Chapter 25 Part 2 - Kembali ke Akademi dan Perang Saudara [1]

Posting Komentar
Ichiokunen Button
Chapter 25 Part 2 – Kembali ke Akademi dan Perang Saudara [1]

“Yoshi, semuanya ambil pedang roh masing-masing dari ruang persiapan!” Kata Leia-sensei dan tiba-tiba meniup peluit yang tergantung di lehernya.

Merasa seperti deja vu.

“Allen, ayo!”

“Sini.”

“Aa, yap.”

Tanganku ditarik Ria dan Rose lalu berjalan ke ruang persiapan.

Pedang Roh—pedang yang terbuat dari bahan langka yang disebut bijih roh.

Aku pernah mendengar ini terutama saat digunakan di pelajaran kelas Soul-dress.

Dikatakan bahwa 『jiwa』 apa pun yang tertidur di bagian terdalam hati pengguna dapat muncul ke permukaan dengan menggunakan pedang tersebut.

“Ini ... pedang roh!”

“Indahnya...”

Keduanya dengan cepat menarik masing-masing dari banyak pedang roh yang berjejer.

Aku juga mengikuti cara mereka dan mengambil salah satunya.

(Oh ... ternyata sangat berat)

Ini terlihat seperti kaca biru bening, tapi ... seperti yang diharapkan, jauh lebih berat daripada pedang biasa karena terbuat dari mineral.

Karena banyak teman sekelas masih menunggu giliran, kami keluar dari ruang persiapan, masing-masing memegang pedang roh.

Pada saat itu, sebuah ide bagus muncul di benakku.

(...Benar! Kalau aku ayunkan ini, pasti akan jadi latihan yang bagus!)

Jika aku mengayunkan pedang seberat ini, efeknya pasti akan berlipat dua kali atau tiga kali lebih kuat. Efeknya akan terasa wah pada area otot bahu, otot perut, dan otot punggung.

Dan pada saat aku mengayunkannya beberapa kali dengan ringan,

“Ingat, pedang itu sangat mahal. Masing-masing sekitar 1 juta gordes, jadi perlakukan itu dengan sangat hati-hati.” Sensei berkata begitu keras sehingga semua siswa bisa mendengarnya.

“Hi ... Satu juta gordes...!?” 

Harganya itu hampir membuat bola mataku copot—dan aku segera berhenti mengayun.

(Satu pedang harganya satu juta gordes...!?)

Aku dengan hati-hati memegang pedang roh di kedua tanganku dan melihat sekitar.

Hanya menghitung sekilas saja ... ada lebih dari tiga puluh pedang. Dengan kata lain, totalnya, kira-kira ada 30 juta gordes di sini.

Dengan jumlah itu, kau bisa menghabiskan 10 tahun hidupmu hanya bermain-main tanpa bekerja.

(S-seperti yang diharapkan dari salah satu dari Lima Akademi, Akademi Pedang Seribu...)

Kualitas peralatan di sini cukup membuat rahangku jatuh.

Sementara wajahku memucat, semua orang di sekitarku malah memegang pedang roh tanpa kekhawatiran ... mungkin semua orang di sini cukup kaya.

Yah, wajar saja sih. Semua orang di sini adalah kaum elit lulusan dari akademi kejuruan pedang tersohor, dan tiada seorang pun dari pedesaan sepertiku.

Lalu,

“Nn...”

“Ah…”

(TLN: Suara mendesah)

Ria dan Rose, yang dari tadi memegang pedang roh mengeluarkan suara gelisah aneh.

“K-kalian berdua tidak apa-apa...?”

“M-Maaf ya, Allen! U-Untuk membuat suara-suara aneh ...”

“E-entah kenapa, tubuhku kok terasa aneh...”

Mengatakan itu, mereka menatap pedang roh yang ada di tangan mereka, sementara sedikit gemetar.

(...Perasaan aneh?)

Aku tidak tahu perasaan aneh macam apa itu, tapi ... ketika aku perhatikan lebih saksama, pipi mereka berdua terlihat memerah. Mungkin mereka demam.

(Bukankah lebih baik pergi ke rumah sakit...?)

Ketika aku memikirkan hal seperti itu, 『PRRIIITTT~!』 terdengar bunyi peluit sekali lagi.

“Baiklah, apa semuanya sudah mengambil pedang rohnya?” Tanya Sensei sambil melihat sekeliling pada semua orang.

Sebagai tanggapan, kami mengangguk.

“Seperti yang mungkin sudah kalian ketahui, pedang roh adalah jenis pedang khusus yang hanya digunakan untuk mempelajari soul-dress. Hanya memegangnya saja, kalian merasakan sesuatu yang aneh, bukan?”

Para siswa di sekitarku mengangguk bersamaan pada pertanyaan sensei.

(Perasaan aneh ya ... hm ... aku tidak merasakan apa-apa.)

Rupanya hanya akulah satu-satunya di sini yang tidak merasakan apa-apa.

“Untuk siswa berbakat seperti kalian––seorang pendekar pedang yang memiliki tingkat sensitivitas spiritual yang tinggi harusnya merasa berdenyut di dalam tubuh hanya dengan memegangnya. Ini adalah bukti bahwa 『Inti Roh』yang tertidur di dalam dirimu terangsang. Tingkatan denyutan ini berbeda-beda untuk setiap orang ... yah, secara umum dikatakan bahwa wanita lebih sensitif daripada pria.”

Rupanya, denyutan itu tergantung pada bakat.

(Bakat, ya...)

Tidak ada penjelasan yang meyakinkan lagi ...

“Mulai sekarang, aku akan membuat kalian semua berbicara dengan ‹Inti Roh› yang berada di dalam jiwamu. Setelah itu, kalian mungkin harus berdiskusi, atau bertarung, atau pun bernegosiasi––apa pun itu, temukan cara untuk meminjam kekuatannya. Kekuatan yang kalian dapatkan dari sana––bagian dari inti roh inilah yang nantinya bisa dimanifestasikan menjadi substansi nyata––yaitu ‹Soul-dress›! ”

…Aku mengerti.

Sensasi ini dengan pengetahuanku akan ‹Soul-dress› yang sejauh ini aku ketahui secara samar-samar akhirnya tersistematis dan terorganisir. Aku merasa seperti titik-titik yang dihubungkan oleh garis-garis akhirnya tersambung, dan itu sangat baik. (TLN: Welp, bagian ini doang yang paling susah menurutku, kalau tidak paham ya terserah kalian :D )

“Nah, satu hal yang perlu kalian ingat––jangan sampai kerasukan, oke?” Sensei menurunkan suaranya dan memperingatkan dengan jelas.

“Inti roh pada dasarnya adalah sesuatu yang melindungimu. Kau hampir bisa menganggapnya sebagai sekutumu. Tetapi dalam kasus yang sangat jarang terjadi, ia bisa saja mengambil alih tubuhmu bagi yang mempunyai inti roh ber-ego kuat. Seperti yang kalian semua tahu, inti roh Allen adalah salah satu contohnya.”

Pandangan semua orang tertuju padaku.

“Bisa dikatakan, punya Allen adalah spesial dan abnormal––kasus langka di antara yang paling langka. Biasanya, ini jarang terjadi, jadi kau tak perlu terlalu khawatir tentang hal itu.”

...Dengan kata lain, ada banyak yang perlu dikhawatirkan tentangku yang akan mengikuti pelajaran ini.

Entah bagaimana, aku jadi sangat gugup ...

“Dan seandainya kalian terasuki oleh inti roh, kalian tidak perlu khawatir sama sekali. Aku akan menekannya dengan kekuatanku.” Kata sensei lagi sambil menjentikkan jari-jarinya.

(...Amat meyakinkan)

Dia tidak bisa diandalkan dalam hal pekerjaan dan tugas normal, tetapi satu hal yang bisa kita andalkan dengan aman yaitu kekuatannya.

“Baiklah, kita masuk ke penjelasannya. ––Cara menggunakan pedang roh itu sederhana dan jelas! Pertama, tutup matamu dan pusatkan pikiranmu. Kemudian, perlahan, masuklah lebih dalam dan lebih dalam ke kesadaranmu sendiri ... tenggelam dalam jiwamu. Dan pada saat kau menyadarinya, inti roh akan berada di depanmu.”

Lebih dalam dan lebih dalam ... ya.

Itu adalah penjelasan yang sangat abstrak dan intuitif.

“Nah, paham atau tidak paham. Lebih baik, kalian coba sendiri.”

Sensei lalu bertepuk tangan dan menyatakan “mulai”.

Setelah itu, semua orang dalam diam menutup mata mereka dan mulai memusatkan pikiran mereka.

(Aku akan ... mencobanya juga.)

Sejujurnya, aku agak takut.

Selain itu, aku merasa cemas memikirkan kemungkinan tubuhku diambil alih oleh orang itu dan mengamuk lagi.

(Tapi kali ini, Leia-sensei berkata 『Aku akan menekannya dengan kekuatanku』...)

Jika itu dia, dia pasti bisa mengendalikanku, bilamana nantinya aku akan mengamuk.

“Fuu ...”

Aku menghela napas dalam-dalam dan menenggelamkan kesadaranku dalam-dalam––ke dalam jiwaku.

Waktu pun perlahan berlalu, satu menit ... dua menit .... tiga menit.

Dan ketika aku menyadari ... itu dia.

“Yo ~o゛ ... sudah lama yakan?”

Rambut putih panjang itu tumbuh perlahan.

Pola hitam muncul di wajah.

Wajah ganas yang sepertinya bisa membunuh orang.

Dan yang terpenting—wajahnya mirip denganku.

Related Posts

Posting Komentar