The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 31 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 31 – Setelah Serangan

Roland...

Hikaru hampir menghentikan kakinya ketika sang putri memanggilnya dengan nama itu. Tapi entah bagaimana dia berhasil menyembunyikan kekecewaannya.

Penjaga yang membawa lampu sihir sedang berlari. Hikaru melewati mereka dengan langkah cepat, tanpa repot-repot menyembunyikan dirinya. Sudah ia pastikan berkali-kali bahwa mereka takkan bisa melihatnya pada Stealth selevel ini.

Mengapa sang putri tahu Roland? Di dalam ingatannya juga tidak ada...

Bagi Hikaru, ini adalah pertama kalinya ia bertemu sang putri. Tak ada wajah muncul di pikirannya ketika ia melihat nama di Soul Board-nya.

Aku tidak tahu lagi. Tapi tidak ada gunanya memikirkannya. Lagi pula, kita takkan bertemu lagi.

Tujuannya telah tercapai. Kini East takkan menerima hukuman mati. Tepatnya, masih ada kemungkinan itu terjadi, tetapi jika itu terjadi, tak ada lagi yang bisa dilakukan Hikaru. Kalau mau, Hikaru dapat membantunya keluar dari penjara, tetapi mengingat sifat East, pasti ia takkan mau.

Kukira dia pasti takkan mau kabur dari penjara.

* *

Keesokan harinya, sang putri memanggil seorang penyidik ke kantornya. Dialah pria yang bertanggung jawab atas investigasi tentang keberadaan Lavia. Wajahnya yang dulu ramping memberinya kesan intelektual, kini nampak jelas kuyu, pipinya cekung dan kempes.

“...Apa yang terjadi dengan wajahmu itu?” tanya sang putri.

“Mm-maaf, t-tidak, tidak yang terjadi!”

“Saya dengar, kemarin dia harus memberikan laporan langsung di hadapan Yang Mulia. Dan saat ini Tuan Putri memanggilnya. Saya bisa tahu mengapa dia begini.” Seorang pejabat tinggi, yang berada di ruangan yang sama, memberi tahu sang putri.

“Mm .... nampaknya kamu sedang tidak sehat. Saya minta maaf karena memanggilmu di sini.”

“A-Anda tidak perlu meminta maaf, Tuan Putri!”

Si penyidik merasa malu karena sang putri meminta maaf padanya.

“Kalau begitu, bisakah kamu melaporkan lagi seperti yang kamu lakukan kemarin?”

“Ya, tuan putri.”

Penyidik menenangkan diri dan memberikan laporannya. Isinya, tentu saja, tak jauh berbeda dari apa yang ia dengar dari Lawrence.

“Penyidik, apa tanggapan Yang Mulia setelah mendengar laporan itu?”

“Beliau bilang saya tidak berguna.” Jawab Si Penyidik dengan sangat kesakitan dalam suaranya.

Dalam hatinya, sang putri bersimpati padanya. Ia pikir jumlah informasi yang Si Penyidik kumpulkan dalam waktu singkat itu mengesankan. Tetapi apa yang diinginkan raja ialah petunjuk tentang keberadaan gadis muda itu. Dan hasilnya si penyidik merasa menyesal pada titik itu.

Kenapa ayahku sangat menginginkan gadis itu?

Sepak terjang raja yang secara terang-terangan membuat Kudyastoria menerka bahwa ini bukan hanya tentang pembunuhan seorang Count, dan ia bisa menebak gadis itu mungkin menyimpan semacam rahasia.

Pasti ada hubungannya dengan perang. Tapi tak ada alasan bagiku mengorek lebih jauh soal ini.

“Saya ingin bertanya sesuatu padamu.” Kata sang putri.

“Iya. Apa itu?”

“Saya yakin putra alm. Viscount Zaracia berada di Pond. Apa kamu kebetulan melihatnya?”

“Viscount Zaracia...?”

Si penyidik tenggelam dalam pikirannya, berusaha mengingat. Di sebelah mereka ada pejabat tinggi yang mengawasi. Puteri Kudyastoria baru saja mengucapkan nama yang belum pernah dibicarakan sebelumnya. Tentu saja, pejabat itu tahu bahwa Viscount Zaracia telah dihancurkan oleh Count Morgstad. Namun, ia tak tahu menahu apa yang terjadi sesudahnya.

“Saya minta maaf. Saya bahkan tidak kenal nama itu.”

“Begitu ... saya mengerti. Terima kasih sudah datang kesini. Kamu boleh pergi.”

“Ya, Tuan Putri.” Kata Penyidik, dan pergi.

“Tuan Putri, apakah Anda tertarik dengan putra Viscount Zaracia itu?” 

“Iya sedikit .... Lalu, bagaimana konferensi kekaisaran berlangsung hari ini?”

Konferensi kekaisaran adalah pertemuan yang diadakan pada jam sepuluh pagi yang dihadiri raja. Ini adalah kesempatan untuk berbicara langsung dengan raja dan karena orang-orang di posisi penting ikut serta, para pejabat pemerintah dan jenderal mengemukakan masalah untuk dibahas dalam konferensi ini.

“Itu berantakan.”

Sudah kuduga, pikir sang putri. Agenda hari ini, tentu saja, tentang kekalahan komandan ordo ksatria.

“Apa yang terjadi?”

“Jika saya memberi tahu Anda, maukah Anda memberi tahu saya tentang Viscount Zaracia?”

“Baiklah, saya akan memberi tahumu apa yang saya tahu.”

“Kita punya perjanjian, kalau begitu.”

Pejabat tinggi itu cukup ambisius. Dia ingin mengumpulkan informasi apa pun mengenai kaum bangsawan

Di mana aku harus mulai? dia berpikir sejenak.

Kudyastoria tidak menghadiri konferensi sebab ayah dan saudara lelakinya ada di sana. Tak pernah ia berkeinginan berpartisipasi sebanyak yang dia lakukan hari ini. Lagi pula, Lawrence terluka parah di dalam fasilitas ksatria itu sendiri.

Reaksi macam apa yang akan dilakukan orang-orang?

Bahkan, Kudyastoria diam-diam kembali ke istana kerajaan sehingga para prajurit tidak dapat menemukannya. Sebagai anggota keluarga kerajaan, dia tahu banyak jalan rahasia, dan dia mengenakan jubah untuk bernaung dari mata orang-orang.

“Jadi, sebelum pertemuan dimulai, pertama kali dilaporkan bahwasanya komandan ordo ksatria terluka dan tidak bisa bergerak untuk sementara waktu.”

“Komandan ksatria terluka?!”

Dia pura-pura terkejut. Pejabat itu tidak tahu bahwa Kudyastoria benar-benar ada di tempat kejadian.

“Rupanya musuh menyusup ke dalam dinding, dan komandan berhasil mengusirnya. Pertarungan itu cukup sengit lantaran fasilitas pelatihan para ksatria hancur.”

“.....Lalu? Apa yang terjadi pada si penyusup itu?”

“Dia bersembunyi di distrik bangsawan.
Karena keamanan di gerbang segera diperkuat, dia takkan bisa ke mana-mana. Kini distrik bangsawan tengah dalam kegemparan saat mereka mencari pelakunya.”

Tidak, pikir Kudyastoria. Bocah yang aku panggil Roland secara tidak sengaja, tak lagi berada di distrik bangsawan.

Dalam dua hari berturut-turut, dengan mudahnya ia berhasil menyelinap ke tempat para ksatria dan bahkan berhasil mencapai istana. Itu berarti dia takkan mengendap lama di distrik bangsawan. Pikirannya bergejolak tiap kali ia memikirkannya. Siapa dia? Kenapa dia menyelamatku? Bagaimana ia bisa menemukanku yang bahkan Lawrence sekalipun tak bisa melihatnya? Kalau dipikirkan lagi, dia jelas bukan Roland. Raut wajahnya, rambutnya, dan matanya berbeda. Lagipula, Roland tidak tahu siapa diriku.

(TLN: Lah kalau begitu kenapa dia bisa tahu kalau itu Roland??????)

“Untungnya, luka komandan ksatria itu lekas sembuh dengan sihir penyembuhan. Raja akan mengirimnya ke garis depan sesuai rencana semula.”

“Eh?”

“Apakah ada yang salah?”

“.....Bisakah komandan bertarung?”

“Iya. Lukanya tidak terlalu serius. Ada yang bisa melukainya saja sudah membuat saya terkejut.”

Lukanya tentu tidak terlalu lebar, ya. Lagipula itu hanya satu potong. Tapi ia kehilangan banyak darah. Sihir penyembuhan tidak bisa mengembalikan darah yang hilang.

Lawrence pasti mengecilkan laporannya agar tidak menimbulkan kepanikan.

Kalau ia bersikeras bahwa ia masih baik-baik saja, semua orang akan tenang, dan merasa yakin, adalah sebuah rumor tak berdasar bahwa komandan itu terluka parah dan tidak bisa pergi ke garis depan.

“Namun, karena penyusup masih bersembunyi di distrik bangsawan, kita akan tetap siaga tinggi selama beberapa hari. Jadi tolong jangan pergi ke luar istana juga, Tuan Putri.”

“Saya tahu. Apa hanya itu yang dibahas dalam konferensi? Itu tidak terdengar berantakan bagi saya.”

“ 'Berantakan', maksud saya apa yang terjadi sesudahnya. Para bangsawan mulai bertengkar tentang siapa yang mengirim pembunuh itu. Mereka semua saling menuduh seperti: "Count XX ini punya sekutu di negara luar!", "Baron XX ini ingin menempatkan putranya di antara petinggi Ordo." "Saya benar-benar setia kepada Yang Mulia".”

“………”

Adegan yang menjijikkan itu pastilah terjadi. Mereka rela menjatuhkan orang lain demi menjilat raja.

Kudyastoria merasa pusing. Rasanya benar-benar mustahil mereka bisa menemukan bocah itu dengan cara ini. Pada awalnya, dia pikir tujuannya itu untuk menguji kemampuannya. Tetapi melihat bagaimana ia bertindak, dia pikir itu tak sepenuhnya akurat.

Jika dia hanya ingin menguji kemampuannya, dia takkan repot-repot menyelamatkannya – orang asing. Jika dia ingin menjadi terkenal, dia akan memberikan namanya. Jika dia menginginkan uang, dia pasti sudah merampas perhiasannya.

Motifnya tidak jelas.

“Lalu Tuan Putri, tolong ceritakan pada saya tentang Viscount Zaracia.”

“Tapi saya tidak tahu banyak tentang dia. Saya harap kamu tidak keberatan tentang ini.”

Akankah aku melihat bocah itu lagi suatu hari nanti? Pikiran itu ada di sudut pikirannya ketika ia mulai berbicara tentang Roland. Tentang bagaimana setelah keluarganya hancur, ia seharusnya dikirim ke pedesaan. Dan kemungkinan besar ia masih berada di Pond pada saat kejadian pembunuhan Count Morgstad.

Hanya itu saja. Pejabat itu tampak kecewa, mengira informasi yang didapatnya tidak terlalu menjanjikan.

“Ayo kembali bekerja.”

Jadi mereka kembali menyelesaikan tumpukan dokumen.

*   *

Di salah satu kamar rumah sakit swasta para ksatria, Lawrence memasang pandangan pahit. Dia turun dari tempat tidur dan duduk di kursi dengan tangan terlipat. Wajahnya pucat, bibirnya pecah-pecah karena kekurangan darah.

“…Komandan.”

Duduk di depannya ialah delapan ksatria. Di antara mereka yaitu East dan tiga komandan.

Masing-masing tulang mereka patah oleh Hikaru, tetapi mereka sudah sembuh berkat sihir penyembuhan.

“Saya kalah juga. Gaya bertarung penyerang tidak sesuai dengan kita.”

“Caranya kurang terpuji! Memikirkan bagaimana dia melukai reputasi pemimpin kita menggunakan taktik licik, saya—”

“Dasar bodoh!”

Semua orang tersentak oleh suara itu.

“Yang namanya kalah tetap kalah. Jika kau membuang waktu untuk mengkritik serangan kejutan di medan perang, kau akan mati.”

“Ya pak…”

Para komandan ksatria menundukkan kepala. Mereka sangat terpengaruh dari pengakuan kekalahan komandan.

Sebaliknya, Lawrence tetap optimis. Tabib dan dokter menyatakan dia dalam kondisi kritis karena terlalu banyak kehilangan darah, tetapi dia bisa bangun dan bergerak setelah istirahat semalam. Dia sangat kelaparan sampai-sampai dia menghabiskan sepuluh porsi makanan. Tubuhnya sibuk memproduksi darah.

Tidak. Lebih seperti tubuhnya ingin hidup. Tubuhnya tidak membiarkan dirinya mati dulu sebelum bisa mengalahkan anak itu.

Oh benar, tuan putri ada di sana tadi malam, tetapi dia belum menghubungiku. Mungkin dia ingin aku tutup mulut.

“Kita harus merenungkan kegagalan kita.
Penyusup itu ... Tidak, bukan lagi penyusup.
Orang itu pandai dalam menghindari indera orang. Kita membutuhkan sesuatu untuk mendeteksinya.
Dan .... ada satu hal lagi. Adakah yang tahu apa itu?”

East mengangkat tangannya.

“Kita perlu memastikan bahwa alat berat kita dapat digunakan setiap saat.”

“Umu, hampir benar. Kita harus memodifikasi lempeng zirah agar dapat segera dipakai, atau kembangkan tameng yang dapat dilipat yang dapat dipasang di tangan. Serangan orang itu lemah, mungkin karena dia berspesialisasi dalam stealth.”

Para komandan mengangguk setuju.

“Orang itu mengingatkanku pada kata-kata ‘Selalu siap tempur’.”

Lawrence sedikit sempoyongan ketika ia berdiri.

Salah satu dari mereka mencoba membantu komandan, tetapi ia menghentikannya.

“Ini berarti saya masih kurang dalam latihan.
Mereka yang kalah setelah melawannya memiliki kewajiban untuk memberi tahu orang lain tentang ancamannya –– East.”

“Ha!”

“Saya berencana mendorong hukuman mati untukmu hanya karena kau kalah dari orang itu.
Maafkan saya karena begitu tidak dipikirkan.”

“Anda tidak perlu meminta maaf, pak.” Suara East yang mulutnya terkatup gemetar.

Air mata tumpah dari matanya. Mungkin dari kepahitan lantaran kalah melawan penyerang itu. Mungkin ia menangis lega karena lolos dari kematian. Atau mungkin iri sebab ada orang di luar sana yang bisa mengalahkan komandan yang ia segani. Mungkin semua hal di atas.

Lawrence melihat air matanya dan mengangguk.

“Dengarkan semuanya. Lain kali kita bertemu orang itu, kita harus buat dia menyesal karena dia pernah melawan kita. Sampai saat itu kita harus tumbuh dan mengembangkan diri kita lebih banyak lagi.”

“Ha!!”

“Ke medan perang kita pergi.”

“Ha!!”

Meskipun kondisinya buruk, Lawrence menuju ke garis depan.

*   *

“Ugh ... badanku sakit semua.”

“Kamu tidak apa-apa?"

“Yah sesuatu seperti, rasa nyeri otot yang mengerikan.”

Hikaru sedang berjalan di sekitar ibukota bersama Lavia. Tempat itu cukup luas yang akan membuat mereka tersesat jika mereka kurang hati-hati. Pandai besi berkumpul di satu tempat dan begitu pula toko pakaian. Kemanapun mereka berjalan, ada banyak toko-toko khusus dalam satu produk di sana-sini.

Tubuh Hikaru sakit karena habis bertarung melawan Lawrence. Kekuatan penuh Power Burst 2 miliknya terlalu membebani tubuhnya. Dia perlu memberi lebih banyak poin pada Strength, Flexibility, Balance, atau Stamina agar tubuhnya dapat mengimbangi.

Mungkin aku harus berolahraga daripada mengandalkan Soul Board-ku.

Tidak ada salahnya berolahraga. Tapi dia tidak berencana membuat otot sobek. Sedikit otot saja sudah cukup.

Hikaru mungkin kesakitan, tapi dia belajar banyak tentang batasannya tadi malam. Tentu, dia bisa saja mati, tetapi pengalaman yang didapatnya itu sepadan. Itu adalah pertempuran tingkat tinggi, pertarungan dengan yang terkuat, dan Stealth-nya bekerja padanya.

“Terima kasih sudah menunggu, Tn. Petualang. Ini tanda tangannya.”

Segera setelah Hikaru menerima tanda tangan atas penyelesaian pengirimannya, mereka kembali ke guild untuk memproses promosinya. Dia baru saja menyelesaikan jumlah quest yang dibutuhkan.

“Selamat. Anda sekarang berada di rank-F.”

Resepsionis yang berbeda dari hari kemarin memberinya selamat.

=====
【Kartu Adventurer Guild】
【Nama】 Hikaru
【Terdaftar】 Guild Petualang Pond, Kerajaan Ponsonia
【Rank】 F
【Kelas Pekerjaan】 ---
=====

Hikaru membiarkan kelas pekerjaannya kosong. Dia hanya akan dibombardir dengan pertanyaan jika dia mengaturnya ke Civilian. Mengaturnya ke Stealth God juga tidak masuk akal.

“Aku bisa dipromosikan ke rank E walaupun satu-satunya permintaan yang aku ambil adalah mengumpulkan bahan, kan?”

“Itu benar. Tapi itu memakan waktu yang lama~ Kecuali Anda bisa mengalahkan monster yang lebih kuat, Anda tidak perlu mengumpulkan bahan.”

“Begitukah?”

“Fufu, Anda terlihat percaya diri. Silakan datang kepada saya jika Anda mendapatkan bahan langka!”

Apa mereka mendapatkan sesuatu dari membeli bahan? Semacam bonus gaji? Guild itu sangat sepi sehingga resepsionis bisa membuang-buang waktu untuk berbicara. Para petualang mungkin direkrut untuk perang.

“Ah ... seperti yang kamu lihat di kartu, aku seorang petualang dari Pond.”

“Tidak ada ruginya Anda mengubah basis operasi Anda. Saya harap Anda mau berpindah di sini di ibukota kerajaan. Tidak ada monster di di sekitar sini, tetapi ada banyak permintaan pengawalan. Karena Anda rank-F, Anda dapat mengambilnya. Ditambah hadiahnya sangat bagus. Di atas segalanya, ada banyak cara untuk menghabiskan uang di ibukota!”

“Meskipun kurang memuaskan, saya merasa berhutang budi ke kota itu.”

“Begitu .... Sangat disayangkan. Entah kenapa orang-orang berbondong-bondong ke Pond. Apa bagusnya kota itu? Oh, omong-omong, saya tidak menghina tempat itu.”

“Orang-orang? Apakah itu petualang lain selainku?”

“Iya. Petualang rank B milik cabang ibukota kerajaan menuju ke sana.”

“He...”

Hikaru tertarik setelah mendengar “Rank B”.

“Ngomong-ngomong, orang seperti apa yang kamu sebutkan tadi?”

“Tentu. Mereka sebenarnya party empat wanita dengan tingkat keberhasilan misi seratus persen!”

Resepsionis memberi tahu dia nama party mereka.

Empat Bintang Timur.

“... Huh ...”

Tak butuh waktu lama bagi Hikaru untuk menyadari bahwa mereka adalah party yang seharusnya mengawal Lavia ke ibukota.

Related Posts

Posting Komentar