Chapter 41 - Root Hubbard

Posting Komentar
The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker Novel Indo
Chapter 41 - Root Hubbard

Translator: Beaverknight
Editor: Kyaanovel
Proofreader: Kyaanovel

Root Hubbard terletak di selatan Pond, berjarak sekitar lima hari perjalanan kereta jauhnya. Berjalan sepuluh menit dari kota dan kau akan menjejakkan kakimu di pintu masuk Kota Bawah Tanah para Dewa Kuno. 

Dungeon itu ditemukan 5 tahun lalu. 

Root Hubbard sendiri merupakan kota kilat yang dibangun dengan tergesa-gesa hanya untuk dungeon. Karena itu, tidak ada tembok luar yang mengelilingi kota, hanya ada pagar sederhana.

Tidak ada pemeriksaan kartu pada orang yang masuk atau keluar dari tempat itu. Ada tiga guild di kota: Guild Alkemis (cabang), Guild Petualang, dan Guild Pedagang. Mereka semua menggelontorkan uang yang digunakan untuk menyewa tentara bayaran, yang berkontribusi untuk menjaga keamanan kota.

Bangunan kayu berjejer di sepanjang jalan raya, berjumlah dua puluh di setiap sisi. Ada sedikit jalan belakang, tapi hanya itu. Mungkin bisa disebut itu “desa”, tapi karena bangunannya cukup bagus, jadi semua orang menyebut Root Hubbard sebagai “kota”.

“Hampir tidak ada rumah ya di sini.” Kata Hikaru.

“Kamu benar ... Mungkin mereka tidak punya rencana untuk mengembangkan tempat ini.”

“Mereka mungkin akan menyingkirkan kota ini sesudah penggalian harta karun dan penyelidikan situs arkeologi usai atau mungkin bisa jadikan sebagai kota pos.”

Tidak ada master dungeon di sini. Peti harta karun tidak bisa timbul secara otomatis. Kau tidak bisa mengumpulkan jarahan monster terus-terusan. Apalagi kota itu sendiri tidak akan dikembangkan. Jadi tempat ini bukan tempat berburu yang mengasyikkan.

Setelah dinding dungeon dihancurkan, mereka tidak secara ajaib diperbaiki. Setelah harta diambil, tidak akan ada lagi.

Hikaru dan Lavia menemukan sebuah penginapan dan memutuskan untuk tidur lebih awal. Tidak ada prosedur pemeriksaan identitas yang dilakukan; mereka tidak punya cara untuk mengetahui siapa saja yang mempunyai catatan kriminal. Adalah tanggung jawab pemilik penginapan untuk membuat penilaian sendiri tentang tamu-tamu mereka dan apakah membiarkan mereka tetap di sini atau tidak.

Keesokan paginya, mereka menuju ke kantor cabang Guild Alkemis. Mengenai alasan mengapa itu disebut "cabang", karena itu sama sekali tidak berfungsi sebagai guild. Kau tidak bisa menerima permintaan. Yang bisa kau lakukan hanyalah membeli barang yang dijual oleh Guild Alkemis — barang yang stoknya didapat dari guild terdekat.

Tempat itu menjual potion, katalis sihir, dan staf. Hikaru membeli dua potion masing-masing seharga 1.200 gilan, yang rupanya sedikit lebih mahal karena ongkos kirim.

“Air Suci Jimat, Detoksifikasi Racun, Potion Penghilang Kutukan…” 

Item-item asing berbaris di etalase, tiap-tiap seharga ±1000 gilan. Seorang pemuda menghampiri Hikaru. Dia adalah staf guild yang sepertinya berpikir Hikaru mengantongi banyak uang dari membayar 2.400 gilan pada ramuan seolah itu seharga permen.

“Dungeon para Dewa Kuno adalah sarangnya para monster undead. Akan lebih bagus menggunakan barang-barang khusus. Air Suci Jimat untuk sementara waktu bisa mengusir undead. Begitu Poison Gust melukai anda, kemungkinan besar anda akan terinfeksi jadi saya sangat merekomendasikan menggunakan Detoksifikasi Racun ini. Ada juga Potion Penghilang Kutukan untuk hawa dingin yang dipancarkan oleh Ghost, meskipun ada orang yang hanya menggunakan semangat juang saja bisa menyingkirkannya.”

Staf itu tidak menyebutkan satu hal. Poison Gust adalah monster tingkat tinggi yang hanya bisa muncul di bagian dungeon paling dalam. Hanya segelintir petualang yang pernah bertarung sebelumnya.

“Apa ini? Minyak Suci … Lamp?”

Item yang berbeda menarik perhatian Hikaru. Itu tampak persis seperti Alcohol Lamp. Kaca itu dibuat dengan buruk yang mengakibatkan gelembung udara terbentuk sehingga menghasilkan transparansi yang rendah.

“Ah ..., Ini digunakan kalau-kalau anda menghabiskan malam di dungeon. Ketika ini dinyalakan ... memang nyala apinya tidak kelihatan, tapi saya jamin nyala itu menciptakan sesuatu seperti medan gaya yang tidak terlihat oleh monster undead dalam radius sekitar sepuluh langkah. Ini digunakan untuk istirahat panjang, dengan kata lain, untuk saat anda tidur.”

“Aku mengerti. Kalau begitu, aku beli lima.”

“...Hah?”

“Jadi itu 5.000 gilan.”

“Err ... Maaf jika saya terdengar tidak sopan. Monster lebih aktif di malam hari. Lampu Minyak Suci hanya bertahan selama sekitar delapan jam, jadi anda mungkin masih harus bertarung dengan monster....”

“Aku tahu.”

“Party rank-C, penjelajah paling lama yang pernah menjelajahi dungeon adalah tiga hari. Namun begitu mereka kembali, mereka kehilangan dua anggota party mereka.”

“Iya tahu. Aku sudah menyelidikinya ... Tetap, aku akan beli lima.”

“ha?...”

Ekspresi staf berubah menjadi kasihan. Dia mungkin yakin bahwa Hikaru akan mati di dalam dungeon.

Makanan kita hanya akan bertahan selama lima hari meski sudah diawetkan. Kita tak perlu khawatir soal air minum berkat Water Spirit Magic Gem, tapi beda lagi kalau soal makanan....

Nyatanya, Hikaru dengan hati-hati memperhitungkan berapa lama mereka akan tinggal di dalam.

Selanjutnya mereka menuju ke Guild Petualang. Tempat itu berkembang pesat. Banyak petualang berkumpul di gedung yang ukurannya hampir sama dengan Pond.

“Adakah orang yang bisa menggunakan sihir penyembuhan di sini? Kami dari party rank-D butuh tiga orang.”

“Kami sedang mencari anggota yang ikut hanya untuk hari ini saja! Karena kami cuma rank-E, kami tidak minta lebih!”

“Kami ingin bergabung dengan party yang ingin mengumpulkan permata sihir. Satu pendekar pedang dan satu pemanah. Walau cuma rank-E, kami punya kelas lima karakter di Guild Card kami.”

Orang-orang mencari anggota party di guild. 

Tentu, setelah peti harta karun dibuka dan jarahan diambil, tidak akan ada lagi. Tetapi ada kemungkinan kau dapat barang langka juga. Orang-orang yang gemar mengoleksi karya seni, obat-obatan, senjata, buku, serangga, atau tumbuhan mengirimkan permintaan di sini di Guild Petualang Root Hubbard. Petualang mungkin tidak menemukan emas asli di dungeon, tetapi mereka bisa mendapatkan uang dengan membereskan permintaan ini. Itulah mimpi mereka di dungeon. 

“Oh, terima kasih banyak. Adakah satu buku terakhir yang tersisa?”

Tidak seperti Pond, ruang referensi sering digunakan di sini. Menyelesaikan tantangan di dungeon bisa membuat kau menghasilkan uang, tapi ada juga risiko kematian.

Ada buku-buku kecil di ruang referensi yang merangkum hal-hal yang petualang pelajari dari menjelajahi dungeon. Ada total 10 salinan. Para petualang biasa membaca ini dengan cermat sebelum menceburkan diri dalam dungeon.

Hikaru mengambil buku terakhir yang tersisa, menggunakan Group Obfuscation pada Lavia dan dirinya sendiri, lalu menuju ke sudut sehingga mereka bisa fokus membaca. Akun-akun ini cukup aneh karena mengambil bentuk dari rumor.

Laporan dari petualang rank-D, tahun X, bulan X, hari X; Akun dari XXX:

Dia lolos dari kematian dan kembali hidup-hidup setelah pertemuannya dengan Living Head. Menurutnya, itu adalah kepala mayat yang melayang, seperti yang sudah kita ketahui sejauh ini tentang monster itu. Monster itu mengeluarkan pekikan yang disebut Bind Shout yang menyebabkan ketakutan bagi manusia yang mendengarnya. “Dikepung oleh lima Living Head, aku siap untuk mati. Sihir api yang ditembakkan oleh teman-temanku mengenai sebotol alkohol, menerangi seluruh tempat seterang siang hari. Aku kemudian melarikan diri dari monster itu ... ”

Sepertinya orang itu hanya menuliskan apa yang didengarnya, meskipun kurang jelas.

“Ini sebenarnya sedikit membantu.”

“Jadi Living Head lemah terhadap cahaya”

“Aku tidak yakin apa aku bisa mengatakan itu lemah, tapi aku kira itu sangat bergantung pada dua matanya untuk penglihatan.”

Dikepung oleh Living Head, dia yang siap mati  akhirnya bisa dengan mudah melarikan diri. Dia yang tahu bisa lari, seharusnya tidak bilang "siap untuk mati" sejak awal. Itu karena mereka menciptakan celah baginya untuk melarikan diri. Kemampuan membaca dan menganalisis memang keterampilan yang sangat penting.

Lavia juga pintar, jadi dia tidak perlu menjelaskan apa-apa. Hikaru terus membaca untuk mencari tahu apakah firasatnya benar.

“Oi oi oi, tidak ada buku lagi! Hei kau! Kau sudah selesai membaca, kan? Serahkan sini bukunya!”

“Ah...”

Kedengarannya seperti masalah. Ternyata suara itu asalnya dari petualang berotot, yang tampaknya berumur ±30 tahun, sedang menarik sebuah buku dari seorang bocah laki-laki usia remaja.

“Aku masih membacanya! Tolong kembalikan!”

“A~? Kalau tidak salah, kau anak yang selalu mencari anggota party di sini tapi selalu diabaikan, kan? Tidak ada tempat untuk petualang rank-E di sini!”

“Apa hubungannya dengan aku membaca buku itu?!”

Bocah berambut coklat kemerahan mencoba merebut buku itu, tetapi pria itu tingginya sekitar 185 sentimeter. Dia tidak bisa mencapainya.

Para petualang di sekitar tertawa. Mereka tahu tentang bagaimana bocah itu mencari anggota tapi tidak ada yang memperdulikannya.

“Siapa juga yang mau mendengarkan rank-E?”

“Lebih baik, dia pulang saja.”

Tidak ada satu pun orang yang bersimpati pada bocah itu. Staf guild berada di konter, melakukan percakapan bersama para petualang. Tapi mereka tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi. Mungkin mereka terlalu sibuk, atau masalah ini hanyalah kejadian harian di guild.

“Kami akan menjelajahi dungeon besok, jadi kami harus membaca ini. Paham? Aku akan mengembalikannya setelah kami selesai membacanya.”

“Aku tidak peduli! Aku juga akan membersihkan dungeon! Aku punya hak untuk membacanya!”

“Benarkah? Tidak, tidak. Kau harus kuat kalau kau ingin jadi ... petualang!”

“Ugh?!”

Tendangan depan dari pria itu membuat bocah itu terbang, membanting punggungnya di atas pilar. Tidak ada yang menganggapi. Mungkin semua orang terbiasa melihat perkelahian.

“Oke. Mari kita mulai pertemuan strategi kita ......”

Segera, pria itu kehilangan minat dan kembali ke teman-temannya. Bocah itu berlutut dan tidak bergerak. Air mata mengalir di wajahnya, entah apa karena rasa sakit atau frustrasi.

“…Ya ampun.”

“Apa kamu akan membantunya?”

Lavia bertanya pada Hikaru saat dia berdiri.

“Aku tidak peduli pada masalah orang lain, tapi kita sudah selesai membacanya.”

Mereka berdua pembaca cepat. Hikaru adalah seorang kutu buku di Jepang, dan Lavia banyak membaca novel. Mereka sudah memiliki isi buku itu dalam pikiran mereka.

“Kau masih hidup?”

“Ugh ... kamu siapa?”

Hikaru mendekati bocah yang dengan cepat menggosok lengan bajunya ke matanya untuk menyembunyikan tangisannya.

Dia berpakaian apik. Kain pakaiannya tampak mewah, dan wajahnya memiliki sedikit kelembutan di dalamnya. Kebanyakan petualang punya perawakan kasar, tetapi dia tidak memilikinya.

【Soul Board】Hawks F. Linden

Age: 16 Soul Rank: 14

15

【Physical Strength】
..【Weapon Mastery】
….【Sword】1
….【Shield】1
….【Armor】1

Hikaru hampir jatuh ke lantai ketika dia melihat Soul Board bocah itu.

Dia lemah! Sangat lemah! Aku takjub dia bisa sampai rank E. Mungkin orang itu benar. Kelas pekerjaannya adalah Civilain.

Tetap saja untuk memiliki poin di Sword Weapon Mastery, dia mungkin menerima pelatihan yang layak karena dia jelas putra seorang Baron, seperti yang ditunjukkan oleh "F" dalam namanya.

“Kau bisa membaca ini.”

“....Apa kamu yakin?”

“Ya, aku sudah selesai membaca.”

Hikaru berkata sambil menyerahkan buku itu. Hawks mengambilnya sebelum mengalihkan perhatiannya kembali ke Hikaru.

“Maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu masuk ke party-ku.”

“....ha?”

Eh apa... party?

“Kamu terlihat seperti baru saja dipromosikan ke rank E. Aku mengerti perasaan putus asa untuk anggota party, tetapi menjelajahi dungeon bukanlah permainan. Kamu harus masuk setelah kamu tumbuh dan menemukan teman yang bisa kamu percayai.”

“Eh, tidak....”

“Kalau kamu sudah paham, pulanglah. Dapatkan pengalaman dulu di kota yang nyaman.”

Setelah selesai menceramahi Hikaru, Hawks berbalik dan menuju ke meja terdekat.

“Ee, eeh ...?”

“Kamu baru saja dibuang, Hikaru.”

“Pernahkah aku bilang ingin gabung ke party-nya?”

Petualang lain yang tampaknya telah mendengar percakapan itu tertawa.

“Ada seorang anak yang ditolak oleh anak itu!” Seru seorang.

Wajah Hikaru berkedut.

Mereka makan siang ringan di sebuah restoran yang berspesialisasi pada menu mie. Berbeda dengan mie gandum dan soba yang biasa dimakan Hikaru di Jepang, tempat ini menggunakan tepung beras. Teksturnya yang halus sungguh tak tertahankan dan stok yang terbuat dari tulang daging sangat indah, menjadikannya makanan yang memuaskan.

“Lavia. Bagaimana kesehatanmu?”

“Aku baik-baik saja.”

Dia ingin menggunakan sumpit, tetapi tidak ada, jadi dia harus menggunakan garpu. Seperti biasa, Lavia tampak anggun saat makan.

“Selanjutnya, kita pergi.”

“Ayo.”

Sesudah selesai makan, mereka meninggalkan restoran dan berjalan ke luar kota lanjut ke dungeon. Mereka sudah membeli makanan yang diawetkan dan Spirit Magic Gem penghasil air minum yang dibutuhkan untuk penjelajahan mereka. Mereka bisa tenang selama 5 malam, walaupun jauh beda dari tinggal yang menyenangkan di penginapan.

Di luar kota ada gurun, dengan hanya sedikit semak yang layu tumbuh di sana-sini. Ketika Hikaru melihat ke jalan yang sempit dan keras, dia bertanya-tanya berapa banyak orang yang telah menginjak jalan setapak itu dan berapa banyak yang benar-benar berhasil kembali.

“Lavia, aku ingin kamu menjawab dengan jujur perasaanmu saat ini.”

“... Aku sebenarnya agak takut.”

“Takut?”

“Ya ... aku ingin sekali bertualang, dan begitu akhirnya itu akan terpenuhi ... aku tidak bisa menghentikan kakiku dari sedikit gemetar. Ini aneh, kan?”

Hikaru tidak menganggap itu aneh. Jika kau pikirkan dengan tenang, tempat yang akan mereka tuju adalah tanah ganas di mana banyak orang akan mati dan tanpa jaminan keamanan. Tidak ada yang tahu apa yang tersembunyi di bagian terdalam dungeon.

Baik Hikaru maupun Lavia, mereka tidak menginginkan uang. Tidak ada barang yang sangat mereka butuhkan. Mereka hanya ingin berpetualang.

“Ah, maksudku bukan aku tidak percaya padamu. Aku harap kamu tidak salah paham.” Lavia buru-buru menambahkan setelah melihat wajah Hikaru terlihat serius.

“Ayo lari.”

“... Heh?”

“Kalau kita terlihat oleh monster, ayo kita lari. Mungkin kita akan bertemu dengan monster yang kebal dengan kemampuanku. Biarpun ada harta di depan kita, kita akan berlari dengan semua yang kita punya.”

“Ya ... Terima kasih, Hikaru.”

“Aku masih menghargai hidupku.”

“Punyaku juga?”

“.... Ya. Sedemikian rupa sampai-sampai aku tidak ingin kehilanganmu dengan mudah.”

“Fufu. Aku sangat tenang sekarang.”

Lavia tertawa dengan wajah senang, berbeda dari yang sebelumnya.

Oh tidak.

Hikaru memikirkan apa yang akan terjadi setelah mereka keluar dari kerajaan — ketika Lavia akhirnya bebas ...

Bagaimana kalau dia pergi? .... Bagaimana kalau dia ingin menjauh dariku? .... aku mungkin tidak akan punya semangat hidup lagi.

Semakin dia mengenal Lavia, semakin dia tertarik padanya. Dia sangat menyadari hal itu.

“Ah, apa itu pintu masuknya?”

Suara Lavia menyentaknya kembali ke kenyataan. Di depan mereka berdiri beberapa rumah kayu. Mungkin itu tempat di mana staf guild petualang dan pejabat dari pemerintahan tinggal, mengontrol siapa saja yang memasuki dungeon.

Di depan itu ada mausoleum kecil dengan pintu lebar — pintu masuk ke Kota Bawah Tanah para Dewa Kuno.

“A-ada apa kalian ... ke sini untuk tugas? Atau apa ada yang memesan makanan?” Seorang pria bertanya-tanya ketika melihat Hikaru dan Lavia. Pakaiannya yang bagus melukisnya sebagai pejabat pemerintah.

“Aku seorang petualang.” Jawab Hikaru, menunjukkan kartu guildnya. Dia membuat bidang "kelas pekerjaan"-nya kosong.

“Petualang ...? Hmm, ya. Memang di situ tertulis kau rank E, oke .... Lalu siapa bocah yang satunya?”

“Pendampingku. Aku yakin kami bisa masuk selama salah satu dari kami setidaknya rank-E.”

“Aturannya memang begitu, tetapi sayangnya, aku tidak bisa membiarkan kehidupan anak-anak menjadi sia-sia. Aku tidak bisa mengizinkanmu masuk.”

“Ha?”

Oh, begitu. Apa dia berniat membengkokkan aturan tanpa izin?

“Oi oi, apa-apaan ini? Apa bocah-bocah ini ingin masuk dungeon?”

Lima petualang keluar dari kabin mereka.

“Tidak, aku tidak memberi mereka izin, jadi aku meminta mereka untuk pergi.”

“Baguslah. Kalau dibiarkan begitu saja mereka akan bisa mati dan hanya akan menambah jumlah undead di sana.” 

Mendengar petualang laki-laki berkata, teman-temannya tertawa.

“………”

“H-Hikaru?” Lavia dengan cemas bertanya. Hikaru menunjukkan wajah tidak senang, sedemikian rupa sampai-sampai Lavia bahkan merasa takut.

“... Pertama staf Guild Alkemis, anak rank-E itu, dan sekarang kalian semua ... kalian semua membuatku jengkel.” 

Kata-kata itu jelas didengar oleh staf dan para petualang.

“Apa katamu? Jangan kamu pikir aku akan mengabaikan ini mentang-mentang kamu masih kecil ya. Saat ini kamu sangat tidak sopan.”

“Kaulah yang tidak sopan. Apa kau dari guild? Atau pejabat pemerintah?”

“... Guild Petualang.”

“Aturan mengatakan petualang rank-E diizinkan masuk, tidak peduli rank berapa pendamping mereka. Dan kau secara terang-terangan melanggar peraturan tersebut tanpa izin. Kalau harus aku bilang, kaulah yang tidak menghormati aturan.”

“Aku hanya…”

“Oi bocah, jaga mulutmu, ya. Sopan dikit napa.”

“Diam, pak tua. Kau pikir kau bisa bicara omong kosong karena kau mempertaruhkan hidupmu dalam pekerjaan?”

Vena biru bergurat di dahi petualang setelah dipanggil pak tua.

“Aa~, apa tadi? Coba katakan sekali lagi.”

“Rencana kami yaitu langsung pulang setelah kami merasakan bagaimana rasanya berpetualang, tapi aku berubah pikiran. Kami akan pergi dari kerajaan ini, jadi kami harus buru-buru.” Hikaru menyatakan.

“Kami akan menuju ke bagian terdalam dari dungeon ini.”

Sisa uang: 24.390 gilan (+200.000 gilan)

Related Posts

Posting Komentar