Chapter 3 - Yusha dari Gunung Table

Posting Komentar
Kamigami ni Sodaterare Shimono Novel Indonesia
Chapter 3 – Yusha dari Gunung Table

Will yang berbakat dalam ilmu pedang ternyata juga berbakat dalam ilmu penyembuhan.

Pada musim semi di mana aku berumur 5 tahun, aku berlari-lari di sekitar gunung. Melawan monster luar, bersama teman-temanku, Beruang dan Serigala.

Memimpin di depan, aku memulai pertarungan dengan satu pikiran bahwa aku harus melindungi teman-temanku.

Aku menghadapi Green Ogre, iblis yang telah menyerang Gunung Table ini. Dia adalah iblis dengan sekujur tubuh berwarna hijau, yang menyerbu gunung dan melahap satwa hutan.

Tidak, membunuh binatang yang lemah dan memakan saja tidak cukup kenyang baginya. Dia bahkan membantai mereka lebih banyak dan lebih hanya untuk memuaskan keinginan sadisnya.

Tidak ada alasan lagi bagiku untuk memaafkan iblis semacam itu.

Mempersiapkan Dagger Mithril (Belati Mithril) yang aku terima dari ayah Ronin, aku akan membunuh Green Ogre itu.

Pertama, untuk membuat celah, Schulz, nama si serigala, dengan lincah mengecoh si Ogre sehingga aku bisa lebih dekat dan melakukan serangan dari samping.

Tidak cukup untuk menyingkirkan pedang berkaratnya karena Ogre memiliki kekuatan otot yang mengerikan. 

Jadi, saat dia mengayunkan lengan yang tampak seperti batang pohon, segera beruang madu melangkah masuk dan menahan serangan itu.

Beruang madu adalah binatang terkuat di gunung ini.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku pun bergegas ke belakangnya. Menuju lehernya dan menusuknya dengan belati yang terbuat dari perak murni.

Tanpa hambatan, aroma darah muncul dari tubuh ogre ini. Bukti bahwa dia telah membunuh banyak hewan.

Ogre jatuh sambil mengerang.

Begitulah aku memenangkan pertarungan ini, walaupun hal pertama yang kulihat adalah darah yang mengalir dari punggung Schulz, yang pada awalnya mengalihkan si Ogre.

Tampaknya dia menerima pukulan Ogre.

Aku meletakkan tanganku di punggung serigala yang terluka dan menerapkan sihir recovery.

Tubuh serigala Schulz bersinar hijau dan lukanya menutup segera.

“Wow!” 

Dia menyuarakan kekaguman.

“Aku belajar ini dari ibu Milia. Dia ingin menjadikanku tabib.”

“Kau sangat baik, untuk menjadi tabib dan melindungi kami sama seperti yang dia lakukan.”

“Un, kedengarannya bagus. Tapi ayahku Ronin ingin menjadikanku pendekar pedang.”

“Kenapa tidak sekalian jadi tabib dan pendekar pedang saja?”

“Kamu benar. Dari yang aku tahu, itu disebut Paladin.”

“Kalau memang benar begitu, di masa depan kau pasti akan jadi Paladin.”

Aku tersenyum pahit menanggapi perkataannya.

“Dan sepertinya ayah Vandal ingin menjadikanku penyihir (Magician). Aku telah membaca banyak buku pelajaran dan buku sejarah setiap hari.”

“Apa kau benci belajar?”

“Tidak pernah sekalipun, aku sangat suka mengayunkan pedang loh.”

“Kalau begitu, tambah runyam juga ya. Baik pedang, sihir, maupun penyembuhan, kau tidak punya pilihan selain menguasai semua itu.”

“Kamu benar.”

“Ngomong-ngomong, mana yang bisa kau sebut terbaik dari ketiganya?”

Sambil kebingungan, aku membuat pose yang mengisyaratkan bahwa aku tidak tahu. (TLN: Menggelengkan kepala, maybe.)

“Ahli pedang dan sihir saja akan disebut sebagai Pendekar Pedang Sihir, tapi tidak ada nama untuk ahli pedang, sihir, dan penyembuhan.” Kataku.

“Hm, maka kau tinggal buat nama yang baru saja.”

“Buat yang baru untukku? Sayangnya aku tidak punya ide.”

“Oh ya, bagaimana dengan nama 『Yusha』? Bukankah itu keren?” (TLN: Pahlawan; Hero; Brave)

“Yusha ya.... Mm, keren sekali. Tapi ayahku Vandal pernah bilang bahwa Yusha itu diputuskan sejak lahir. Lagipula, hanya ada memar di tubuh saat aku lahir.” kataku, seraya melihat tubuhku walau tiada memar sedikit pun.

Namun, Schulz menampiknya tanpa khawatir.

“Yusha bukanlah profesi melainkan itu adalah gelar. Ayahku pernah bilang begitu padaku. Yusha adalah seorang yang berdiri di depan dan melindungi sesuatu yang lebih lemah dari dirinya. Jadi, Will, kau sudah menjadi Yusha. Engkau adalah Yusha dari gunung Table.”

“Benarkah begitu? .... jadi begitu. Un, boleh juga, aku adalah seorang Yusha dari Gunung Table.”

Sekali lagi sepatah kata “Yusha” keluar dari mulutku.

Dan seperti ingin memahat sekuat tenaga dalam paru-paruku,
“AKU SANG YUSHA DARI GUNUNG TABLE...!” Pekikku, berkemandang ke setiap penjuru gunung.

==

Milia, Dewi Penyembuhan, bendungan air matanya tak kuasa menahan, menitik, merasakan emosi yang kuat melihat pertumbuhan yang membanggakan dari Will.

Rasanya belum lama, Will, yang masih bayi tempo hari, kini telah tumbuh dengan cemerlang.

Apalagi dia telah menjadi tabib yang hebat.

Will bahkan telah menguasai sihir 《Instant Recovery》——Sihir tingkat lanjut.

Tentu saja, Milia -lah yang mengajarinya, akan tetapi dia tidak pernah membayangkan dia akan menguasainya pada usia ini.

Bakat Will sebagai tabib mungkin setara dengan Holy Maiden legendaris, Milia, yang pernah menjadi instruktur Sihir Penyembuhan.

Tidak, bahkan dia sendiri pun tidak akan bisa menggunakan 《Instant Recovery》 pada usia ini.

Itu karena bakat Will begitu luar biasa.

Dia sangat menjanjikan di masa depan, namun ada satu hal yang Milia perhatikan.

Wajah Will yang imut tercermin di matanya.

“Harus aku katakan, Will terlalu imut. Pada tingkat di mana, aku yakin dia mungkin akan menerima banyak rayuan cinta dari tuan putri di penjuru dunia.”

Penampilan Will semanis seorang gadis.

Bukan hanya itu saja, dia adalah seorang bocah lelaki yang lebih kuat dan lebih lembut daripada siapa pun, yang menjadi kebanggaannya.

Jadi Milia bersumpah, untuk mencetak sosok Will ke dalam foto, dan akan membual tentang kehebatannya di hadapan para dewa saat pertemuan.

Ada pertemuan Dewa Grup Penyembuhan yang akan diadakan dalam waktu dekat.

Dan di sana, dengan sepenuh hati, dia akan bertindak sebagai orang tua yang sangat menyayangi anaknya.

Related Posts

Posting Komentar