The Dropout Swordsman-Spamming the 100 Million Years Button - Chapter 23 Part 01 Bahasa Indonesia

Posting Komentar

Chapter 23 Part 1 – Pendekar Pedang Sihir dan Organisasi Hitam [6]

Gedung Kantor Daido terbakar.
Pertempuran sengit telah terjadi di dalamnya.

“ZUEEEEE!”

“Gaha...”

Para prajurit pribadi bergegas memasuki Gedung Kantor Daido tanpa ragu-ragu — mereka cukup terampil.

Kemampuan ilmu pedang mereka cukup baik, menebas sekelompok jubah hitam satu demi satu dan berlari menaiki gedung.

Menilik dari gerakan mereka, tampaknya Lima Pedagang Besar berada di lantai tujuh; lantai paling atas.

“Ria, Rose, kita juga harus pergi!”

“Ya!”

“Un!”

Ketika kami maju ke lantai paling atas bersama para prajurit pribadi, kaki mereka tiba-tiba berhenti di lantai enam.

“Gaha...”

“Mus, ta .... hil…!?”

“Aku tidak bisa ... mengenainya...!?”

Para prajurit pribadi itu dijatuhkan satu per satu oleh seorang pendekar pedang berpakaian hitam.

“……Tidak tidak TIDAK! Terlalu renyah! Hibur aku lagi dan lagi dan lagi! Aha-ahaha-hahahahaha!”

Pendekar pedang berjubah hitam itu mulai tertawa gila, menginjak prajurit pribadi yang tersungkur di lantai.

(……Dia berbahaya.)

Ketika aku meraih pedang sambil meningkatkan kewaspadaan,

“……!? mungkinkah!? Mungkin ... Mungkin ... Mungkin...!? Kau Allen!?”

“!?”

Dia memanggil namaku dengan suara bahagia, tersenyum, melengkungkan mulutnya.

“Reaksi itu! Sudah kuduga benar! Ya ya, tidak mungkin aku salah! Aha ... akhirnya aku bisa melihatmu!”

Sambil bertepuk tangan, ia tertawa gembira, menaik-turunkan bahunya.

“…kau siapa?”

Sayangnya, aku tidak ingat ada orang aneh di antara teman-temanku.

“Ah, jahatnya...! Padahal kita sudah saling mencintai, tapi kau sudah melupakanku...? ”

Aku tidak paham apa yang dia bicarakan, tapi...

Jelas dia terobsesi padaku.

(Aku tidak punya pilihan selain melakukannya...)

Aku menguatkan tekad, namun,

“Allen, kamu harus pergi ke Lima Pedagang Besar!”

“Serahkan ini pada kami...!”

Ria dan Rose maju selangkah, menyiapkan pedang mereka.

“Kami bisa menghadapi orang ini!”

“Tidak masalah. Serahkan ini pada kami.”

“...Baiklah.”

Kalau mereka bilang begitu, aku yakin mereka akan baik-baik saja.

Aku pun meninggalkan tempat itu dengan pikiran yakin dan berlari ke lantai tujuh, tempat kelima pedagang menunggu.

“A A!? Tunggu, Allen!”

“Lawanmu...”

“Adalah kami!”

Lalu aku berlari menaiki tangga dan membuka pintu ruangan bertanda Ruang VIP.

Pada saat itu,

“Hai-hiiiiii!?”

“T-Tolong ampuni, tolong ampuni nyawaku...!”

“Aaaaa-aku punya banyak uang dan emas! Aaaa-ku akan memberikan apa pun yang kamu minta!” Kata tiga dari Lima Pedagang Besar, dengan suara gemetar.

Mungkin mereka salah paham mengira aku sebagai pelaku penyerangan.

Yah, tidak mengherankan.

(Tapi ... dua lainnya duduk tanpa sedikit pun rasa takut...)

Aku mendongak, melihat dua orang yang duduk di kursi mewah di tengah ruangan, dengan mengarahkan tatapan tajam ke arahku.

Salah satunya ialah seorang pria dengan bekas luka besar bergaris di mata kirinya.

Yang lainnya ialah seorang wanita cantik bermata rubah dan berambut merah …… Aku merasa seperti aku pernah melihat orang ini di suatu tempat, tapi sekarang bukan waktunya untuk itu.

Hal pertama yang harus aku lakukan ialah menyingkirkan kewaspadaan dari Lima Pedagang Besar terhadapku, sekaligus membawa mereka keluar dari gedung ini.

“Aku Pendekar Pedang Sihir Allen-Rodore. Aku datang untuk menyelamatkan kalian semua.”

Pada saat itu, warna ketakutan memudar dari mata mereka

Tapi, tentu saja, mereka tidak sepenuhnya percaya padaku.

Jadi aku mengucapkan kata-kata "bahaya yang mengancam" secara meyakinkan, yang dapat mengubah skeptisisme mereka.

“Seperti yang sudah kalian ketahui, gedung ini sudah ditanami bahan peledak. Dan belum tentu hanya satu saja.
Ada kemungkinan sesuatu yang lebih besar masih disembunyikan! Dan – itu mungkin ada di dekat sini.”

Sebuah kelompok misterius memasang bahan peledak di gedung ini tanpa ada yang menemukannya.

(Dan tentu saja kalau mereka mau, mereka bisa saja meledakkan seluruh bangunan ini. Namun, mereka berani melakukan sesuatu dengan sedikit kekuatan)

Dari sini, jelas bahwa tujuan mereka bukan untuk membunuh kelima pedagang itu, tetapi untuk "menculik".

Lima Pedagang Besar jauh melampaui presiden Lima Akademi dalam hal sumber daya kekayaan

Jika penculikan itu berhasil, mereka dapat menuntut sejumlah besar uang tebusan.

(……Bahkan kalau tujuan mereka itu penculikan, itu tidak menjamin 'kehidupan' dari Lima Pedagang Besar.)

Apabila tujuan utama penculikan tidak berhasil, ada kemungkinan besar penculikan akan segera beralih ke pembunuhan.

Dan dalam hal ini, sangat mungkin bahwa bahan peledak telah dipasang di gedung ini – terutama pada posisi yang akan meledakkan ruang VIP ini.

Jadi kami harus cepat-cepat pergi dari tempat ini.

“Aaaaa-aku mengerti.”

“A-Ayo segera tinggalkan tempat ini!”

“Bisakah kami mengandalkanmu untuk menjaga kami!? Allen-kun!?”

Seperti yang diharapkan dari Lima Pedagang Besar. Mereka cepat mengerti apa yang akan aku katakan. Meskipun mereka panik di medan perang yang tidak dikenal, mereka masih punya ruang di kepala mereka untuk berpikir secara rasional.

“Ya tentu saja. Tolong ikuti aku!”

Lalu, aku membimbing Lima Pedagang Besar dan bergerak cepat untuk keluar dari gedung.

Keluar dari ruang VIP yang berbahaya, kami lari menuruni tangga.

Lalu, ketika kami sampai di lantai enam dengan aman — sosok Ria yang berbaring tak sadarkan diri dengan punggung dibawah, memasuki pandanganku.

“.....Ri-Ria!?”

Aku buru-buru berlari ke arahnya dan meletakkan tanganku di dadanya.

(TLN: Dada???? I hate my mind. XD)

(…Syukurlah)

Jantungnya masih berdetak kencang.
Ternyata dia hanya pingsan.

Dan hal berikutnya yang aku lihat,

“Teknik Rahasia Gaya Sakura Blossom One-Sword - Mirror Sakura Slash!”

“Ahaa...! Mainan bocah seperti itu ... Takkan berguna, tahu!”

“Tidak mungkin ... Kyaa!?”

Itu sosok Rose. Semua serangan khususnya yang mematikan dihindari orang berpakaian hitam dengan mudah, berikutnya ia melayangkan tendangan kuat ke depan, mengenai Rose.

“Ro-Rose!?”

Terlempar ke belakang, bagian belakang kepalanya terbentur ke beton bangunan dan jatuh ke lantai.

Kini ia bahkan tak bergerak sama sekali dan tampaknya benar-benar kehilangan kesadaran.

(Ria, Rose...)

Tidak mungkin mereka berdua kalah hanya karena serangan lurus dari depan.

Pasti ada sesuatu yang lain.

Sesuatu yang bisa membuat mereka berdua lengah ...

“Fuu...”

Aku merilekskan kepala dan hatiku yang mendidih karena amarah, dengan napas dalam-dalam.

Setelah berhasil memenangkan diri, aku melihat sekeliling — lalu aku melihat prajurit pribadi memegang pedang mereka dengan tangan gemetar.

“Permisi ... Aku akan mengambil alih di sini.
Tolong kalian semua bawa Lima Pedagang Besar ini keluar dari gedung.”


“Apa kau yakin!?”

“A-aku mengerti...!”

“Kami serahkan padamu...!”

Pada saat yang sama ketika aku mengangguk, para prajurit pribadi membawa Lima Pedagang Besar dan mulai berlari.

Orang berpakaian hitam di depanku bahkan tidak mencoba menghalangi — dia hanya menatapku dengan penuh perhatian.

“...mengejutkan kau membiarkan mereka lari.”

“Aha! Itu karena kau jauh lebih penting bagiku daripada perintah yang membosankan...!”

Dia tidak bercanda, sepertinya dia benar-benar hanya tertarik pada 『Aku』.

“ ...Siapa kau sebenarnya?”

Aku tidak bisa melihat wajahnya dari sini karena dia memakai tudung hitam.

“Nn ー ...kejam juga kau melupakanku ... Padahal hari-hari demi hari ... Aku hanya memikirkanmu seorang, Allen?” Katanya, sambil tertawa riang dengan tangan terbuka lebar.

“Kenapa kau tidak melepas tudungnya? Aku tidak punya waktu di sini.”

Kemungkinan bahan peledak masih ditanam di gedung ini.

Aku tidak ingin berdiri diam di tempat berbahaya seperti ini terlalu lama.

“Jangan tergesa-gesa dong ... Kita akhirnya bersatu kembali, lho? Benar juga .... Apa kau akan ingat kalau aku katakan ini ... Nee~ Pendekar Pedang Gagal-sama?”

“...!?”

Pendekar Pedang Gagal.

Satu-satunya orang yang memanggilku seperti itu, di akademi ialah siswa dari Akademi Ilmu Pedang Gran.

(Berbicara tentang seorang yang memiliki obsesi kuat padaku di Akademi Ilmu Pedang Gran...)

Hanya ada satu orang yang masuk ke pikiran.

“Jangan-jangan ... Kau Dodriel!?”

“Ahaa! Benar, benar, super benar...! Nice meet you, Alleeeeen~!” Dodriel berkata, dan melepas tudung hitam.

(TLN: Sudah dari sananya, dia pake Inggris)

Rambut biru yang kusut parah, diikat ke belakang.

Wajah dan hidungnya memiliki bentuk yang bagus.

Namun – ada bekas luka pedang besar melintas di wajahnya.

Mungkin itu yang ia dapatkan dari duel denganku.

“Dodriel-Barton...”

“Aha ... Kau akhirnya ingat aku, Alleeen-Rodoreeee!”

Related Posts

Posting Komentar