The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 27 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 27 – Bocah 『Stealth』 Pergi ke Ibukota Kerajaan

Ibukota kerajaan Ponsonia, Guy Ponsonia, juga dikenal sebagai Ibukota Flatland

Ada keuntungan memiliki tanah yang datar yaitu lebih mudah untuk memperluas kota, rute transportasi, dan bidang pertanian. Di sekitar ibukota kerajaan, lumbung besar yang merupakan ciri khas Ponsonia tersebar luas dan selama musim gugur perkebunan gandum tumbuh tampak seperti lautan emas.

Kerajaan itu dikelilingi oleh negara-negara sekutu dan musuh. Adapun musuh, mereka diserahkan kepada para bangsawan yang tinggal berdekatan dengan mereka dan menjaga perbatasan. Mereka disebut Margraves, diizinkan oleh kerajaan untuk membentuk pasukan independen mereka sendiri.

Karena Margraves memperkuat pertahanan kerajaan terhadap ancaman luar, lumbung di dalam pun bisa berkembang. Alhasil, produk biji-bijian menjadi lebih murah dan memperkaya rakyat. Kini, Ponsonia berada pada puncak kemakmurannya tak seperti sebelumnya. Karena itu, siapa pun tidak akan terkejut jika kerajaan memiliki ambisi untuk menyebarkan pengaruhnya ke luar negeri.

Menjadi negara yang datar dan terkurung daratan, Ponsonia rentan diserang. Untuk mengatasi ini, tentara nasional mengembangkan sesuatu yang unik. Seperti Benteng Bergerak dan Infanteri Berat. Kendatipun ada kekurangan dalam mobilitas, kemampuan pertahanannya masih sangat tinggi. Inilah yang menjadikan Ponsonia dikenal sebagai negara hoplite berat.

“Jadi itu infanteri berat yang sudah banyak aku dengar. Sepertinya peralatan mereka terlihat ringan.”

Latihan skala besar yang dilakukan oleh infanteri berat diadakan di pinggiran ibukota kerajaan. Ada dua alasan di balik ini: Pertama, untuk menunjukkan kepada orang-orang yang memasuki kerajaan termasuk mata-mata bahwa mereka memiliki pasukan yang kuat. Alasan kedua sangat sederhana. Membawa alat berat seperti itu sulit, jadi pelatihan rutin dilakukan di dalam ibukota dan latihan skala besar diadakan di dekatnya.

“Luar biasa. Ini juga pertama kali aku melihatnya.” Kata Lavia.

“Lavia juga, ya? Tapi bukankah itu spesialisasi negara ini?”

Di dalam kereta goyang, Hikaru dan Lavia sedang mengobrol. Penumpang lain duduk agak jauh, sehingga mereka bisa bicara dengan berbisik. Mereka bisa melihat latihan di luar dari jendela kereta. Apa yang mereka lihat adalah latihan yang menakjubkan. Lempengan zirah logam menutupi seluruh tubuh infanteri sampai ke wajah mereka. Lempengan logam itu sendiri dicat seragam baik hijau, ungu, ataupun biru, membagi prajurit menjadi tiga unit sesuai warna.

Mereka membawa tombak panjang sebagai senjata yang terdapat kapak di dekat ujung mata tombak – atau disebut Halberd (Tombak Kapak). Hikaru bertanya-tanya apakah tombak itu dihitung sebagai Long Spear dalam Soul Board. Para prajurit mengacungkan tombak, menyerang, dan melompat. Mereka bahkan membiarkan diri mereka dilemparkan dengan sengaja untuk berlatih bagaimana jatuh dengan benar. Ada juga yang melakukan jungkir balik.

(TLN: Nih yang belum tahu bentuk halberd https://id.m.wikipedia.org/wiki/Halberd)

“...Apa mereka menggunakan sihir?”

“Tentu saja. Bukan manusia itu sendiri yang unggul, tapi baju zirahnya. Aku sudah membacanya di buku-buku.”

“Oh begitu.”

Hikaru akhirnya mengerti. Kemungkinan besar lempengan zirah itu sendiri adalah item sihir.

Sihir penurunan bobot atau sihir yang meningkatkan kemampuan fisik pemakainya mungkin telah diterapkan. Metode yang sangat efisien. Alih-alih meningkatkan kemampuan fisik prajurit satu persatu, meningkatkan sisi sistem lempengan baju zirah akan meningkatkan seluruh pasukan. Tapi itu takkan bekerja tanpa suplai Mana. Peralatan yang ditingkatkan itu mungkin hanya bisa digunakan untuk waktu yang terbatas.

Perang tanpa senjata api, ya ... Aku ingin melihat seperti apa rasanya. Padahal perang tidak ada gunanya.

Dalam suatu peperangan, buah kemenangan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan apa yang hilang. Apalagi bagi mereka yang kalah, itu jauh lebih parah.

“Aku bisa melihat ibukota.” Kata Lavia.

Hikaru melihat ke depan. Di kejauhan, dia bisa melihat apa yang tampak seperti menara kastil. Di sekitarnya, bangunan-bangunan besar menyebar seperti pegunungan dengan kastil di tengahnya.

“Cukup besar.”

Itu kesan pertama Hikaru.

“…Kamu bercanda.” (H)

Namun, ia segera meragukan matanya sendiri. Karena ukuran kastil dari kejauhan tidak banyak berubah, kereta berjalan di dalam kota sebelum mereka perhatikan. Hikaru ingat apa yang dikatakan Jill tentang ibukota yang memiliki populasi empat puluh atau lima puluh kali lebih banyak dari Pond. Dulu dia tidak pernah menyadari betapa besarnya jumlah itu, tetapi kini ia secara perlahan sadar.

Ada apa dengan tempat ini? Seberapa besar ini?

“Eh, bahkan tak ada pemeriksaan?”

Suaranya agak keras sehingga seorang pria berbadan tegap, yang tampak seperti pedagang, tertawa.

“Ha ha ha! Benar, Nak. Mana mungkin ada pemeriksaan di tempat sebesar ini.”

Dia sepertinya orang yang baik, pikir Hikaru. Dia berniat untuk mendapatkan beberapa informasi selengkap mungkin.

“Memang, benar juga ya. Jadi adakah izin masuk bebas ke ibukota kerajaan?”

“Lebih dekat ke istana kerajaan, ada daerah yang disebut distrik bangsawan. Selain itu, ada juga distrik perumahan pertama dan kedua. Mereka ada di dalam tembok, dan ada pemeriksaan sebelum ada yang bisa masuk.”

“Begitukah. Tapi kalau hanya ada pemeriksaan di situ, aku rasa kurang aman.”

“Tidak apa-apa. Meskipun di sini jauh dari kastil, ini masih merupakan bagian dari ibukota kerajaan, jadi ada penjaga yang berpatroli di sekitarnya ... Tapi ini aneh. Biasanya harus ada satu atau dua patroli, tapi satupun belum kulihat hari ini.”

“…………”

Patroli? Apa mereka akan melakukan pemeriksaan mendadak? Merasa menggigil di punggungnya, Hikaru melihat ke luar jendela. Namun, seperti halnya kereta yang ditumpangi Hikaru, hanya ada kereta dan warga sipil yang berjalan, tetapi tidak ada patroli yang terlihat. Seorang wanita duduk di samping pedagang, yang tampaknya adalah istrinya, berbicara.

“Itu karena ada perang yang akan segera terjadi, Sayang.”

“Ah…”

Ekspresi mereka menjadi suram. Semestinya kerajaan tidak bisa menyisihkan orang untuk berpatroli karena persiapan perang. Maka latihan berskala besar itu mungkin hanya gertakan, dan untuk menunjukkan bahwa biarpun kerajaan tengah dalam persiapan perang, masih ada banyak prajurit yang tersedia.

“Ngomong-ngomong, kenapa kalian pergi ke ibukota? Aku, aku punya toko...”

Pasangan yang baik hati itu kelihatannya khawatir tentang Hikaru dan Lavia yang masih anak-anak. Mereka menawarkan bantuan, tetapi Hikaru dengan ramah menolaknya.

Ada beberapa orang baik di sekitar sini. Itu sih wajar ...

Dengan demikian, Hikaru dan Lavia memasuki ibukota kerajaan tanpa kesulitan sama sekali.

“Baik, saya terima. Terima kasih.”

Guild Petualang ibukota kerajaan itu sekitar sepuluh kali lebih besar dari yang ada di Pond.

Terdapat tujuh resepsionis di konter.

Meskipun ia terkesan dengan ukurannya, rasanya sepi. Perang itu mungkin mempengaruhi guild juga.

Tugas Hikaru ialah mengantarkan satu surat tertutup yang ditujukan kepada seorang pedagang di ibukota. Permintaan itu baru terpenuhi begitu ia menyerahkannya ke guild. Mengantar surat dari guild ke orangnya sendiri adalah permintaan yang berbeda.

Sama seperti di Jepang, ada juga layanan pos di dunia ini, di mana surat-surat dikirim dari satu kota ke kota lain. Walaupun layanan itu hanya tersedia untuk kota-kota besar. Namun, jika kau meminta petualang untuk mengantar surat itu dengan benar––tampaknya keberhasilannya tidak begitu tinggi.

“Oh. Dengan permintaan pengiriman ini selesai, hanya dua permintaan lagi untukmu dipromosikan ke rank-F.”

Inilah salah satu alasan Hikaru menerima permintaan ini. Kini ia masih di rank-G. Dia ingin naik ke rank-E sehingga ia bisa memasuki dungeon yang dikelola oleh Guild Petualang.

Syarat untuk promosi ke rank-F yaitu dengan menyelesaikan permintaan yang mengharuskan berpindah dari satu Guild Petualang ke yang lain. Jadi cara tercepat untuk ini ialah permintaan Pengiriman atau Pengawalan, tetapi tak ada orang yang cukup bodoh untuk mempekerjakan petualang berperingkat rendah sebagai pengawal.

“Adakah permintaan yang cukup mudah di sini?”

“Saat ini kami punya banyak. Tapi tak ada cukup orang yang mengambilnya karena para petualang juga direkrut untuk perang.”

“Petualang dikirim ke perang, ya...”

“Iya. Itu berarti Yang Mulia sangat serius.”

Resepsionis tampak khawatir. Dia tidak bisa mengkritik raja di depan umum.

Hikaru memeriksa setiap permintaan terakhir pada papan buletin. Pengiriman di ibu kota, membantu membersihkan tempat umum, membantu orang tua, membawa barang bawaan ... hampir sama seperti yang ada di Pond. Lagipula itu hanya permintaan rank-G. Tidak ada pekerjaan yang membutuhkan pertarungan karena militer menggunakan daerah sekitar ibukota kerajaan untuk latihan, jadi mereka sudah membunuh semua monster. Tapi masih ada permintaan yang bisa diambil—...

“Bagaimana?”

“Ma, sudah cukup. Ayo cari penginapan.”

Bersama Lavia, ia meninggalkan guild. Hikaru mulai merencanakan dalam benaknya tentang apa-apa yang perlu ia lakukan ketika berada di ibukota kerajaan.

“Kita punya hari yang sibuk di depan kita.” Kata Hikaru.

“Kamu terlihat seperti lagi bersenang-senang. Tidak, ini salah. Dalam situasimu, sepertinya kamu tengah merencanakan salah satu skemamu lagi.”

“Aneh. Itu tak terdengar seperti pujian.”

“Aku menyesal tidak bisa membantu dalam kegiatan malammu.”

“Kamu tidak perlu khawatir. Dengan kemampuanku saat ini, membawamu bersamaku sedikit sulit.”

“Takkan memberi tahuku apa yang akan kamu coba lakukan, kan?”

“Maaf. Kali ini rahasia.”

Hikaru masih tidak ingin menceritakan semuanya ke Lavia, termasuk kemampuannya.

Bukannya dia tidak percaya, tetapi ia hanya berpikir tidak ada gunanya memberitahunya sekarang.

“Ma, kurasa Lavia pasti tidak akan bosan.”

“Kenapa tidak? Kupikir aku 'kan sangat bosan tanpamu di sini.”

“Apa yang kamu katakan? Kita berada di ibukota kerajaan lho, nona muda.”

“Itu.. Aku takkan ke manapun apalagi sendirian.”

“Ada toko buku besar di sini.”

Mata Lavia membelalak.

“Benarkah? Pasti ada banyak novel petualangan— ”

“Ayo, kita cari penginapan dulu! Tempat di mana ada meja besar dan diterangi lampu sihir tak terbatas!”

Hikaru hanya bisa tersenyum melihat semangat tinggi Lavia.

*   *

“...Itu saja untuk laporan saya ke Yang Mulia besok.”

Di tengah malam, si penyidik mengunjungi kantor markas Ksatria di Ibukota Kerajaan. Kantor itu sendiri berada di dalam pekarangan kastil, di sebuah bangunan yang kokoh, terbuat dari batu.

Ruangannya suram dan keras tanpa dekorasi mewah. Si penyidik duduk di kursi yang terbuat dari kayu ek tanpa ada bantal. Di seberangnya ada kursi yang sama tapi terlalu lebar untuk penyidik – terlalu sempit untuk laki-laki yang duduk di atasnya. Kakinya besar terlihat seperti batang kayu.

Tubuhnya sebesar dua orang, hampir tidak ada lemak, dan otot-ototnya berkontraksi. Pria itu memiliki leher sekokoh banteng; jika kepalanya dibanting ke tanah, dia pasti akan baik-baik saja. Namun matanya tampak baik dan ramah.

Komandan ksatria. Usianya kisaran empat puluhan, dengan bekas luka besar di wajahnya.

Rambut pirangnya dipangkas pendek yang pasti akan mengingatkan Hikaru tentang pemain baseball.

“Pak Lawrence?” Tanya penyidik pada komandan yang masih diam.

“Oh maaf. Saya hanya kepikiran tentang apa yang Anda katakan. Memang ada banyak ketidakkonsistenan.”

Berlawanan dengan penampilannya, komandan memiliki suara muda dan seperti matanya, tampak ramah. Tetapi seperti yang terlihat pada tubuh kuatnya, dia tak hanya baik hati – dia juga bukan orang sembarangan. Orang ini, yang dikenal sebagai Master Pendekar Pedang dan Master Pedang Suci, telah menjalani pelatihan yang luar biasa. Meskipun menggunakan kata "pelatihan" dipertanyakan – karena regimen pelatihannya berdampingan dengan bahaya kematian.

“Jadi itu laporan Anda kepada Yang Mulia?”

“Iya.”

“Hmm.”

“Saya sepenuhnya menyadari bahwa laporan saya berisi hal-hal yang akan membuat aib bagi kehormatan Ordo Ksatria, tetapi saya tidak dapat mengubahnya. Bahkan berbicara di muka dengan cara ini tidak benar.”

“Saya mengerti. Tidak ada yang perlu saya khawatirkan sama sekali.”

Pedang dan perisai Raja – ordo ksatria, orang-orang yang menjaga ketertiban umum, dan para penyidik, berasal dari berbagai sektor dengan sistem komando yang terpisah. Memberitahu Ordo Ksatria tentang apa yang telah dikumpulkan oleh penyidik sebelum dipublikasikan merupakan tindakan pelanggaran otoritas. Tetapi masalah yang dihadapi menyangkut Ordo Ksatria dan ia yakin Komandan Lawrence D. Falcon adalah orang yang dapat dipercaya, jadi dia menjelaskan hal-hal kepadanya terlebih dahulu. Tentu saja, penyidik juga mendapat persetujuan dari biro.

“East itu tidak berpengalaman. Hukuman berat menanti mereka yang menodai kehormatan ksatria. Dan harus ditebus dengan kematian.”

“....Benar sekali.”

“Jadi dia milik ksatria ke-6. Mereka mungkin pemalas. Saya pribadi harus mencambuk mereka kembali ke bentuk semula.”

Setelah mendengar kata-kata komandan, si penyidik menutup matanya. Mungkin East sebenarnya beruntung dihukum mati, pikirnya. Lawrence mengatakan dia akan bekerja keras untuk mereka secara pribadi. Orang-orang di kota tahu seberapa parah regimen pelatihannya. Saya hanya bisa berdoa semoga takkan ada korban berjatuhan.

“Hmm? Siapa di sana?” Tanya komandan.

Ketukan terdengar di pintu. Seorang kesatria muda dari Ordo melangkah ke ruangan.

“Saya minta maaf karena datang ke sini larut malam, Komandan.”

“Ini mendesak. Lupakan basa-basi.
Katakan saja untuk apa kau ke sini.”

“Siap pak!”

Ksatria, yang wajahnya pucat, keringat dingin berkilauan di jidatnya, melirik si penyidik.

Si penyidik mencoba bangkit dari tempat duduknya, mengira itu adalah masalah pribadi, namun komandan mengangkat tangannya untuk menghentikannya.

“Tidak apa-apa. Sekarang, laporanmu.”

Ada dua kemungkinan mengapa ia membiarkan si penyidik tetap tinggal. Mungkin itu untuk membalas budi karena dia cukup perhatian memberi tahu komandan laporannya sebelum dipublikasikan. Atau bisa jadi instingnya memberitahunya bahwa laporan ksatria muda itu ada hubungannya dengan laporan si penyidik.

“Ya, Pak.” Kata ksatria, membasahi lidahnya. 

“Komandan ksatria ke-6, Scott F. Lands diserang di kamar di rumahnya sendiri. Untungnya, dia hanya menderita beberapa patah tulang, dan hidupnya tidak dalam bahaya.

Menurut komandan Scott, penyerangnya adalah seorang bocah.

Dia mengenakan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya dan topeng Dewa Matahari.” Lapornya yang diucapkan dalam satu napas.

Related Posts

Posting Komentar