The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 30 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 30 – Stealth vs Master Pedang (Pertarungan Utama)

“Tidak ada jawaban atau ... setidaknya bisakah kau beri tahu aku apa tujuanmu? Kalau tak .... aku tak punya pilihan selain memotongmu.” Celoteh Lawrence.

Hawa dingin merambak ke seluruh tulang belakang Hikaru dalam kata-kata pembunuhan yang diucapkan secara tidak langsung. Ini adalah pertama kalinya ia mengalami masalah hidup dan mati sejak ia mulai hidup di dunia ini.

Dia harus membuat dirinya tenang dan yakinlah bahwa komandan tidak tahu lokasi tepatnya atau dia hanya akan membatu di tempat ini selamanya. Hikaru mengabaikan gadis itu untuk saat ini. Sasarannya kali ini yaitu komandan.

––Adakah gunanya menyerang komandan?

Pertanyaan itu menancap di sudut kepalanya sejak ia menginjakkan kaki di fasilitas pelatihan ini.

Jawabannya jelas. “Tidak terlalu”.

Komandan beranggapan Hikaru ingin menguji kemampuannya. Tujuan asli Hikaru untuk mencegah hukuman mati East kini sudah terpenuhi. Namun, itu tidak lebih dari spekulasi .

Adakah untungnya menyerang komandan?

Jawabannya jelas. Dia bisa mengubah spekulasi tersebut menjadi kenyataan. Dengan kata lain, hanya itulah semua keuntungan yang ada. Tidak ada lagi.

Dibandingkan risiko menyerang komandan ksatria yang jauh lebih kuat dari komandan ksatria lainnya, berat sebelah ketika ditimbang

Tapi yahh… 

Kebiasaan buruk Hikaru —"keingintahuan" terasa bergelora. Dia ingin tahu seberapa efektif-kah Stealth-nya yang sebenarnya. Belum ada lawan yang membuatnya menggunakan seratus persen dari kemampuannya.

Dia bisa melakukannya dengan komandan ksatria.

Lagipula, ada 8 poin di Natural Recovery miliknya. Poin MAX 20 poin, tapi 8 saja sudah cukup tinggi. Dia takkan mati semudah itu.

Ini aneh.

Dahulu – semasih ia hidup Jepang – ia takkan mengambil risiko seperti ini. Dia menghindari kekerasan sejauh mungkin. Tak pernah terfikirkan ia akan menguji kekuatannya sendiri.

Hidupnya damai.

Di dunia ini, hidup itu dihargai murah. Apa mungkin aku perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan gagasan itu ya? Astaga ... tak mungkin sampai seburuk itu.

Namun, Hikaru berpikir lagi.

Dengan begini, aku akhirnya akan tahu batas Stealth dan kelas pekerjaanku. Inilah kesempatan untuk mengetahuinya lebih cepat, daripada nanti.

Intinya, pertarungan ini akan menjadi langkah pengamanan.

Hikaru menggenggam kerikil dari sakunya dengan erat. Dia berada di belakang komandan dalam garis miring, kisaran 10 meter jauhnya. Titik buta total.

Baiklah!!

Mengumpulkan setiap ons kekuatannya, Hikaru melempar kerikil lurus ke belakang kepala komandan, yang penuh celah tanpa perlindungan. 0,3 detik sampai kerikil mengenainya.

Kena—

Dalam sekejap mata, tubuh komandan berputar seperti tornado. Menggunakan pedang panjangnya, ia menghancurkan kerikil menjadi berkeping-keping.

“Ap...?”

Hikaru tanpa sengaja mengeluarkan suara.

Bagaimana dia bisa bergerak seperti itu?!

Bagaimana dia bisa merasakan seranganku?

Lewat suara?

Sebuah kerikil terbang akan mengeluarkan suara saat menembus angin. Kecepatan suara merambat dalam 340 m/detik. Kerikil akan menghasilkan suara setelah berada di luar area Stealth Hikaru. Namun, meski suara yang dihasilkan sangat singkat, komandan dapat mendengarnya dan kemudian bereaksi dengan cepat.

Mustahil ... Tidak, mungkin memang begitu. Itu sebabnya ia menyebut dirinya terkuat di kerajaan ini.

Bulu kuduk di sekujur tubuhnya berdiri. Mata Lawrence tertuju ke arahnya.

“Kau di sana.”

Oh, gawat. Dia menemukanku! Ini akan menjadi yang kedua kalinya ia berhadapan muka dengan kematian. Yang pertama ialah selama kecelakaan lalu lintas—penyebab kematiannya di kehidupan sebelumnya.

“Kau memang menjanjikan——tapi inilah akhir untukmu!” 

Komandan melihat sekilas jubah hitam di balik pilar.

Kapten mengibaskan pedang panjangnya dengan mudah, memperlihatkan bilah hitam pekat sampai ke ujung. 

“HIYAAAAA!!!!!!!” pekiknya yang menggelegar memenuhi ruangan.

Pedangnya dijatuhkan dalam sekejap, melibas pilar beserta sosok jubah hitam dan hancur. Udara terhempas ke depan.

Gelombang kejut yang dihasilkan dari ayunan menjebol dinding gedung dan meledak di luar. Itu bukan sihir. Lawrence tidak memiliki pengetahuan tentang sihir. Dia menyebabkan fenomena gelombang kejut murni dari kekuatan ototnya saat pedang diayunkan.

“...kurang memuaskan.”

Awan debu mengendap. Di bawah puing-puing pilar yang patah ada jubah hitam.

“Hmm?”

Lawrence tercengang. Tidak ada mayat anak laki-laki. Yang ada hanya jubah yang disematkan di bawahnya.

Hampir saja! Apa itu tadi?! Orang itu bukan manusia!

Jantung Hikaru berdebar kencang di dadanya.

Tipuan yang ia atur sebelumnya melakukan tugasnya dengan baik. Dia menggantung jubahnya di tempat yang mudah dilihat. Kemudian melemparkan kerikil dari arah itu. Begitu musuh mengikuti lintasan, hal pertama yang ia lihat ialah jubahnya, membuatnya terlihat seperti seseorang bersembunyi di balik pilar.

Hikaru mengaturnya untuk keselamatan. Dia tidak merasa menyesal, berpikir mungkin itu takkan digunakan lagi. 

Tanpa zirah, ia menganggap komandan adalah sasaran empuk bagi kerikilnya. Hikaru cukup optimis berpikir seperti itu.

Tapi itu tak terduga. Apa-apaan kecepatan reaksinya?

Hikaru berada di jalan setapak (catwalk) di lantai dua dan melemparkan kerikil itu dari sana. Lawrence memiliki gagasan tentang arah umum dari mana serangan itu berasal, tetapi ia tidak tahu persis lokasi musuhnya. Sebagai bukti, komandan melihat sekeliling dengan gelisah, mencarinya.

Sungguh kekuatan gila. Itu mungkin alasan mengapa sang putri hanya terus menontonnya. Komandan takkan kalah. Akan tetapi itu masih tak bisa menjawab pertanyaan untuk apa sang putri datang ke sini.

Haruskah aku mendekat? Tapi kalau aku lakukan itu maka aku akan kehilangan semua keuntungan dari skill Throwing-ku.

Salah satu kelebihan Throwing ialah ia bisa menyerang targetnya sambil bersembunyi. Seandainya ia mendekat dan serangannya diblokir, atau komandan pulih segera berkat Natural Recovery yang tinggi dan kemudian melakukan serangan balik, itu semua akan sia-sia.

Haruskah aku mundur?

Dia mempertimbangkannya sebentar.

...tidak. Hikaru menyeringai sembari berkeringat dingin. Aku belum mengerahkan semua yang aku miliki.

Dia membuka Soul Board-nya dan menggunakan satu poin yang tersisa. Diam-diam, dia turun dari jalan setapak ke tanah. Dengan Stealth Hikaru diaktifkan sepenuhnya, Lawrence tidak menyadarinya sama sekali.

...Waktunya ronde kedua.

Dia berusaha menguatkan kakinya yang gemetaran. Mengenggam Belati Kekuatannya (Dagger Strength), ia berjalan menuju Lawrence.

Ya, apa yang Hikaru coba lakukan ialah "pertempuran jarak dekat". Atau lebih tepatnya, ia hanya ingin dekat – tak ada niatan beradu serangan.

Kill instan sekali tekan.

Komandan tentu saja menyerang dengan maksud membunuh. Ia bukan lawan yang bisa diatasi Hikaru dengan mudah.

Saatnya mengalahkan orang terkuat kerajaan ini.

“………?”

Sejenak, Lawrence merasakan sesuatu.

Tapi apa itu, dia tidak tahu. Mungkin dia sibuk berpikir bahwa mungkin musuhnya sudah pergi, karena itu, ia menurunkan penjagaannya. Mendadak nyeri tajam menyengat lehernya.

“Hah?”

Sekejap, ia diliputi oleh bau darah.

Awalnya Lawrence tidak tahu itu darahnya sendiri.

“Ap .... Apa?”

Darah menyembur dari arteri di tengkuknya. Leher, ini adalah bagian tubuh tak berdaya yang terbungkus oleh otot. Tapi mengiris tepat di bawah wajah seseorang bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah. Itu berlaku dua kali lipat untuk orang sekuat Lawrence. Namun, lehernya teriris, tidak diragukan lagi, meski ia tidak tahu bagaimana.

Kebingungannya tak berlangsung lama. Di luar darah yang memercik, Lawrence melihat sekelebat bayangan tepat di sebelah tubuhnya.

“Huuh!”

Dengan gerutuan, komandan menyabetkan pedangnya. Kekuatannya lebih lemah, tapi itu sudah cukup memotong manusia menjadi dua. Mengingat jaraknya, ia yakin ujung pedang akan mengenai.

“Cih!!”

Hikaru langsung melompat mundur. Itu adalah lompatan ekstrem yang melampaui kemampuan fisiknya, mengabaikan inersia, dan memungkinkannya untuk menghindari ujung pedang Lawrence.

Dua poin di Power Burst cepat sekali!

Ketika Hikaru membuka Soul Board-nya, ia menggunakan satu poinnya pada Power Burst.

Dia melakukannya hanya untuk aman, tapi ia masih hampir terbunuh.

Diserang dari depan mungkin bukan suatu yang diharapkan Lawrence. Hikaru memotong arteri-nya, lalu dalam percikan darah yang mengalir deras, ia bergerak cepat di belakang komandan.

Ada sang putri yang berada di belakang Hikaru. Apabila Lawrence serius mengayunkan pedangnya ke arahnya, gelombang kejut akan dihasilkan, yang mungkin membahayakan sang putri. Itulah sebabnya Hikaru berpikir Komandan tidak bisa menyerangnya mengingat kemungkinan mengenai sang putri.

Tapi ia melakukannya. Gelombang kejut yang diciptakan oleh pedang menghancurkan dinding tepat di bawah sang putri berada. 

Itu sangat berbahaya. Hikaru takkan bisa menghindar tanpa 2 poin Power Burst. Hikaru menyadari bahwa ia harus mengambil terlalu banyak langkah keselamatan untuk menghadapi lawan sekuat ini.

Dindingnya ambruk. Fasilitas pelatihan mungkin dibangun dengan kokoh, tetapi jika dindingnya ambruk di dua tempat yang berbeda — apalagi berdekatan — tak dapat dihindari bahwa seluruh bagian akan runtuh.

Sang putri berada di jalan setapak. Menggunakan Mana Detectection-nya, Hikaru melihatnya bangun dengan panik. Dia pasti akan jatuh. Lawrence seharusnya berlari ke arahnya sekarang...

“…Eh?”

“Kau disana!”

Meski begitu, Lawrence bergegas ke Hikaru. Sececah, ia melihat bocah itu melemahkan efek Stealth.

T-Tunggu sebentar! Jadi kau tidak menyelamatkan sang putri?! Aku melihat statistiknya! Tidak mungkin dia bisa lolos dari sana tanpa luka!

Lawrence mengayunkan pedangnya ke bawah dengan kecepatan tinggi. Hikaru panik mencoba menjauh. Power Burst-nya melakukan keajaiban, tetapi terlalu menguras stamina saat digunakan berkali-kali. Gelombang kejut semakin menghancurkan dinding.

Entah bagaimana caranya aku harus memblokir pandangannya untuk mengaktifkan kembali Stealth-ku!

Jubahnya, yang sempurna untuk menghalangi pandangan Lawrence baru saja dikorbankan. Yang ada di tangannya hanyalah kerikil, tetapi itu tak cukup untuk menutupi pandangan seperti yang diharapkan.

Tidak, ada satu.

Ada cara yang bisa memblokir pandangan komandan sebentar.

Lebih tepatnya, “alat” bukan “cara”.

Aku harus mundur sesudahnya.

“Teknik yang aneh. .... sihirkah? Tapi kau mungkin sudah kehabisan cara karena aku tahu di mana kau berada?”

“Belum tentu.”

“Apa?!”

Hikaru melepas topengnya dan melemparnya ke wajah Lawrence. Sekelap mata — sepersekian detik — adalah yang ia butuhkan. Kehilangan pandangan Hikaru walau hanya sesaat, komandan takkan bisa melihatnya lagi, meski ia masih berdiri di tempat yang sama.

Ditambah gelapnya ruangan juga membantu. Apalagi Hikaru memiliki rambut hitam serta pakaian hitam. Efek Stealth takkan efektif jika ia keluar di siang bolong.

“Di mana kau?!”

Lawrence meremas topeng di tangannya.

Oi, oi, bagaimana ia masih bisa bergerak meskipun arteri-nya sudah terpotong!?

Wajah Lawrence semakin pucat, darah masih mengalir dari luka di lehernya. Lukanya cukup dalam sehingga Natural Recovery-nya tidak bisa menyembuhkannya dengan cepat. Dengan kehilangan banyak darah, manusia normal akan pingsan beberapa saat yang lalu, atau bahkan mati.

“Kyaaaaa!”

Pada saat itu, perancah di mana sang putri berdiri miring ke satu sisi. Dia akan jatuh. Mungkin karena benda sihir itu, Lawrence tidak bisa menentukan lokasi tepatnya.

“Suara itu .... Putri Kudyastoria?! Apa yang ia lakukan di sini?!”

Oi oi, dia bahkan tak tahu sang putri ada di sini?!

“Ah—”

Sebentar lagi, sang putri yang berada di udara akan jatuh.

Tepat di bawah sini ada serpihan kayu yang ujungnya lancip. Jika ia jatuh di sana, bukan lagi luka ringan namanya. Bahayanya lagi, langit-langitnya mengeluarkan bunyi gemeretak. Dia takkan langsung bisa berjalan jika ia terkilir di pergelangan kakinya. Jika atapnya ambruk menimpanya—

“Sial!!”

Hikaru berlari ke arahnya, meninggalkan Lawrence yang masih tak tahu tepatnya lokasi sang putri. Jaraknya tidak terlalu jauh. 

Ada sedikit kelegaan dalam pikiran Hikaru saat ia menjauhkan diri dari Lawrence.

Dia tidak punya alasan untuk menyelamatkannya, tetapi dia takkan bisa tidur nyenyak di malam hari jika ia mati di sini. Meskipun ini dekat dengan istana kerajaan di mana seseorang yang bisa menggunakan sihir penyembuhan bisa menolongnya, mereka tidak bisa menghidupkan orang mati.

“Kyaaaaaaaaaaaaaaa!?”

“Ugh...”

Menangkap seseorang yang jatuh dengan kedua tangan jauh lebih sulit dari yang diperkirakan. Rasa sakit seperti arus listrik mengalir di lutut dan pinggul Hikaru. Tapi ia tidak bisa berhenti di situ. Atapnya mulai runtuh dengan keras.


“Haaah! Waktu yang tepat!”

“Kyaaa?!”

Hikaru benar-benar membawa gadis itu di dua lengannya laksana menggendong seorang putri. Ia melompat keluar melalui lubang di dinding yang jebol. Atap ambrol di belakang mereka dan membuat suara keras.

“Tuan Putri! Apakah Anda baik-baik saja?!”

Teriak Lawrence, yang tidak bisa melihat persis di mana mereka berada. Setelah semua keributan, para prajurit pasti akan memperhatikan. Peluit berbunyi, membuat seluruh area beramai-ramai.

“...Apa kamu seorang penyerang itu?”

Kudyastoria bertanya ketika Hikaru berdiri diam.

Hikaru ingin mendecakkan lidahnya dengan kesal.

Sebelumnya dia melemparkan topengnya sehingga dia melihat wajahnya. Apalagi saat ini mereka berdekatan.

Aku kira tidak apa-apa. Aku ragu aku akan melihatnya lagi.

Hikaru melihat wajah yang tersembunyi di balik tudungnya. Itu adalah wajah yang cantik dan bijaksana.
Tetapi masih ada sifat ceroboh karena ia menyelinap ke fasilitas pelatihan di malam hari. Hikaru segera menurunkannya.

“Kamu tidak terluka, kan? Adakah yang keseleo atau—?”

“Eh? Ah, ya .... baik-baik saja.”

“Begitu. Ksatria itu mungkin mati karena kehabisan darah ... Tapi yah, untuk orang sekuat dia aku masih kurang yakin. 
Sebentar lagi para prajurit akan segera datang. Mintalah mereka untuk menjemputmu.”

Hikaru berbalik dari sang putri.

“TT-Tunggu sebentar!”

“Tidak ada kata tunggu lagi”

Hikaru mulai berlari.

“...Roland...?” Gumam sang putri ketika ia melihat punggungnya semakin menjauh.

Related Posts

Posting Komentar