Chapter 26 Part 1 - Kembali ke Akademi dan Perang Saudara [2]

Posting Komentar
Chapter 00

Aku berdiri di tengah hutan belantara yang layu.

Pohon layu.
Tanah layu.
Udara layu.

Orang itu adalah satu-satunya di dunia yang sunyi ini.

“...Seperti yang diharapkan, kau adalah inti rohku.”

“A~A? Aa ... begitu. Aah, kau boleh anggap seperti itu.”

Duduk di atas batu besar yang permukaannya retak, orang itu bergumam santai.

“Jadi, kenapa kau datang ke sini, Allen? Apa kau akhirnya memutuskan untuk menyerahkan tubuhmu padaku?”

“Tentu saja tidak. Kalau aku serahkan padamu, kau pasti akan mengamuk lagi.”

“Gyahahahaha! Ya, itu ... aneh ‘kan kalau kau tak menggunakan kekuatan itu? Mengamuk, hancurkan sesukamu, dan bersenang-senang ... kenapa kau tak jalani hidupmu seperti itu ... aa~?”

Aku tidak suka cara hidup itu.

Bagiku itu cara hidup yang fana.

“...Aku tak setuju denganmu, karena aku ingin hidup sederhana dan panjang umur.”

“Panjang umur, ya ... cara hidup yang membosankan huh...” Dia menggerutu, sambil mengangkat bahu.

“Pokoknya ... seumur hidup, aku tak sudi menyerahkan tubuhku padamu. Itu sudah jelas, mengingat apa yang kau lakukan terakhir kali.”

Dia memaksa Sid-san ke kondisi setengah mati.

Tidak, bukan hanya itu. Seandainya Ria tak bisa menghentikanku saat itu, aku yakin aku akan membunuhnya tanpa ragu-ragu.

“Terakhir kali…? Aa~a, bukankah aku sudah menyelamatkan hidupmu dua kali?”

“…‘Dua kali’? Kau berbicara seolah-olah ada dua kali.”

Tentu saja, selama pertarungan dengan Sid-san ... orang inilah yang menyelamatkan hidupku.

Pada saat itu –– jujur aku tak punya kekuatan untuk menghindari 〈Vanal Thrust〉 yang akan menembus tenggorokanku.

Jika dia tidak keluar, aku pasti akan mati.

Tapi itu satu-satunya saat aku diselamatkan olehnya.

“Oo, waktu itu saat kau bermain dengan bocah es menyebalkan itu ... dan satunya lagi, saat kau menekan tombol kakek tua menyebalkan itu. Kalau aku tak salah ingatan ... itu sekitar 5000 tahun pada loop pertama. Allen ... kau pernah mencoba untuk mati, kan?”

“……!?”

Aku mengingat sesuatu yang sangat ... sangat menjijikkan.

(Itu benar, orang ini adalah inti rohku ... itu berarti dia memiliki ingatan satu miliar tahun itu...)

...Pada waktu itu aku menjadi sangat gila.
Menggila karena terus mengulangi kehidupan yang sama tiap hari tanpa bertemu dan berbicara dengan siapa pun selama 5000 tahun.

Dan saat itulah, seolah-olah pikiranku terasuki oleh iblis, aku memutuskan bunuh diri.

“Oh, sekarang kau ingat, kan? Akulah yang menghentikan tindakan bodohmu itu, tahu? Itu sangat sulit ... 『jalan』 masih belum terbuka dan aku harus mengendalikan tubuhmu secara paksa. Karena penggunaan kekuatan yang sangat besar, aku harus tidur selama beberapa ratus juta tahun ke depan .... Yah, bagaimanapun––bersyukurlah. Jadi tak ada alasan bagimu membenciku ... kan?”

“...Benarkah kau orang yang menghentikanku?”

Kukira itu karena ketakutan akan kematian melampaui rasa sakit pada waktu itu sehingga menghentikan tindakanku, tapi ternyata...

“Siapa lagi kalau bukan aku haa? Juga, manusia tak sekuat itu lho. Seorang manusia yang terkungkung dalam tekad untuk mati akan lebih mudah mati daripada yang ia pikirkan.”

“Begitu ya, aku mengerti ... terima kasih kalau begitu.”

Aku tidak bisa tak berterima kasih padanya dalam hal ini.

“Aa~ aah? Aku tak butuh ucapan terima kasihmu. Perlihatkan rasa terima kasihmu dengan tindakan …… sekarang serahkan tubuhmu.” Dia meminta tubuhku lagi.

Aku merasa sedikit tidak nyaman dengan dialog yang berulang ini.

“...Jadi kau meminta persetujuanku ya ... kalau kau kuat, seharusnya kau bisa mengambilnya dengan paksa, kan?”

“Kau ini bodoh ya? Dengan persetujuanmu—maksudku, meminjam tubuhmu saat kau dalam keadaan tanpa perlawanan dan merebutnya secara paksa dengan memutar pikiranmu, tingkat kesulitannya sangat beda di antara keduanya! Pada akhirnya – bagaimana pun tubuhku adalah roh ... ”

Dia melihat tangan kanannya seolah-olah merindukan sesuatu.

“Hee, jadi seperti itu...”

Itu informasi yang sangat bagus.

Seperti yang Leia-sensei katakan sebelumnya, ketika dia mengambil alih tubuhku, dia sepertinya sangat menguras 『sesuatu』.

(Dengan kata lain, tidak mudah untuk mengambil alih tubuhku berulang-ulang……!)

Ketika aku memikirkan itu,

“Cih …… Oi, kalau kau tak punya niat menyerahkan tubuhmu, enyah sudah ... kau merusak pemandangan.”

Dia mengibas-ngibaskan tangannya seolah mengusir lalat.

Dia orang yang sangat egois.

“Aku tidak bisa melakukan itu. Kali ini aku datang ke sini untuk meminjam kekuatanmu .... kau mengerti, kan? Aku ingin belajar menggunakan soul-dress.”

Pertama, aku memutuskan untuk berdialog dengannya.

Orang ini gila, tapi dia tidak bodoh.

Cara bicaranya lancar, dan yang terpenting, ia memiliki kemampuan berpikir rasional.

Dialog …… atau, jika aku bernegosiasi, aku mungkin bisa meminjam sebagian dari kekuatannya.

Lalu,

“A A? Orang cupu sepertimu ... menginginkan kekuatanku? ... Puuh, Gyahahahahahahahahaah! Hi-Hi-Hiii! Hdeeuh lucunya…!”

Apanya yang lucu? Aku tidak tahu ... tapi dia memukul-mukul lututnya berulang kali dan terus tertawa.

“O-oi! Ini bukan lelucon...”

“Kalau itu bukan lelucon pun, itu sangat lucu pwahahaha!”

Dan saat berikutnya, dia sudah berdiri tepat di depan mata dan hidungku. Lengan kanannya sudah terayun sangat ke belakang, dan kejutan dalam sepersekian detik berikutnya tak terhindarkan.

“ORAA...!”

Itu bukan tipuan ataupun semacamnya – itu serangan langsung dari depan.

“〜〜 !?”

Pada penghakiman sesaat, aku menyelipkan pedang antara wajahku dan lengannya.

Itu adalah pertahanan yang sempurna.

Aku menjatuhkan pusat gravitasiku kuat-kuat sebagai persiapan untuk dampak.

Tapi tetap saja––tubuhku terhempas secara horizontal layaknya bola.

(Apa-apaan ... kekuatan gila ini...?!)

Pertahanan yang tadi aku lakukan menjadi tidak berguna...

Aku berputar-putar di udara untuk mengurangi dampak, dan entah bagaimana melakukan ukemi*.

(TLN: Teknik pendaratan tubuh dengan aman.)

Pada saat yang sama, aku meletakkan pedang di depan pusarku, dan memosisikan Seigan no Kamae.

“Oi Oi ... kau terlalu ringan, tahu!? Sudahkah kau makan dengan benar ... Aa~a!?”

“...Aku makan dengan benar.”

Pertahanan tidak berguna melawan orang ini.

Kalau begitu aku hanya bisa –– SERANG SERANG SERANG!

Aku takkan memberinya kesempatan menyerang...!

Aku mempersempit jarak dari jauh dalam tiga langkah, dan melepaskan serangan spesialisasiku, yaitu 8 tebasan.

“Eight Sword – Yatagarasu!”

Menghadapi delapan tebasan yang jauh lebih tajam dan lebih kuat setelah pertarunganku dengan Sid-san ––orang ini hanya menguap.

Segera setelah itu, delapan tebasan menghantam seluruh tubuhnya pada tangan, kaki, leher, kepala, perut, dan dada.

Tak seperti saat bertarung dengan Dodriel, hantaman dari tebasan saat ini jauh lebih kuat.

Sesaat aku yakin akan seranganku, namun...

...tak satu pun dari tebasan itu memberinya kerusakan.

Jangankan merobek kulit, bahkan goresan pun tidak ada.

Justru ... pedangku ‘lah yang akhirnya pecah.

(Tidak mungkin…!?)

Saat aku terpana menatap pedangku,

“Oi Oi, bagaimana kau bisa memotong tubuhku kalau tebasanmu kekanak-kanakan begini? A~A?”

Orang ini tampak santai dan menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seolah ingin memprovokasiku.

(Seperti yang diharapkan, kekuatannya jauh dari jangkauanku...)

Kekuatan lengan, kekuatan kaki, stamina – semuanya berada pada level yang berbeda.

Setelah itu, aku mencoba memotongnya lagi dan lagi ...

Dia memijat lengan kanannya, tanpa peduli sekitar.

(Ini sia-sia ... wajah, leher, Solar Plexus *– bahkan serangan ke titik vital pun aku tak bisa melukainya dengan tebasan normal...)

(TLN: Ulu hati)

Tapi, ini bukan berarti aku kehilangan semua cara...

Aku memiliki tebasan abnormal – tebasan khusus.

(Jika itu tebasan yang memotong ruang ... bahkan orang ini pun takkan lolos tanpa cedera ...)

Aku membidik saat orang itu dengan malas merentangkan tubuhnya – dan melepaskannya.

Fifth Sword – World Judgment!

Namun,

“Oi Oi Oi ... kalau kau mengayunkannya terlalu lamban ... aku akan tertidur, ok?”

Sebelum aku sadari, dia sudah mencubit pedang yang telah ku angkat di atas kepala.

“…… !?”

Monster.

Satu kata itu terlintas di benakku.

Related Posts

Posting Komentar