The Dropout Swordsman-Spamming the 100 Million Years Button - Chapter 22 Part 02 Bahasa Indonesia

Posting Komentar

Chapter 22 Part 2 – Pendekar Pedang Sihir dan Organisasi Hitam [5]

Toko yang direkomendasikan Sandy-san di depan rumah sakit –– Toko Pusat Rental Yukata segera menarik perhatianku.

“Yuk kita masuk?”

“Un, ayo!”

“Yukata ... setelah sekian lama.”

Jadi kami masuk toko tanpa pikir panjang.

“Selamat datang. Apakah Anda di sini untuk menyewa yukata?”

Begitu kami memasuki toko, seorang nenek ramah yang mengenakan yukata menyambut kami.

“Ya, kami ingin menyewa untuk tiga orang...”

“Ya, tolong serahkan padaku!” kata nenek itu.

“Oii, ada pelanggan laki-laki! Orang yang di belakang cepat ke sini!”
Kemudian, ia berteriak keras yang terdengar sampai ke bagian belakang toko.

Seorang pegawai pria yang mengenakan yukata muncul dengan langkah cepat.

“Iya iya.. selamat datang! Um, pelanggan-sama. Yukata pria ada di sini, jadi tolong ikuti saya.”

Aku pun membuntuti pegawai pria dan pindah ke belakang toko.

“Silahkan pilih yang Anda suka dari yukata ini.”

Yukata untuk pria berbaris berjejer di depanku.

Seperti yang diharapkan, itu bukan untuk wanita, tetapi ada begitu banyak pilihan.

Oh itu dia..

“Oke ... Kalau gitu, aku pilih ini.”

Aku memilih yukata polos berwarna hitam agar tidak terlalu mencolok.

“Yang ini, ya? ––Ya, tolong ke sini.
Saya akan mendandanimu.”

“Ah, mohon bantuannya.”

Aku pun dibawa ke ruang ganti pria.

Cara memakainya tampaknya tidak terlalu lama, ketika ia meletakkan yukata hitam di tubuhku dan melilitkan selempang putih di sekitarnya –– hanya butuh sekitar satu menit.

“Oh, terlihat sangat cocok!”

Ketika aku melihat cermin, ada sosok diriku mengenakan yukata, dan aku merasa agak malu.

“T-Terima kasih…”

Lantas aku meninggalkan ruang ganti dan menunggu Ria dan Rose selesai.

10 menit kemudian.

Akhirnya, pintu ruang ganti perempuan perlahan dibuka,

“B-bagaimana ini...?”

“Apa ini cocok untukku?”

Ini benar-benar berbeda dari penampilan seragam yang biasa mereka kenakan –– mereka berdua tampil dengan yukata yang cantik.

“……”

Penampilan itu, mendadak membuatku tersentak.

Aku tak bisa berkata-kata pada luapan kecantikan mereka.

Yukata berwarna cerah yang dipakai Ria, memiliki pola capung merah tua, dan selempangnya itu berwarna anggur merah sama seperti pita yang mengikat twintail-nya.

(Twintail: Ikatan rambut dua ekor, yang suka nonton pasti tahu)

Sedangkan, yukata biru tua Rose memiliki pola bunga sakura putih, dan selempangnya berwarna kuning.

Tanpa pujian, mereka berdua sangat cantik dan cocok.

“U-Un. Sangat cocok untuk kalian berdua.”

“Benarkah? Terima kasih…”

Ria bergumam lirih sambil memerah pipinya.

“Fufuu, aku senang.”

Rose tersenyum senang.

“A-Aku pikir .... yukata itu sangat cocok untuk Allen.”

“Un, terlihat elok dan pas.”

“Ahaha, terima kasih.”

Setelah kami berbagi kesan masing-masing, kami membayar biaya sewa yukata, dan akhirnya berangkat ke Festival Komersial Daido.


Di pusat Drestia, membentang jalan besar yang disebut 『Jalan Dewa』.

Festival Komersial Daido adalah festival tahunan yang diadakan di Jalan Dewa ini.

Ini pasti festival terbesar di negara ini.

Setibanya kami di Jalan Dewa,

“Melihatnya dari sini, benar-benar ada kerumunan besar...”

“Jauh lebih ramai dari Orest ...”

“Seperti biasa, sangat padat...”

Aku kewalahan dengan jumlah orang di festival itu.

Toleh ke kanan dan ke kiri – ada kerumunan di mana-mana.

Kios-kios jalanan berjejer di kiri dan kanan jalan.

Para Calo bersemangat untuk menarik pelanggan.

Aroma makanan lezat yang menggugah selera makan.

Suasana kaya yang menyatakan 『Ini tepatnya Festival!』.

“Mari kita nikmati festival ini sepenuhnya!”

“Un, ayo cepat!”

“Aa, benar!”

Kami menyelam ke lautan manusia.

Saat kami berjalan di sepanjang gelombang orang,

“Ah, lihat Allen! Ini pisang choco!”

“Lihat, ada apel permen apel juga!”

Hampir di saat yang sama, Ria dan Rose menunjuk ke hal-hal yang mereka minati.

“Ah, mari kita coba satu-satu.”

Lalu kami berkeliling ke berbagai kios dan makan banyak.

Kami mulai dari pisang choco, dan kemudian permen apel.

Cumi bakar, yakisoba, ayam goreng, permen kapas, frankfurter* – jujur, aku sudah kenyang.

(Sama kaya Hot Dog)

Alasan mengapa sebagian besar kios yang kami singgahi begitu bias ke arah 『nasi matang 』 pastinya karena Ria.

Lagi pula dia punya nafsu makan yang banyak.

Dia makan dengan sangat baik, sehingga aku ingin bertanya di mana semua makanan itu masuk ke tubuhnya.

(...Tentunya aku tidak bisa mengatakan 「kamu makan terlalu banyak」 pada seorang gadis.)

Bahkan aku sangat mengerti itu.

Tapi kemudian, bagaimana kita menghentikan amukannya ... Aku tidak tahu sama sekali.

“Oh, luar biasa! Lihat lihat, Allen! Ini tusuk sate sapi terbaik!”

Dia masih menunjuk ke lusinan kios dengan mata berbinar.

Ada banyak pinggang daging sapi besar dengan lemak tebal di atasnya.

(Ooo...)

Me-memang, dalam kondisi super jumbo ini, sulit......

Hanya melihatnya saja membuat dadaku sakit.

(Aku memiliki perasaan ini sejak kami pergi untuk Ramzac bersama tapi ... Ria sedikit lebih 「rakus」...)

Tidak peduli berapa banyak dia makan, aku takkan mengatakan apa pun selama ia bisa mempertahankan tubuh yang sehat itu.

Namun, meminta kami ikut makan dalam jumlah yang sama ... Ampun deh.

Aku bertukar pandangan dengan Rose, dan mengangguk.

Dia sama denganku, sudah mencapai batasnya.

“Ri-Ria...? Kamu masih akan makan...?”

“Kami ingin mengistirahatkan perut dulu.”

“Eh, tidak mungkin?”

Luar biasa, Ria berkata dengan wajah tak berdosa.

Itu adalah ekspresi terkejut yang benar dan jujur.

(Kamu mau coba bilang bahwa kami masih sanggup...!?)

Aku harus mempersiapkan diri saat makan dengan Ria di masa depan...

Lagi pula, ini tidak baik.

Entah bagaimana, kami perlu mengalihkan pikirannya dari makanan.

“A-ada banyak kios selain makanan, jadi kenapa kita tidak melihatnya?”

“K-Kedengarannya bagus, Allen! Aku setuju!”

Rose segera mendukung saranku.

Dan kemudian Ria,

“Begitu ya. Jika itu yang ingin kalian lakukan, ayolah!”

Dia langsung setuju dengan ide ini tanpa menunjukkan perlawanan yang berarti.

Akhirnya dibebaskan dari tur makanan neraka, Rose dan aku menghela napas lega.

Lalu kami berjalan di mengitari kios permainan – seperti lotere, bowling dan menyendoki ikan emas.

Tembakan Ria tepat 100%. Boneka mainan, figur, lencana, dll. – dia mendapat banyak hadiah.

Di sisi lain, Rose menyapu semua super bowl dengan ketangkasan yang luar biasa.

“Yay! Panen hadiah!”

“Fufu, menang telak!”

“A-Ahaha ... Penjaga kios menangis tuh...”

Kemudian, ketika kami mengunjungi berbagai kios dan menikmati Festival Komersial Daido,

(...Nn? Apa itu?)

Tepat di depanku, ada sebuah gedung besar dengan banyak keamanan.

(Sekitar 7 lantai...?)

Di sekitar gedung yang amat besar itu, ada sejumlah besar pendekar pedang yang berdiri diam.

Jelas mereka bukan Ksatria Suci melihat dari ketiadaan seragam.

(……Apa sebenarnya itu?)

Dan ketika aku melihat bangunan itu, dan para pendekar pedang,

“Itu adalah Kantor Daido. Di dalamnya, Lima Pedagang Besar sedang mendiskusikan tentang berbagai hal.”

Rose yang merasakan kebingunganku, dengan lancar memberikan penjelasan.

Lima Pedagang Besar - Istilah umum untuk lima pedagang paling terkemuka. Mereka adalah orang-orang berpengaruh di negara ini, sama seperti para presiden Lima Akademi.

(Oh begitu…)

Jadi pendekar pedang itu adalah prajurit pribadi yang mengawal lima pedagang besar di dalamnya.

“Rose benar-benar berpengetahuan luas ya.”

“Tidak juga. Dulu aku pernah dibawa ke sini oleh kakekku. Jadi aku tahu sedikit.”

“Kakekmu...? Apa itu berarti, Gaya Sakura Blossom One-Sword–––”

Tepat ketika aku belum selesai – ada ledakan di Kantor Daido.

“““Ha!?”””

Sekelompok orang berpakaian hitam dari salah satu bangunan di sekitarnya bergegas ke Kantor Daido satu demi satu.

Gerakan-gerakan itu, ketenangan mereka seolah-olah mereka tahu akan ada ledakan, dan pakaian yang menutupi wajah – tak salah lagi, mereka pelaku yang menyebabkan insiden ini.

(...Jadi target mereka adalah Lima Pedagang Besar)

Dan pada saat aku selesai menyatukan pikiranku,

“Kantor Da-Daido terbakar!?”

“Sial, cepat panggil Ksatria Suciiiiii!”

“Cepatlah! Lima Pedagang Besar masih di dalam!”

Lingkungan sekitar menjadi sangat panik.

Pergerakan prajurit pribadi yang bertanggung jawab atas keamanan –– tersebar.

Mereka yang mencari bantuan dari Ksatria Suci.

Mereka yang bergegas ke Kantor Daido tanpa pikir panjang.

Mereka yang jatuh panik, dan membeku di tempat mereka berdiri.

(……Api yang disebabkan oleh ledakan itu tidak begitu kuat.)

Dan bangunan ini rupanya sebagian besar terbuat dari beton – dengan kata lain, api menyebar lambat.

Api akan padam oleh para Ksatria Suci yang akan segera tiba.

Maka hanya ada satu hal yang perlu aku lakukan di sini

“Aku akan masuk. Ria dan Rose, tunggulah di sini!”

Sebagai pendekar pedang, aku harus membantu mereka yang membutuhkan.

“A-Aku juga ikut!”

“Tentu, aku juga...!”

Dengan demikian, kami bertiga memasuki Kantor Daido yang terbakar

Related Posts

Posting Komentar