The Dropout Swordsman-Spamming the 100 Million Years Button - Chapter 18 Part 01 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 18 Part 1 – Pendekar Pedang Suci Sihir dan Organisasi Hitam [1]

Setelah itu, aku menjalani berbagai pemeriksaan untuk memastikan kondisiku. 

Hasilnya semua normal - tubuhku benar-benar pulih. Aku akhirnya keluar dari rumah sakit dan segera pergi menemui Ria dan Rose. Mereka sangat senang atas kepulanganku.

Dan kini aku menuju ke kantor presiden bersama Ria dan Rose.

Atas nama kami bertiga, aku mengetuk pintu hitam.

“Masuk.”

Suara seperti robot dan datar Leia-sensei, terdengar lagi.

Kupikir pita suara wanita itu luar biasa, karena sensei dapat berbicara secara mekanik, padahal sebenarnya, dia tak melakukan pekerjaan apa pun.

“....Permisi.”

Kami diizinkan masuk, jadi aku pun membuka pintu secara pelan.

“Oh, kalian ya...”

Sensei yang baru saja selesai membaca edisi minggu ini dari Weekly Shonen Yaiba, meregangkan tubuhnya.

“Selamat pagi, Leia-sensei.”

“Aa, pagi. Allen, kau sudah baikan?”

“Ya, aku sudah menjalani banyak pemeriksaan, dan hasilnya tidak ada masalah sama sekali.”

"Indah sekali. –– Bagus, saya akan membuatmu terlibat dalam kegiatan sukarela sebagai hukuman karena melanggar aturan Festival Suci Lima Besar.”

Lantas, sensei berdiri.

Tentu saja, kami datang ke sini hari ini untuk tujuan itu. Tetapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu aku tanyakan.

“Sensei, sebelum itu ... Bisakah sensei memberi tahuku kelanjutan dari cerita yang berakhir di tengah itu?”

Kelanjutan dari cerita yang sensei jabarkan tak lama setelah aku siuman.

Sensei itu luar biasa sibuk dengan pekerjaan, dan pembicaraan penting berakhir di tengah jalan.

“Ups, maaf. Benar juga...”

Sensei sepertinya sudah lupa, dan menepuk tangannya.

“......sebenarnya, siapa yang mengambil alih tubuhku?”

“Kesimpulannya, yang mengambil alih tubuh itu『inti rohmu』. ––Ria, karena sudah menguasai gaun jiwa, seharusnya kau sudah tahu, kan?”

Sensei menoleh ke Ria, dan ia mengangguk.

“Inti Roh...?”

Saat aku miringkan kepalaku karena sebutan yang belum pernah kudengar, sensei menjelaskannya secara rinci.

“Inti Roh – ini adalah 『Massa Kekuatan』 yang dikatakan bersemayam di dalam jiwa manusia. Ada berbagai jenis roh seperti: binatang mistik, roh leluhur, dll. Gaun Jiwa yang ingin kau kuasai inilah yang merupakan manifestasi/perwujudan dari bagian inti roh.”

(mythical beast, chapter sebelumnya binatang hantu karena rasanya kurang pas saya modif dari ver jp, menjadi binatang mistik)

Akhirnya, sensei menarik kesimpulan setelah mengatakan, “Inilah dugaanku”.

“Pada saat itu, kau berada dalam kondisi dikendalikan oleh inti roh-mu sendiri. Hanya ini hipotesis yang paling logis.”

“......Itu berarti jika pendekar pedang lain kewalahan oleh inti roh mereka, akankah mereka menjadi seperti itu juga?”

“Secara teori, itu benar ... konon katanya, inti roh biasanya tak memiliki ego yang kuat. Kau bisa anggap milik dirimu itu sangat spesial.”

“Inti roh yang memiliki ego...”

Ada keberadaan dalam diriku yang memiliki ego selain diriku. Perasaan yang sangat aneh yang tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata.

“Ma, kau tak perlu khawatir untuk saat ini. Ia sudah mengendalikan tubuhmu terlalu lama. Jadi tak ada keraguan kalau ia sudah kehabisan energi.”

“Benarkah……?”

Menurut sensei, sepertinya cukup sulit bagi inti roh untuk mengambil alih tubuhku.

“Kita sudahi dulu ceritanya sampai di sini – selanjutnya kita bicara tentang masa depan.”

Sensei menepuk tangan untuk mengubah suasana.

“Pertama-tama, kalian harus pergi ke Asosiasi Pendekar Pedang Sihir. Tentang ini saya sudah memberitahu mereka, jadi semuanya akan berjalan lancar.”

“Terima kasih.”

“Lalu untuk arah ke Asosiasi Pendekar Pedang Sihir ... Rose, bisakah saya serahkan padamu?”

“Ya, tentu.”

Kenapa harus diserahkan ke Rose?

Kemudian, Rose mengeluarkan plat besi dari dadanya.

“Aku sudah menjadi Pendekar Pedang Sihir.”

Plat itu bertuliskan Rose-Valencia dan nomor registrasi. Tentu saja, aku tahu kalau ini adalah bukti identitas untuk Pendekar Pedang Sihir.

“Eh, Rose sudah jadi Pendekar Pedang Sihir!?” Ria terkejut secara mendadak.

“Un, sudah lama.”

Rose mengangguk.

“Ma, karena itu, sebagai Pendekar Pedang Sihir, Rose adalah seniormu. Jadi kalau ada apa-apa, kau bisa bertanya padanya...”

“Serahkan padaku.”

Rose membusungkan dadanya.

“Baiklah kalau begitu, kami pergi.”

“Umu, saya harap ini akan jadi pengalaman yang bagus untuk kalian.”


Lalu kami meninggalkan Akademi Pedang Seribu, dengan Rose yang memimpin.


Segera setelah Allen, Ria, dan Rose meninggalkan kantor presiden.

“––No.18.” Guman Leia.

“Iya! Ada apa, Leia-sama?”

Bekerja diam-diam di sudut ruangan, ia menghentikan tangannya dan mengangkat wajahnya untuk pertama kali.

“Kau akan menjadi pengawal Allen.”

“Pengawal, kah? ... saya mengerti!”

Begitu dia menebak niat Leia, dia menundukkan kepalanya dengan hormat.

“Ada dua presiden yang sangat menuntut pengeluaran Allen ... Menurut Ferris, mereka juga memberikan suap.”

“Sungguh terlalu…”

No.18, yang mendengar suap untuk pertama kalinya, meningkatkan kewaspadaannya pada kasus ini.

“Mereka mungkin saja akan mengirim pembunuh. Jika ada orang yang mencurigakan mendekati Allen, segera habisi dia. Milikmu sedikit berbahaya, tapi ... kali ini, aku izinkan kau gunakan Gaun Jiwamu.”

“Dipahami!”

Kemudian setelah ia diperintahkan dengan tugas baru, ia menanyakan sesuatu yang membuatnya khawatir.

“...Tapi, apakah itu akan baik-baik saja?”

“Apa itu?”

“Jika saya pergi dari sini, nanti akan menghalangi pekerjaan saat ini...”

“......Aku akan secara khusus mengizinkan dokumen dikeluarkan. Lanjutkan tugasmu sembari mengawasi Allen.”

“...Dipahami.”

No.18 diperintahkan dengan tantangan memikul tugas presiden bersamaan dengan tugas mengawasi Allen, tetapi mau tak mau ia harus menerimanya.

“――Ngomong-ngomong, Leia-sama, bisakah saya bertanya sesuatu?”

“Apa?”

“Ketika saya mengawasi Allen-dono, apakah itu juga termasuk Ria-jou dan Rose-jou.”

“Bisa jadi.”

“Yah sudah jelaslah...” - meskipun Leia memikirkan itu, dia menunggu No. 18 untuk melanjutkan.

“Mereka sangat menawan, dan jadi ... entah bagaimana, sangat sulit untuk dikatakan......”

Tak seperti biasanya, No.18, meneriakkan kata-katanya.

“Ada apa, katakan dengan jelas.”

Leia yang sudah mulai kesal mendesaknya untuk menjawab.

“Itu ... kalau ada kesempatan, bolehkah saya mengintip?”

“Apa kau bodoh? Jelas kau tak boleh, tahan nafsumu!”

“Ku ... D-Dipahami...”

Dengan demikian, No. 18 memutuskan untuk mengatasi tiga tantangan: mengawal, tugas-tugas presiden, dan pantangan nafsu secara bersamaan.

Related Posts

Posting Komentar