The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 37 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 37 – Membeli Perlengkapan

Kondisi Lavia kian membaik, jadi mereka tidur larut malam itu. Yang membuat rencana besok akan mudah.

Hikaru dan Lavia berjalan ke warung hotdog. Untungnya Selica tidak ada. Pemilik warung memutar tubuhnya untuk menghadap mereka, lengan disilangkan, lalu mengangguk-angguk.

“60 gilan.”

“Padahal aku belum pesan apa-apa.”

Dia rajin menyiapkan hotdog, menaruh kecap dan mustard di atasnya, sebelum menawarkan kepadanya. Hikaru menyerahkan uangnya, dan mulai menyantap hotdog.

Saat ia menusukkan giginya ke sosis, kulitnya pecah dan kuah daging mulai menetes keluar. Padukan itu dengan saus tomat rasa asam dan mustard, sehingga membentuk cita rasa yang harmonis.

“Sekarang aku beri cap kelulusan.”

“.....Benarkah?”

“Apa itu? Kau tak terlihat senang pun?”

“Hanya saja ... Baru sekarang kau meluluskan hotdog-ku, Master.”

“………”

Dia panggil aku apa tadi? Dan kenapa dia mengedipkan matanya saat melihat ke sini!?

“Ya, ya, yang perlu kau tingkatkan lagi hanyalah variasi. Semisal tambahkan keju atau bawang cincang untuk topping, dan bukannya mustard, agar nantinya kelihatan seperti saus salsa.”

“Aku mengerti! Aku akan berusaha 'tuk taklukkan dunia dengan hotdog ini!” seru pemilik warung itu.

“Ooow…” Hikaru kagum.

“Yang ini kurang pedas...”

Hikaru mengabaikan komentar Lavia. 
Kelak, hotdog ini akan melintasi perbatasan kerajaan dan menyebar ke seluruh benua. Tapi mari kita sisihkan dulu cerita ini

Selanjutnya, mereka menuju ke toko Dodorono yang Hikaru datangi kemarin. Kalau keadaan memungkinkan, dia ingin meninggalkan Pond besok, jadi mereka hanya punya hari ini untuk membeli peralatan.

“Jiwa fashion sempurnaku berkilauan lagi hari ini☆!”

“Ugh…”

Dwarf setengah baya yang berpose dan mengedipkan mata dengan tanda-V di sampingnya terlalu tak tertahankan bagi Hikaru. Rasanya tak nyaman, seperti dipaksa minum teh panas di puncak musim panas.

“Bisa kau beri kami beberapa peralatan?”

“Wokeh. Katakan saja apa yang kau cari.”

“Pertama aku mau beberapa peralatan yang aku tanyakan kemarin. Uang tidak masalah. Langsung beri saja aku kisarannya.”

“Apa kau yang akan memakainya?”

“Bukan, tapi si Renclaw ini. Kami mungkin akan menjualnya nanti, jadi uniseks lebih bagus.”

“Fu ~ umu…”

Dodorono menatap Lavia. Hikaru membeku dalam kecemasan. Dia mungkin akan mencari tahu identitas aslinya jika dia terus menatapnya seperti itu.

“Kau...”

“Y-ya.”

Lavia panik.

“......kulitmu sangat indah! Aku sangat iri!”

Hah, aku terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu, pikir Hikaru seraya menghela nafas.

“Pakai model apapun akan terlihat bagus untukmu! Aku akan membuat perkiraan jadi tunggu sebentar ya.”

Mereka membeli pakaian ganti yang mungkin diperlukan untuk perjalanan juga. Karena Hikaru hanya memakai Night Wolf secara keseluruhan, jadi dia memutuskan untuk membeli beberapa kemeja dan celana linen (TL: kain tenun dari rami). Dia dengan hati-hati mempertimbangkan ini dan hanya membeli sesuatu paling diperlukan saja, lantaran ada batasan berapa banyak yang bisa mereka bawa.

Lavia membeli beberapa pakaian dalam wanita, membuat alasan bahwa dia membelinya untuk adiknya.

Hikaru tidak perlu jubah baru. Apa yang dikorbankan saat ia bertarung dengan Lawrence adalah sesuatu yang dia beli dari toko barang bekas di ibu kota. Dan alat yang membuatnya tidak bisa dilacak lah yang terbaik untuk menyusup malam hari.

“Aku sudah menyelesaikan perkiraan ..... tapi ini agak mahal.”

“Berapa harganya?”

Dodorono mengulurkan selembar kertas.

・Pakaian kulit Camouflage Lizard – 9,200 gilan
*Pakaian Kulit Camouflage Dragon – tambahan 18,000 gilan
· Spirit Magic Gem (Wind Element) – 1,500 gilan
・Upah pembuatan – 1,000 gilan
Total: 11,700 gilan

“Dodorono-san…”

“A-aku tahu. Sudah kubilang mahal, kan? Karena dalam pembuatan, aku menggunakan Batu Sihir Roh (Spirit Magic Gem). Sihir angin akan memastikan bahwa aroma si pemakainya tidak akan tercecer kemana-mana. Aku ragu ada manusia yang akan membayar sebanyak ini hanya untuk jubah––”

Hikaru menunjuk kertas itu.

“1000 gilan untuk upah pembuatan?! Itu terlalu murah!”

“Eh, yang ini?”

“Jumlahnya tidak sesuai untuk pesanan khusus. Paling tidak mintalah dua kali lipat dari itu!”

“T-tidak tidak .... bahkan 1000 gilan saja sudah cukup mahal...”

“Buat jadi 2.000 gilan. Dan kalau bisa, prioritaskan pesanan kami.”

“Oke— tunggu, Hikaru. Serius kau akan memesan ini?”

“Benar juga. Apa kau khawatir soal si pemesanan tidak jadi membeli apa yang dia pesan, kan?”

“Bukan begitu, ini soal harganya...”

Hikaru mengeluarkan tas kulitnya yang ia gunakan sebagai dompet. Tas itu terlihat berat dan suara dentingan koin membuat napas Dodorono semakin kasar.

“Aku ingin bertanya tentang kulit Camouflage Dragon. Seberapa baguskah itu?”

“Sangat bagus. Camouflage Dragon itu sendiri tidak begitu besar dan mereka kerap muncul di dungeon. Hampir mustahil kau bisa menemukan mereka di luar. Kemampuan menyembunyikan dirinya terletak pada kulitnya sehingga kami akan menggunakannya sebagai bahan untuk membuat jubah pesananmu. ––Tentu, karena kami menggunakan kulit mati, kinerja kemampuannya sedikit berkurang. Tetap saja itu jauh lebih baik daripada kulit Camouflage Lizard.”

“Lalu bagaimana dengan ketersediaan bahannya? Yang mana yang lebih mudah dibeli di pasar?”

“Kulit Camouflage Dragon mungkin mudah didapat. Tapi karena harganya mahal, jadi tidak banyak orang yang membelinya. Akibatnya, stok tidak pernah kekurangan. Tempo hari, ada seorang pedagang grosir yang datang dari ibukota kerajaan juga mempunyai bahan ini. –––

 Sedangkan Camouflage Lizard, mereka bersifat musiman. Mereka biasa berhibernasi selama musim dingin, membuatnya lebih mudah untuk diburu selama musim itu. Kulitnya biasa diproses pada awal musim semi, jadi tak banyak yang dijual saat ini.”

“Kalau begitu, aku ingin kau menggunakan kulit Camouflage Dragon.”

“.....baiklah.”

Dodorono tidak mengatakan sepatah kata pun setelah itu.

“Yakin 2000 gilan sudah cukup untuk upah pembuatan?”

“Cukup jangan ditambahi lagi. Lagipula kulit Camouflage Dragon lebih mudah untuk dikerjakan.”

“Jadi berapa lama jadinya?”

“Hmmm ... Nah, mungkin sekitar 10 harian. Sekalipun kami mengutamakannya, membeli bahannya juga butuh waktu.”

“10 hari ya....”

Hikaru merenung. Besok, dia ingin pergi dari sini. Menunggu 10 hari jelas tidak mungkin.

“Bisa kau mengirimiku barang jadi? Sebenarnya, aku ingin segera mengunjungi Dungeon Para Dewa Kuno.”

“Oh, kau mau ke dungeon ya?! Aku mengerti. Ya, memang perlengkapan seperti ini pasti akan sangat berguna di dalam dungeon.”

“Kau juga berpikir begitu?”

“Tentu. Kau akan memiliki keuntungan besar dalam dungeon kalau kau dapat melakukan serangan pertama.”

“Aku minta kirimkan produk jadinya ke Guild Petualangan di sana.”

“Di sana .... Root Hubbard, huh…”

Hikaru mengangguk. Kota terdekat dengan dungeon itu adalah Root Hubbard.

“Oke, bagaimana kalau kita...”

Lavia menyimak dengan seksama percakapan Hikaru dan Dodorono. Uang yang mereka miliki tidak cukup, jadi Hikaru menarik 30.700 gilan dari guild untuk pembayaran. Uang cash harus dibayarkan di muka dan Dodorono akan membayar biaya pengiriman ke Root Hubbard.

Perhentian mereka berikutnya ialah ke toko senjata Leniwood. Belati Kekuatan (Dagger Strength) Hikaru sudah mulai aus karena membunuh banyak monster. Dia juga ingin membeli sesuatu untuk pertahanan diri Lavia.

“Woww! Kau sering menggunakan benda ini!?”

Leniwood berkata ketika Hikaru menunjukkan belati padanya. Pandai besi Elf Bodoh itu kelihatan senang mengetahui bahwa senjata yang ia buat digunakan secara teratur. Bilah dan gagang belati itu sendiri sudah aus dan bengkok.

“Kau pakai buat apa sampai-sampai membuatnya begini dalam waktu singkat ini?”

“Ya, bermacam-macam...”

“Aku bisa memperbaikinya sih, tapi aku akan simpan ini dulu untuk satu hari.”

“Kalau begitu, aku beli cadangannya–– dan aku juga ingin staf yang cocok untuk menggunakan Sihir Roh.”

“Ou... Kalau itu sih, kau harus ke Guild Alkemis. Ada banyak staf bagus di sana. Tapi –– di sini juga ada!” katanya, menempatkan beberapa staf terbungkus kain di atas meja. Mata Lavia berbinar.

“Apa ini semua terbuat dari logam....?!”

“Ya! Aku pandai besi. Menggunakan logam untuk membuat staf megah itu sudah pasti!”

“Tapi Sihir Roh seharusnya lebih mudah dikendalikan dengan kayu, kan?”

“Yap! Tapi kemegahan staf ini tidak ada hubungannya dengan sihir!”

Hikaru akhirnya mengerti. Senjata ini tidak sesuai harapan–– dengan kata lain mengecewakan.

“Yang ini akan memberimu banyak kekuatan! Dan yang itu akan memberimu banyak kekuatan! Yang di sana akan memberimu banyak kekuatan!”

“Terlalu bias...” Hikaru berkomentar.

“Sudah kuduga kau akan berkomentar begitu!? Ahaha! Jadi itulah mengapa, tidak ada yang mau beli sama sekali!”

“Bukannya itu sudah jelas? Mereka lebih memilih pergi ke Guild Alkemis daripada membeli staf ini.”

“Namun bagaimanapun! Tidak semua yang dibutuhkan adalah [Kekuatan], kan?”

(TLN: Omongannya si elf memang tidak jelas, tidak perlu kalian pahami, yang penting alurnya tahu :D)

Leniwood menunjuk ke salah satu staf. Staf perak gelap yang tampak seperti tongkat batangan. Panjangnya sekitar tiga puluh sentimeter dengan pegangan, halus sampai ke ujung.

“Yang ini akan memberimu buff Stamina!”

“Hee~ ... berapa harganya?”

“Kau bisa memilikinya sekarang cuma 400 gilan!”

“.....Jadi itu tidak laku baik.”

Bahkan Belati Kekuatan Hikaru saja menghabiskan biaya 5.000 gilan, namun staf ini justru sepuluh kali lebih murah.

Tapi akhirnya dia pun membeli staf itu dan belati baja biasa tanpa buff apa pun yang harganya 4.000 gilan. Untuk perbaikan belati, ia membayar 300 gilan.

Setelah itu, Hikaru dan Lavia memanggil kuda cepat untuk menuju danau di sebelah timur. Mereka tiba sekitar tengah hari, diawali dengan makan siang.

Ada para petualang di sekitar...

Tiga petualang sedang menanyai pemancing di tepi danau. Lalu dia tersadar.

Aku kira mereka sedang menyelidiki bahan yang aku bawa ke guild.

Kemarin, Hikaru membawa banyak jarahan monster. Mereka mungkin menyelidiki untuk memastikan apakah bahan itu diperoleh secara legal.

Semoga berhasil.

Dia menyeringai. Setelah makan siang di tempat di mana mereka tidak bisa dilihat, Hikaru dan Lavia menuju ke hutan.

Related Posts

Posting Komentar