The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 25 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 25 – Berita Tentang Ksatria

Setelah pembedahan selesai, Hikaru membawa jeroan dan menuju ke Pasta Magic bersama Lavia.

Seperti yang diharapkan, manajer seperti beruang itu sangat gembira.

“Memberimu makanan gratis seperti waktu itu aku tidak bisa, tapi aku akan memberimu diskon bagus!” Katanya.

Mereka dituntun ke meja yang sama seperti sebelumnya. Pelanggan yang sudah ada di sana memandang mereka dengan penuh perhatian. Tentu saja, ini bukan tempat yang cocok bagi dua anak laki-laki untuk nongkrong. Tapi sikap manajer membuat mereka diam saja.

“Aku sangat senang bisa makan di restoran bersamamu.” Kata Lavia.

Kalau dipikir-pikir, setiap makanan yang aku beli semuanya dari warung. Awalnya ia khawatir tentang keseimbangan gizi, tetapi ada banyak jenis makanan dari makanan laut hingga daging, sayuran hingga buah-buahan. Ia tak pernah merasakan kekurangan gizi, tetapi mungkin ada bagusnya sekali-kali makan di toko yang layak seperti restoran untuk keseimbangan gizi.

“....keren”

“Apa?”

Hikaru memperhatikan Lavia makan hidangan pembuka yang dingin. Punggungnya lurus dan cara ia menangani pisau dan garpu sangat indah.

“Aku belum pernah belajar etiket sama sekali. Yah, tapi aku punya pengetahuan.”

Lebih tepatnya, pengetahuan Roland. Tapi hanya itu: “pengetahuan”; bukan sesuatu yang mendarah daging di tubuhnya.

“...Mungkin aku tak terlihat seperti petualang sungguhan, kan?”

“Mungkin.”

“Haruskah aku lakukan sedikit kasar?”

“Tidak, tetap saja seperti itu.”
Menjadi seorang petualang dengan gerakan tubuh yang indah itu tak masalah. Hikaru berpikir cara makannya cukup menyenangkan.

“Tapi aku 'kan tetap mencobanya.” Katanya.

“Kamu akan cepat bisa kalau punya pengetahuan.”

“Tapi aku enggak berpikir ini sesuatu yang cepat aku kuasai.”

Mereka makan malam sambil ngobrol. Topik mereka berbeda dari biasanya, mungkin karena tempat makannya berubah yang membuat suasana terasa berbeda. Mereka kebanyakan membahas topik-topik menyenangkan seperti makanan favorit Lavia, buah-buahan favorit, dan bahkan novel-novel petualangan yang dibacanya.

“Selamat datang. ––Oh, lama tak bertemu.”

Sayangnya percakapan menyenangkan mereka berakhir. Hikaru melirik ke pintu masuk tempat suara manajer terdengar.

Melihatnya, ia mengerang.

“Selamat malam, Hikaru-san.”

Gloria ada di sana.

“Hikaru-sama!”

“Eer ... Selamat malam.”

“Kita ke sini lagi.”

Paula, Pia, dan Priscilla juga ikut bersamanya.

“...apa yang kau rencanakan?”

Dua kursi lagi ditambahkan ke meja mereka. Di samping Hikaru ada Gloria dan Priscilla, dan di samping Lavia ada Paula dan Pia.

“Ara~. Mereka bilang Hikaru-san menyelamatkan hidup mereka, jadi saya membawanya ke sini agar mereka bisa berterima kasih.” kata Gloria, tersenyum seperti biasa.

“Kalian semua...

Aku sudah bilang jangan beritahu orang lain, kan?”

Suara dingin yang tak terduga keluar dari mulut Hikaru.

Saat dia menyadari bahwa mereka memberi tahu Gloria, ia menjadi tak segan-segan. Tiba-tiba, suasana di tempat itu terasa kaku.

“Kami minta maaf!” Seru Paula, membungkuk dengan kedua tangan di atas meja. “Pia memberi tahu Gloria ketika saya pergi ke kamar mandi.”

“M-Maafkan aku! Tapi tidak mungkin kami bertiga bisa mengalahkan Forest Barbarian, kan? Aku benar-benar tidak punya cara lain ketika ditanya tentang hal itu. Selain itu, aku pikir staf guild akan merahasiakannya.”

“Dia benar. Saya akan merahasiakannya. Tapi kenapa? Hikaru-san petualang berbakat yang bisa menyelamatkan orang lain. Tentu saya tak berpikir mereka cukup kuat untuk mengalahkan Forest Barbarian. Ini bukan cerita buruk jadi saya tak mengerti mengapa itu harus dirahasiakan?” Kata Gloria

“Tepat!” Pia setuju.

Hikaru memelototi Pia, membuatnya menarik Priscilla sehingga ia bisa bersembunyi di belakangnya.

“...kau tak pantas menjadi petualang. Jadi lebih baik berhenti saja.” Kata Hikaru.

“Ke-Kenapa..”

“Adakalanya di mana permintaan itu harus kau rahasiakan. Tak selalu staf guild yang baik bisa kau beberkan rahasianya. Mungkin kau pikir tak apa-apa untuk memberitahunya karena dalam ceritaku, bukan hal yang buruk, begitu?
Atau mungkin karena aku hanya seorang anak kecil, jadi kau bisa bebas ngomong apa saja, begitu?”

“Bu-bukan ... begitu.”

“Hikaru-sama! Kami benar-benar minta maaf atas hal ini! .... Saya akan menegurnya.” Paula turun tangan.

“Maaf, Hikaru. Aku juga berpikir itu hal yang bodoh untuk dilakukan.” Priscilla menambahkan.

Pia memucat, air mata membasahi sudut matanya. Tapi Hikaru berpikir itu tak bisa dimaafkan. Siapa pun yang membocorkan rahasia satu kali akan membocorkannya dua atau tiga kali. Itu tak hanya akan membahayakan Hikaru, tapi juga Lavia. 

Lavia mengenakan topinya rendah di atas matanya, menyeruput teh.

“Hikaru-san.” ucap Gloria, masih tersenyum di wajahnya. Benar, dia-lah salah satu orang yang tak ingin ia bocorkan rahasia ini. 

“Dia menyesali atas apa yang dia lakukan. Jadi bisakah kamu maafkan dia? Selain itu, Hikaru-san berniat untuk menaikkan pangkatnya sebagai seorang petualang di masa depan, kan? Jadi mau tak mau, kemampuan itu pasti cepat atau lambat akan diketahui petualang dan staf guild lain. Tentu saja, mereka pasti akan bertanya-tanya bagaimana seorang 『sipil』dapat menyelesaikan permintaan.”

Sudah jelas. Dia berusaha memancing informasi.

Hikaru menghela nafas dalam batinnya.

Mungkin Gloria pikir aku memiliki semacam kelas pekerjaan unik yang membuatku mampu membunuh Forest Barbarian menggunakan kelas itu. 

“Bagus loh. Gadis-gadis ini cukup pengertian.
Mereka mengatakan, setelah menilai nilai dari bahan yang mereka bawa, mereka akan memberikan semua uangnya padamu.”

“Aku tak butuh. Karena bagiku itu hanya uang receh.”

(TLN: Wah sombong banget XD)

“…Benarkah begitu?”

“Kalau aku tak punya banyak uang, aku takkan bisa membeli senjata yang cukup kuat untuk membunuh seekor Forest Barbarian.”

“………”

Untuk sesaat, mata Gloria menyipit. Hikaru berbohong, tentu saja. Dia ingin Gloria mengira bahwa bukan kelas pekerjaannya yang membantunya membunuh monster itu, tetapi senjata bermutu tinggi. Tentu saja, kebenarannya bukanlah kelas pekerjaan, tetapi Soul Board, dan itu satu hal yang ia tak ingin orang lain tahu.

“Tapi yah, aku yakin kalian tak puas. Kalau begitu bagaimana kalau kalian yang bayar makananku di sini malam ini?”

“Ya tentu saja!”
Pia langsung menurut.

“Habis ini, aku tak ingin ada masalah lebih lanjut. Aku merasa tak enak kalau kalian terus minta maaf dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.”

“Aku mengerti! Manajer, tolong menu!”

Suasana tegang akhirnya mengendur. Pia pikir dia akan dimaafkan setelah ini. Priscilla merasa lega.

Di sisi lain Paula...

“………”

...mencoba yang terbaik untuk terlihat ceria meskipun masih merasa agak tidak nyaman.

Namun, Hikaru tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Dia bisa saja memberi mereka perlakuan dingin dan pergi, tetapi dia tak ingin menabur perselisihan yang tidak perlu. Ada juga rasa bersalah dari kemungkinan Forest Barbarian yang ia bunuh pertama sebenarnya adalah pasangan dari Forest Barbarian yang ia bunuh terakhir, jadi untuk kali ini Hikaru menahan amarahnya. Namun, Hikaru pikir akan lebih baik jika ini terakhir kali ia terlibat dalam kekacauan mereka.

Makan malam pun berlanjut. Pia, yang sudah ceria kembali, mengangkat topik pembicaraan, dan Paula bergabung. Priscilla tampak sama seperti biasa. Gloria pandai mengendalikan alur pembicaraan. Satu-satunya topik yang bisa mereka bicarakan ialah tentang berpetualang dan Gloria juga berpengetahuan luas dalam bidang itu.

Hikaru dan Lavia sesekali bergabung dalam percakapan itu, tetapi mereka tak terlalu bergairah atau merasa tertarik. Makanannya enak, jadi jika mereka kehabisan bahan untuk dibicarakan, mereka bisa membicarakan hidangan. 

“Ah, ngomong-ngomong…”

Gloria menepuk kedua tangannya dengan lembut.

“Beberapa petualang rank-C berada di kota tempo hari.”

“C?! Wow!”

“Luar biasa, bukan? Sayangnya tidak ada petualang rank-C di Pond.”

“Orang seperti apa mereka?” Tanya Pia dengan antusias.

Gloria menjawab pertanyaannya. Mereka ada tiga orang. Mereka menerima permintaan untuk mengawal seorang putri bangsawan, dan mereka gagal.

“Gadis itu menghilang ke udara seperti asap? .....Apa dia semacam penyihir?”

“Sihir teleportasi sedang dipelajari saat ini, tetapi belum ada upaya yang berhasil. ––Bagaimana menurutmu, Hikaru-san?”

“N?”

“Tentang gadis itu.”

“Itu mudah.”

Gadis-gadis menatapnya dengan penuh minat. Mata Gloria berbinar. Lavia juga menatapnya.

Kamu terlalu banyak menatap, Lavia. Bertingkah normalah sedikit, pikir Hikaru.

“Para petualang itu menculiknya. Mereka mungkin mengambil permintaan berbeda dari bangsawan lain.”

“...Tapi modus mereka terlalu ceroboh. Mereka malah langsung pergi ke ibukota kerajaan untuk melaporkan kalau gadis itu 『menghilang begitu saja』.”

“Bagaimana kalau itu tujuan mereka selama ini? Mereka petualang rank-C. Jadi tak ada yang berpikir bahwa mereka akan mengakui kesalahan yang belum matang.”

“Begitu ya…”

“Kebenaran biasanya sederhana.”

“Lalu apa pendapatmu tentang ksatria yang diserang?”

Gloria memberi tahu mereka tentang East yang disergap. Itu terjadi pada hari yang sama dan tak jauh dari tempat gadis itu menghilang.

Paula kaget.

“Seorang bandit mengalahkan seorang ksatria dalam pertarungan satu lawan satu? Dia pasti sangat kuat.”

“Ya.” Gloria mengangguk setuju.

“Seberapa kuat ksatria itu?” Tanya Hikaru.

“Ara~, apa kamu ingin bertarung melawan seorang ksatria, Hikaru-san?”

“Tidak ... Bagaimana bilangnya, aku hanya ingin tahu apa mereka lebih kuat dari petualang”

“Begitu ... Menurut saya, ksatria dalam masa pelatihan sama terampilnya dengan petualang rank-E.
Setidaknya, dari segi kekuatan tempur. Tapi dalam hal kerjasama tim dengan banyak orang dan membersihkan dungeon, para petualang lebih unggul.”

“Jadi kalau masa pelatihan sudah setara petualang rank-E, apa itu berarti ksatria biasa sama dengan rank-D?”

“Betul. Tapi tak semua petualang itu terampil, berbeda dengan para ksatria.”

“Hmm...”

Hikaru tenggelam dalam pikirannya. Dalam Soul Board, poin Weapon Mastery untuk para Ksatria magang dan petualang rank-E mungkin ada 1 atau 2 poin.

Ksatria biasa dan petualang rank-D akan memiliki tiga poin.

“Jadi, apa komandan mereka yang terkuat?”

“Dia dijuluki Master Ilmu Pedang atau Master Pendekar Pedang, jadi ya jelas~~ dia sangat kuat. Aku dengar ia sanggup mengalahkan petualang rank-B atau A dalam pertarungan tiruan. Di bawah komandan, ada perwira komandan, kemudian para ksatria biasa, dan kemudian para ksatria magang.”

Perwira komandan dan petualang rank-C memiliki empat poin – seperti yang telah kulihat dari Soul Board-nya Nogusa. Kukira komandan mungkin memiliki lima poin yang setara dengan petualang rank-B. Unken memiliki enam poin di Short Sword-nya...

“Seberapa kuat Unken-san?” tanya Hikaru.

“....Unken-san ya? Apa dia sangat kuat?”

“Aa, tak apa-apa kalau kau tak tahu.”

“Hikaru-san~ Tolong katakan pada saya.” Ucap Gloria, meraih dan menekan payudaranya ke lengannya.

Itu dada yang sangat elastis.... Hikaru berusaha membuat wajahnya setenang mungkin. Dia merasakan hawa dingin yang datang dari seberang, tetapi ia tidak bisa memaksa diri untuk melihatnya.

(Aku tidak selingkuh! Aku bersumpah! Tenanglah, Lavia!)

Doa-doanya terjawab, dan hawa dingin pun mereda.


“Y-Ya ... Cara beliau bersikap tidak biasa. Apalagi dia itu guildmaster, kan? Jika kita anggap dia adalah seorang petualang yang menjadi staf guild karena suatu alasan, kemudian dipromosikan menjadi guildmaster, masuk akal kalau dia kuat.”

“He~e ... Saya tak pernah tahu Unken-san itu kuat.”

Wajahnya mengatakan dia benar-benar tidak tahu.
Lalu tiba-tiba Gloria membuka mulutnya.

“Ah begini! East-sama mengatakan, anak kecil-lah yang mengalahkannya.”

Semua orang terdiam. Begitu Pia, Paula, dan Priscilla mendengar bahwa anak kecil yang mengalahkan ksatria, hanya satu orang yang terlintas di pikiran mereka.

“Ada anak sekuat itu, ya? Aku ingin bertemu dengannya.” Hikaru berhasil mengatakannya tanpa mengedipkan mata. Dia sudah mengharapkan sesuatu seperti ini.

“Hikaru-san, kamu tidak tahu siapa dia?”

“Nggak. Anak sekuat itu pasti akan menarik perhatian, kan?”

“Ya, sangat menarik perhatian.”

“Kalau staf guild saja tidak tahu siapa dia .... aku pikir dia pasti bandit sungguhan, atau mungkin orang dewasa cebol.”

“Saya kira begitu ... Unken-san juga mengatakan kemungkinannya sangat tinggi.”

“Adakah ras tertentu yang relatif pendek?”

“Ada Hobbit dan Man Gnome, tetapi jumlahnya sedikit.”

“Begitu ya. Bagaimanapun, dengan adanya bandit di sekitar, kita harus berhati-hati di jalan.”


“Ya ... Tapi saya merasa kasihan dengan ksatria.”

Merasa kasihan? Itu hal aneh untuk dikatakan. Jika ksatria itu diserang dan kalah, itu berarti dia harus banyak belajar.

“Apa ada lagi cerita yang lebih panas dari ini?
Selain cerita seorang anak mengalahkannya.”

“Iya ... Bocah itu menyelamatkannya. Dia bilang dia takkan mengambil nyawanya. Mungkin dia tak tahu apa-apa tentang ksatria.”

"Apa maksudmu? Tolong jelaskan. Bukan hanya aku, tetapi bahkan para gadis ini tidak tahu apa-apa tentang ksatria.”

Mereka semua mengangguk.

“Kalah dari bandit adalah aib bagi seorang ksatria. Dan hukuman mati baginya.”

“....Apa?”

“Bocah bandit itu menyelamatkan hidupnya, tetapi dia masih akan mati. Menyedihkan, bukan?”

Sejenak, Hikaru tidak bisa berkata apa-apa.

Topik pun berubah setelah itu, dan para gadis kembali mengobrol tentang sesuatu yang sepele. Setelah habis makan, seperti yang dijanjikan, Pia membayar makanannya.

“Kalau begitu, kami pamit.” Kata Hikaru.

“Terima kasih atas makanannya.”

Hikaru dan Lavia membungkuk. Mereka semua berpisah di depan restoran; ketiga gadis itu menuju ke satu arah dan Gloria ke arah lain.

Setelah berjalan kaki singkat dan berbelok ke tikungan, Hikaru meraih tangan Lavia dan mengaktifkan Group Obfuscation.

“Hikaru?”

“Kita ikuti Gloria.”

“––Seperti yang kuduga, dia mencurigaimu?”

“Jadi Lavia juga sadar, ya. Aku belum yakin 100 persen ... Tapi ada kemungkinan dia sudah tahu kalau anak itu adalah aku, atau dia hanya ingin menggunakannya sebagai alasan untuk mencari tahu tentang rahasiaku. Bagaimanapun, dia merepotkan.”

“Kenapa kita mengikutinya?”

“Aku ingin tahu untuk siapa dia bekerja di belakang layar. Setelah mengumpulkan informasi, ia mungkin akan segera mengirimkan informasi kepada seseorang, atau mungkin menulis laporan.”

“Mungkin mereka memiliki jadwal kapan harus berhubungan.”

“Mungkin saja, tapi tetap saja dia harus menulis semacam catatan. Kalau dia tidak melakukan apa-apa –– maka itu artinya dia menyelidikiku karena minatnya sendiri.”

“....itu hobi yang buruk.”

Aku mungkin lebih buruk lagi karena ada skill Stealth.

Gloria minum sedikit alkohol, tetapi dia berjalan dengan mantap. Tidak, langkahnya agak ringan. Dia tampak mabuk. Sepuluh menit berjalan kaki dari Pasta Magic dan dia tiba di sebuah kompleks apartemen tiga lantai yang hanya memiliki satu pintu masuk bersama dengan tangga di dalam untuk mencapai setiap kamar. Hanya ada jendela di sisi depan bangunan dan tidak ada tempat untuk menggantung pakaian jadi mungkin ada balkon di belakang.

“〜♪”

Bersenandung, Gloria membuka pintu masuk dan menutup pintu di belakangnya. Hikaru tidak bisa menemukan kesempatan untuk menyelinap masuk. Dia juga langsung menguncinya dan menaiki tangga.

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Sssst..!”

Hikaru menekankan telinganya ke pintu. Suara langkah kakinya terdengar sampai ke lantai tiga.

“Ayo kita ke belakang.”

Di belakang gedung ada ruang terbuka di mana pohon besar tumbuh, dan sebuah sumur dengan bangku dipasang di sekitarnya untuk mengobrol santai. Ada juga tungku bersama. Tempat itu dibuat agar para tetangga bisa bersantai juga. Benar-benar sepi pada jam sembilan di malam hari.

“....Mungkin di kamar itu.”

Seperti yang diharapkan, ada balkon di belakang.

Sebuah lampu sihir memancarkan cahaya redup di sebuah kamar di lantai tiga. Jendela geser tidak diturunkan; hanya tirai yang tergantung di pintu kaca.

“Tetaplah disini.”

“Kamu mau kemana?”

“Memanjat.”

Hikaru berlari dan melompat ke balkon di lantai dua di bawah kamar dengan lampu sihir yang bersinar redup. Jari-jarinya berhasil mencapai dan mengunci berkat poin yang dia masukan masing-masing ke Power Burst dan Strength.

Selanjutnya dia melompat dari pagar balkon lantai dua ke lantai tiga.

“Ha~a, ha~a~, ha~ a, ha~a……”

Hikaru terengah-engah. Dia entah bagaimana bisa memanjat, tetapi tanpa poin di Stamina, dia kehabisan napas. Sore tadi Peringkat Jiwa-nya naik sehingga dia mendapat satu poin. Dia ingin memasukkan ke Natural Recovery atau Stamina, tetapi dia urungkan niat itu. Itu bisa berguna nanti, dan Hikaru juga ingin menggunakan poin untuk skill idealnya.

Bahkan dengan nafas compang-camping, tidak ada yang bisa melihatnya saat Stealth dan Stealth God-nya: Darkness Wanderer menyala. Sambil berjongkok di balkon, ia mengintip ke dalam melalui tirai renda.

“!?”

Hikaru tidak bisa mempercayai matanya. Adegan yang terbentang di hadapannya adalah sesuatu yang tidak pernah dia sangka-sangka. Gloria tidak menuliskan pesan rahasia kepada seseorang, juga tidak ada orang di ruangan menunggu laporannya.

Tak satupun orang lain di ruangan itu selain Gloria.

Ia menanggalkan pakaiannya dan telanjang.

Payudaranya yang besar terbuka, pinggang seksi, dan pinggulnya yang melengkung terlihat jelas.

Sebuah sofa mencegah Hikaru melihat sesuatu di bawah pusarnya. Dia bisa melihat sekilas jika dia berdiri, tetapi sebelum dia bisa, Gloria melangkah ke kamar sebelah. Payudaranya bergoyang dan rambut panjangnya melenggak-lenggok mengikuti setiap langkah kakinya. Perlahan bokong semoknya bergerak semakin jauh dari pandangan. 

*Buk*

Hikaru mendengar bunyi gedebuk - kemungkinan besar karena dia jatuh ke tempat tidur.

“……..”

Aku melihatnya... 

Apa yang harus aku lakukan sekarang...

Hikaru tidak tahu kalau Gloria tidak bisa tidur kecuali dia telanjang.

Dag dig dug jantungnya semakin kencang.

Tenang! Tenang! 

Adegan itu terlalu mengagetkan dan pikiran normalnya tak langsung kembali karena shock.

Kini Hikaru mengasumsikan, apa yang selalu Gloria tanyakan padanya dan menyelidikinya, itu karena minatnya sendiri. Kalau begitu, Hikaru mengawasinya hanya untuk melihatnya telanjang. Dia merasa sangat bersalah.

Mungkin aku harus memeriksa apakah ada semacam catatan atau surat...?

Tempat itu dikunci dari dalam. Kalaupun bisa masuk, dia pasti akan bertemu pandang dengan tubuh telanjang Gloria.

Waktunya pulang. Lagipula, ada hal lain yang harus aku lakukan.

Dia kehabisan pilihan. Jika dia memecahkan kaca jendela, akan menjadi jelas bahwa seseorang menyelinap masuk. Dia juga tidak memiliki Skill untuk membuka kunci pintu depan.

Meski aku unggul dalam Stealth, kalau aku tidak bisa membuka kunci, tidak ada gunanya... Aku harus memikirkan sesuatu...

“Hikaru.”

Lavia bergegas menghampirinya begitu dia turun.

“....Apa yang kamu temukan?”

“Gloria sepertinya langsung tertidur. Untuk sekarang ini, kita bisa anggap dia hanya melakukan sesuatu karena minatnya sendiri...”

“Itu dia?”

“Hah? Apa itu?”

“....tidak apa-apa kalau hanya itu saja.”

Hanya sesaat Hikaru panik. Dia pikir tidak perlu memberitahunya sesuatu yang tidak perlu sehingga dia tetap diam tentang apa yang dilihatnya. Bagaimanapun, dia masih merasa bersalah.

“Ayo kembali ke hotel.” Kata Lavia.

“Oke––, tapi Lavia yang harus tidur dulu. Sampai jumpa di kamar kita.”

“Eh..?”

Hikaru menghela napas.

“Aku ingin tahu tentang semua hukuman mati ini. Aku ingin melihat bagaimana kondisi East.”

Related Posts

Posting Komentar