstad dalam interaksi sehari-hari mereka.

“Menurutmu mengapa Master Guild Alkimia harus secara pribadi datang untuk membangun penjara ajaib? Itu karena ....”

Hikaru menahan nafas. Cahaya biru pucat, hampir biru seperti matanya berkumpul di sekelilingnya.

Kepadatan udaranya berubah, membuatnya sulit bernapas.

“.... Karena aku bisa menggunakan sihir luar biasa ..... sihir yang hanya tahu cara menghancurkan.”

Cahaya tiba-tiba menghilang. Tubuh Hikaru terasa lebih ringan, punggungnya basah oleh keringat. Dia memiliki Deteksi Mana-nya jadi dia tahu barusan itu adalah massa kekuatan sihir murni.

Jumlah mana yang luar biasa memenuhi seluruh sel, sedemikian rupa sehingga tubuhnya tampak telah menghilang. Dia ingin memeriksa Soul Board-nya, tapi dia tidak bisa mengeluarkannya.

Pasti karena ini penjara sihir ... cih.

Pada saat mencoba menggunakan Soul Board, huruf-huruf biru yang menyusun penjara bersinar putih. Dia terhalang oleh ini.

Sihir gadis itu juga benar-benar tertutup. Bukan hanya jeruji besi; dinding, lantai, dan langit-langit semuanya terdapat huruf kuno. Namun demikian, udara di sekitar Hikaru yang berdiri di luar penjara berubah. Itulah kekuatan luar biasa dari sana.

“Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke sini. Aku tidak pernah berpikir siapa pun .... apalagi pelaku yang sebenarnya .... akan datang untuk menyelamatkanku.”

“Siapa yang membuatmu menjadi pembunuhnya?”

“Itu tidak masalah.”

“Itu masalah. Ada terlalu banyak hal yang tidak aku mengerti. Apa kamu tidak membenci kekuatanmu sendiri? Lalu mengapa kamu menunjukkannya padaku?”

Dia sedikit memiringkan kepalanya dan tersenyum.

“Kamu bertanya siapa yang menyematkan pembunuhan itu padaku. Ada petunjuk untuk jawaban pertanyaanmu.”

“Apa itu?”

“Aku akan segera dipindahkan ke ibukota kerajaan sebagai pelaku pembunuhan. Yang Mulia kemudian akan menunjukkan kekuatanku kepada para pengikutnya. Begitu kerajaan tahu tentang hal itu, aku akan ditambahkan ke pasukan ekspedisi dengan dalih menebus pembunuhan ayahku sendiri. Mereka akan merubahku menjadi mesin pembunuh, membunuh tanpa henti di garis depan perang. Aku akan dikenal sebagai pembunuh massal yang membunuh ayahnya dan karena itu akan merusak reputasi kerajaan, seluruh keberadaanku akan terkubur dalam kegelapan.”

“Tunggu, jadi kamu mau bilang ... bahwa orang yang menyematkan pembunuhan padamu ...”

Hikaru membasahi bibirnya.

“... adalah Raja.”

(Ini adalah kata si gadis)

“Karena kamu mengkhawatirkan aku, setidaknya aku ingin memberitahumu.” Katanya, tidak membenarkan atau menyangkal pernyataan Hikaru.

Dia tersenyum — senyum kepuasan karena bisa mengeluarkan semuanya.

“………”

Sangat rapuh, pikir Hikaru. Bagaimana bisa gadis ini begitu rapuh? Bagaimana bisa dia menyerah pada kehidupan dengan begitu mudah?

“Terima kasih telah datang ke sini malam ini. Patroli harusnya akan segera datang, jadi kamu harus pulang ... Dan jangan kembali karena itu berbahaya.”

Hikaru berpikir bahwa dunia tempatnya tinggal terlalu berbeda.

Hikaru juga terasing dari keluarganya. Dia kurang lebih menyadari sisi sinisnya ketika dia tumbuh dewasa. Tapi bagaimana dengan gadis ini? Bukan hanya dia tidak merasakan cinta orangtua, dia diperlakukan sebagai alat dan dengan sangat hati-hati saat itu.

Dia tidak ingin hidup bebas karena dia pikir dia hanyalah alat? Apa dia tidak menginginkan hidupnya sendiri?

Tidak.

Tangan gadis itu, ditekan bersama, sedikit gemetar.

Hikaru melepas topengnya. Gadis itupun menatap wajah asli Hikaru saat dia mengungkapkannya — sedikit terkejut. Penampilannya telah sedikit berubah sejak dia melihatnya pada malam yang menentukan itu. Dulu pirang dengan mata biru, tapi kini rambut dan matanya benar-benar hitam.

“... Aku ingin tahu namamu.” Hikaru berkata sambil mengembalikan pandangannya ke depan.

“Itu nama yang mudah dilupakan. Kamu tidak perlu tahu—”

“Aku Hikaru.”

“………”

Apa dia sudah menyerah pada kehidupan? Tidak ada hal seperti. Benar, tidak ada hal seperti itu.

“Beritahu aku namamu.”

Jika dia menyerah, tangannya tidak akan gemetar.

Jika dia menyerah, dia tidak akan membaca novel petualangan.

Jika dia menyerah, dia tidak akan enggan memberikan namanya.

Dia takut jika dia menyebutkan namanya, dia akan memberikan harapan palsu pada dirinya sendiri.

“... Namaku Lavia D. Morgstad ... Tidak, aku Lavia. Lavia saja.”

Jika dia menyerah, lalu mengapa pipinya basah?

“Lavia, aku bersumpah aku akan—”

“Jangan.” Katanya, mengangkat suaranya hampir menjadi teriakan.

“Jangan katakan lagi. Jika kamu melakukannya, aku akan mengharapkannya. Jika aku mulai berharap, aku tidak akan bisa berhenti. Aku sudah senang bahwa orang yang mengikatku sudah mati. Aku tidak bisa berharap lebih dari itu.”

Namun, Hikaru melanjutkan.
“Aku bersumpah aku pasti akan menyelamatkanmu.”

Air mata mengalir, mengalir di wajahnya.

“Jangan. Jangan katakan itu.”

Lavia sudah siap untuk hidup dalam kegelapan.

Tapi sebuah tangan terulur padanya. Perasaan yang telah tersimpan di bendungan hatinya mungkin telah hancur.


"Benar, seperti yang kamu katakan. Aku tidak bisa memaksakan diri untuk membunuh orang yang tidak bersalah ..... Jadi aku tidak akan membunuh siapa pun. Aku akan membantumu melarikan diri tanpa menumpahkan darah. Kesempatan akan datang ketika kamu diangkut ke ibukota oleh para petualang tiga hari dari sekarang.”

Lavia hanya menangis tanpa menjawabnya. Air matanya tidak berhenti. 

Hikaru pun mengulurkan tangannya.

Kemudian, dia merasakan semacam penghalang di sekitar sel dan menekan telapak tangannya di sana.

“Mereka menyebutku .... sombong lho. Aku terlalu percaya diri. Ku percaya aku bisa melakukan apa saja yang baru saja aku katakan. Aku akan tetap menyelamatkanmu tak peduli apa kamu mau atau tidak. Sama seperti aku tiba-tiba muncul dalam hidupmu dan membunuh ayahmu ... Aku juga akan ikut campur dalam hidupmu.”

Lavia terhuyung ke arahnya. Di sisi lain dari penghalang tak kasat mata, dia menekan tangannya di atas Hikaru.

“Bisakah aku percaya padamu? Aku pasti akan membawa beban berat padamu.”

“Tidak masalah.”

“Jika kamu bisa menyelamatkanku, aku akan memberimu segalanya ....”

“Tidak perlu. Kamulah yang lebih dulu menyelamatkan hidupku. Aku tidak bisa hanya duduk dan membiarkanmu mati tanpa membalas budi.”

Pintu terbuka dan dua ksatria masuk ke ruangan.

Seorang ksatria yang tertidur dan East.

“Ah, ya ampun. Aku tidak berharap mengalami masalah seperti itu ketika aku datang ke sini.”

“Itulah yang kau dapatkan karena bermain-main saat bertugas.”

“Ya ya ya. Jangan terlalu kesal dong. Oh, nona muda itu tertidur lelap.”

Dua ksatria itu melihat Lavia yang berbaring di tempat tidur dengan punggung menghadap ke mereka.

“………”

“Ada apa, East?”

“Dia biasanya membaca buku pada jam ini.”

“Dia mungkin kelelahan.”

“…Kukira juga begitu.”

“Kau terlalu mengkhawatirkannya.”

“Bagaimana bisa aku tidak khawatir sama dia?”

Mereka berdua tidak menyadari bahwa gadis yang memunggungi mereka masih terjaga, matanya merah karena menangis. Dia tidak ingin mereka melihatnya.

Mereka juga gagal memperhatikan seorang anak laki-laki di belakang mereka ketika dia menyelinap keluar dari ruang gudang bawah tanah.

Waktu yang tersisa sebelum pelaksanaan rencana pelarian: tiga hari.

Sisa uang: 1,390 gilans (+ 7,500 + α)

Related Posts

Posting Komentar