Kamigami ni Sodaterare Shimono - Chapter 02 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 2 – Tiga Guru

TLN: Ingat, chapter ini saya terjemahkan dari WN syosetu, bukan dari LN dikarenakan saya belum mampu beli :D. Namun, untuk plotnya jangan khawatir karena WN dan LN masih sejalan..

Begitu aku mulai tumbuh besar di mana aku bisa memahami namaku sebagai Will, para dewa mulai berselisih lagi. Perbedaan dalam kebijakan bagaimana cara mendidikku sudah mulai muncul.

Reus, yang merupakan orang tuaku juga, ia adalah dewa tertinggi yang dapat menjelma menjadi segalanya dan tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana wujud aslinya. 

Dalam bentuk rusa jantan, ia mulai berkata:

“Will kelak akan menjadi anak yang baik. Aku ingin ia tumbuh bebas. Sepenuhnya tumbuh bebas tanpa terikat pada apa pun di gunung ini.”

Para dewa lainnya setuju, pertama dimulai dari kata Dewa Pedang Ronin.

Dia adalah Dewa Kenjutsu yang menguasai setiap ilmu pedang –– dan berpakaian seperti samurai Oriental. Katana melengkung yang tergantung di pinggangnya adalah Blade Samurai Oriental.

(TLN: Kenjutsu= Ilmu/Seni Pedang)

Ronin mengangkat pedangnya dan berkata.

“Tentu bagus tumbuh bebas secara liar, tetapi seorang pria harus punya otot. Terutama ilmu pedang. Aku ingin anak ini belajar ilmu pedang dan menjadi ahli pedang terbaik.”

Dipegangkan pedang kayu mainan di tangan, aku yang masih kecil mengayunkan pedangnya dengan gembira. Milia yang melihatnya mengambilnya dan memelukku.

“Apa yang kau katakan biadab. Anak ini akan merawat binatang-binatang dari gunung dan menjadi master tabib yang menyembuhkan mereka. Ia harus menjalani hidupnya dengan tenang sebagai penyembuh binatang!”

“Apa katamu!”

“Apa?!”

Meskipun Ronin memelototinya, ia balik melotot. Meskipun ia adalah dewi penyembuh, kemampuannya sebanding dengan dewa pedang.

Dan sementara Milia adalah wanita yang sangat berkemauan keras. Dewi Penyembuhan, juga dikenal sebagai Dewi Kesuburan, yang sekarang hidup dalam pengasingan di gunung ini, tetapi pada zaman dahulu kala di mana para dewa mendominasi dunia, mereka adalah pelopor yang memberantas banyak kejahatan dan melawan dewa-dewa jahat. Dia takkan pernah takut bahkan pada Dewa Pedang sekalipun.

Seorang lelaki tua mengenakan topi runcing, menyipitkan matanya, memperhatikan perdebatan mereka berdua. Tak peduli bagaimana kau melihatnya, dia terlihat seperti penyihir.

Namanya Vandal. Dewa sihir.

Dia menyendiri di Gunung Table untuk mencari tahu kebenaran sihir, dan terus melakukan penelitian sambil terkubur dalam gunung buku.

Meskipun dia adalah seorang peneliti yang tenggelam dalam sihir sampai-sampai tidak pernah mencukur jenggotnya beberapa tahun terakhir, ia sepertinya punya kata singkat dalam kebijakan pendidikanku.

“Anak ini cerdas dan bijaksana. Dengan segala cara, aku ingin ia menjadi penerusku. Aku ingin mendidiknya hingga menjadi sage terkuat.”

Suaranya serak, tetapi dia menyatakannya dengan tegas dan penuh tekad.

Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwasanya kebijakan pendidikan untukku dari para dewa menjadi bersimpangan.

Dewa pedang Ronin, yang ingin aku menguasai ilmu pedang.

Dewi Milia, yang ingin aku menjadi seorang tabib.

Dewa sihir Vandal, yang ingin aku menempuh jalur sihir.

Tak satupun dari mereka yang akan menyerah.

Percikan api menyebar di antara para dewa.

Dalam situasi yang terlihat seperti bubuk mesiu, sesuatu yang menjadi penengah di antara mereka pun muncul.

Reus, Sang Dewa Tertinggi. Dia adalah penguasa dewa yang mengatur para dewa di Gunung Table. Dewa yang memiliki wujud tanpa batas, meskipun dalam wujud rusa, ia berkata dengan ekspresi dan suara yang memperlihatkan keagungannya.

“Jangan berdebat di depan anak-anak! Jika kalian bertengkar lebih jauh, aku akan mengambil Will dan pergi ke alam lain!”
Takut kehilangan anak mereka yang tercinta, alih-alih marah kepada Penguasa Dewa, mereka pun menghentikan klaim mereka masing-masing.

――Namun, itu hanya sementara ketika Ronin sekali lagi menunjukkan ayunannya dan dengan santai menaruh pedang kayunya di sisiku yang menyebabkan pertengkaran susulan.

Lalu, Milia menaruh ramuan obat di dekatku, dan Vandal meletakkan buku mantra. Percekcokan di antara mereka pun meledak, ketika Vandal dengan liciknya menambahkan sesuatu seperti permen di atas buku.

Tampaknya pertengkaran itu akan menjadi pertengkaran fisik, jadi Reus sang Dewa Tertinggi sekali lagi mulai menegur mereka.

“Hei kalian, hentikan itu. Kenapa kalian tetap keras kepala dengan pendapat kalian sendiri seperti ini?”

“Itu karena dia sangat imut, Reus. Aku ingin anakku yang imut ini mewarisi jalanku. Ilmu pedang adalah yang terbaik. Tentunya itu akan melindungi anak ini di masa depan.” Jawab Ronin.

“Aku setengah setuju. Tetapi hati yang lembutlah yang melindungi anak ini. Pasti kekuatan untuk menyembuhkan semua lebih cocok untuk kebutuhan mental anak ini.” Jawab Milia.

“Aku setuju. Tetapi pengetahuanlah yang menyelamatkan anak ini. Pengetahuan tentang segalanya pasti akan membuat anak ini bahagia.”

Aku tahu mereka menyayangiku, tapi jika seperti ini takkan ada kemajuan.

“Aku mengerti. Kalau kalian berkata sejauh itu maka lakukanlah. Tapi dilarang bertengkar. Aku akan membawanya pergi jika kalian lakukan itu.” Kata Reus.

“Pendidikan Will dilakukan setiap hari. Masing-masing secara bergiliran.” lanjutnya

Dengan itu, telah diputuskan.

“Apa artinya ini?” Tanya Dewi Milia.

“Itulah artinya. Masing-masing dari kalian akan memberikan pendidikan untuk nak Will. Dengan kata lain, Ronin mengajarkan ilmu pedang, Milia mengajarkan penyembuhan, dan Vandal mengajarkan sihir.”

Mendengar kata-katanya, para dewa....
“Kenapa aku tidak memikirkan ini!?” 
....terlihat di raut wajah mereka.

Melihat wajah mereka, Reus...
“Dengan ini, sudah diputuskan. Anak ini akan menerima pendidikan yang terbaik dari para dewa terkuat. Dia akan menjadi dewasa, tetapi dewasa seperti apa dia kelak?” ungkapnya.

Dia mungkin akan memiliki kemampuan ilmu pedang melampaui dewa pedang, kekuatan penyembuhan melampaui dewi penyembuhan, dan kekuatan sihir melampaui dewa sihir.

Atau sebaliknya, ilmu pedangnya tak sebagus Ronin, penyembuhan lebih rendah daripada Milia, dan sihirnya setengah matang dan kalah dari Vandal.

Namun, itu bukan masalah besar. Yang terpenting adalah orang seperti apa, anak yang dipanggil Will itu.

Bagi Reus, mempunyai lebih banyak kekuatan hati itu lebih dibutuhkan daripada kekuatan fisik. Hati yang kuat yang pantang menyerah pada musuh yang kuat, hati yang adil yang pantang mengampuni kejahatan, hati yang penuh belas kasih yang peduli pada yang lemah.

Selama ia memilikinya, maka tak masalah jika ia menjadi yang terlemah.

Ia memutuskan untuk membesarkan Will dengan cara seperti itu, tetapi kekhawatiran yang tak perlu dari Reus meledak dalam beberapa tahun.

Ketika ia menginjak balita, Will menunjukkan sebagian kekuatan di luar dugaan.

Suatu hari, ketika Dewa Pedang Ronin sedang melatih Will. Meskipun dia masih menjalani latihan ilmu pedang paling dasar dari pagi sampai malam, tetapi Ronin mengatakan beberapa kata candaan.

“Will, potonglah pohon besar di depanmu, nanti aku akan memberimu belati yang kau inginkan selama ini.”

“Benarkah?”

Ketika Will dalam kesenangan, ia tanpa ragu-ragu akan memotong pohon besar itu.

Seperti Ronin, dia mencoba membuat pedang flash dari ujung pedangnya, tapi itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.

Awalnya ia tidak berhasil, tetapi setelah Will meniru ayunan pedang Ronin sebanyak tiga kali, akhirnya sebuah flash muncul dari ujung pedang kayunya. 

Sinar pedang emas yang dilepaskan dari pedang kayu memukul pohon raksasa itu dan hancur.

Ronin, yang melihatnya, akhirnya memberikan Will belati seperti yang dijanjikan.

Sementara merasa senang, Will pergi untuk memamerkan belatinya pada teman-temannya——pada binatang-binatang gunung.

Lalu, Dewi Penyembuhan muncul, dan memuji Will ketika ia berdiri di samping Ronin.

“Bakatmu sangat luar biasaa! Tak hanya sebagai tabib terhebat, tetapi bahkan sebagai pendekar pedang juga.”

Tentu saja, dia terus membesar-besarkan tentang anak itu akan menjadi tabib, tetapi Ronin sama sekali tidak menggubrisnya.

Ia terkejut oleh bakat Will yang luar biasa.

Ronin berjalan ke tempat pohon itu dan berkata pada dirinya sendiri.

“......Aku tidak serius menyuruhnya memotong pohon besar. Tapi meskipun begitu, dia, Will, tanpa ragu-ragu menghancurkannya.”

Ronin tersenyum menyeringai ketika ia menggenggam serpihan kayu dari pohon yang hancur.

Milia ingin ia menjadi tabib, Vandal ingin ia menjadi penyihir, tapi Ronin ingin menjadikan Will sebagai pendekar pedang terkuat.

Melihat bakat konyol Will, ia memperbarui tekadnya.

Related Posts

Posting Komentar