Chapter 28 Part 2 - Periode Perekrutan dan Kelompok Aneh [1]

Posting Komentar
Chapter 28 Part 2 - Periode Perekrutan dan Kelompok Aneh [1]

Setelah itu, pelajaran soul-dress dilakukan di bawah pengawasan Leia-sensei dari jam pertama sampai jam kelima.

“Fuu, hari ini sulit juga ya...”

“Pelajaran soul-dress lebih melelahkan secara mental daripada fisik...”

“Entah kenapa aku merasa lesu...”

Kemudian kami beristirahat sejenak di kursi kami.

Setelah kami minum air, meregangkan tubuh sedikit, dan kelelahan mereda,

“Baiklah, ayo kita pergi melihat-lihat kegiatan klub?”

“Ya, ayo pergi.”

“Un, oke.”

Kami pun meninggalkan ruang kelas A.

Adapun kegiatan klub di Akademi Pedang Seribu, kami bertiga hampir tidak tahu apa-apa, jadi kami memutuskan untuk berkeliling ke semua klub sekali.

Pertama-tama, klub pemandu sorak yang aktif tepat di depan gedung utama.

“GOーGOーLET’S GO! THOUSAND BLADE ACADEMY! WEーAREーTHEーNUMBERーONE!”

(TLN: Mereka menggunakan bahasa Inggris, jadi saya biarin aja)

Bersorak kuat dari bagian perut bawah.

Tarian sempurna terkoordinasi.

Aku yakin ini hasil dari latihan ketat.

Pertunjukan yang membuatku ingin bertepuk tangan tanpa sengaja.

“Tapi, yang membuatku khawatir adalah ... ada banyak paparan.”

Kostum mereka sangat radikal dengan punggung terbuka dan kaki telanjang.

Entah bagaimana, pemandangan itu benar-benar menganggu mataku.

“K-Klub Pemandu Sorak sedikit lebih ... itu, kostumnya...”

Ria juga pasti menganggap itu memalukan untuk memakainya, dan diam-diam menggelengkan kepalanya.

“Begitu...?”

Padahal, Rose sepertinya tidak keberatan dengan itu semua.

(Kalau dipikir-pikir, Rose punya pakaian biasa yang mencolok ....)

Ketika kami pertama kali bertemu di Festival Pedang, dia mengenakan pakaian yang sepenuhnya mengekspos dari perut ke bagian bawah dadanya, dan low rise hot pants. (TLN: Liat ilustrasinya Rose)

(Dia begitu terbuka sehingga aku bingung harus menatap ke mana...)

Bagi Rose, pakaian semacam itu mungkin tidak menjadi masalah.

Lalu kami pergi melihat klub renang.

Kolam renang outdoor dengan tujuh jalur sepanjang 25 meter.

Kedalamannya lebih dari 3 meter bahkan di bagian yang paling dangkal sekalipun, itu ditulis dalam pamflet yang dibagikan kepada murid baru saat penerimaan masuk bahwa itu digunakan untuk berbagai keperluan seperti snorkeling dan training menggunakan berat air.

“Berenang ya ... dulu aku sering balapan renang dengan Kakek Bambu di sungai Desa Goza ...”

Ada sungai besar di dekat desa Goza.

Airnya sangat jernih sehingga aku bisa melihat dasar sungai, dan aku ingat berenang bersama semua orang di desa pada musim panas.

Ada banyak ikan lezat di sana, dan aku biasa memancing dengan ibuku di sungai itu...

Ketika aku memikirkan kembali masa lalu itu,

“Klub renang ya ... Un, kedengarannya menyenangkan!”

“Kedengarannya tidak buruk.”

Ria dan Rose mengungkapkan perasaan mereka.

Setelah kami menyaksikan aktivitas klub renang, tibalah waktunya untuk pindah ke klub berikutnya.

“Yoshi, ayo kita pergi melihat klub berikutnya.”

“Ya, ayo.”

“Un.”

Kami menjelajahi berbagai aktivitas klub satu per satu, dan akhirnya datang ke klub seni pedang, yang kemungkinan adalah tujuan akhir kami.

“Ada begitu banyak orang...”

“Wow…”

Di gimnasium, di mana klub seni pedang beraktivitas, ada lebih dari seratus anggota, dan mereka semua melakukan latihan ayunan.

Tentu saja, jumlah orangnya banyak.

Ini pasti klub nomor satu dengan jumlah anggota terbanyak yang telah aku lihat sejauh ini.

“““SEI! SEI! SEI! ”””

Dengan teriakan dan ritme yang tetap, lebih dari seratus orang berayun pada saat yang sama –– rasanya agak kaku.

“Lanjut! Tiga kali serangan beruntun!”

“““Iya!”””

 Sebuah drum besar dipukul di tengah gimnasium, dan menu latihan berubah.

 “...U-Un.”

 “Entah kenapa ini sedikit...”

“Maksudnya, sedikit kaku, kan?”

 Iya.

 Seperti kata Rose, ada sesuatu seperti 『kekakuan』 di klub seni pedang ini.

 (Aku pikir ilmu pedang harus lebih bebas, menyenangkan, dan kreatif...)

Karena itu hanya latihan klub pedang, sebuah “ketetapan” yang diatur sebagai menu latihan tidak seharusnya diperlukan.

Kau 『melakukan』 karena kau ingin, karena kau ingin menjadi lebih kuat.

 Aku merasa bahwa cara berpikir dan sikap mereka terhadap ilmu pedang sedikit berbeda dariku. 

“...Kali ini, ayo kembali ke ruang kelas.”

 “Ya, setelah itu kita pikirkan baik-baik.”

“Kita sudah melihat semua klub.”

 Dan ketika kami mencoba kembali ke Kelas A,

 “Oh? Kamu, mungkinkah kamu Allen-kun!?”

Tiba-tiba, sebuah suara memanggil dari belakang.

Karena aku tidak bisa mengabaikannya, aku berbalik perlahan.

 “Ah, sudah kuduga! Aku senang kamu tertarik pada klub kami! Nee nee, bagaimana menurutmu? Dari latihan kami!?”

Seorang siswa perempuan yang memukul drum besar di tengah gimnasium berlari ke arahku.

 “Ah, t-tidak ... itu ...”

 Jelas, aku tidak bisa mengatakan, “aku pikir itu terlalu kaku.” pada mereka.

“Ah maaf! Aku belum memperkenalkan diri! Saya wakil ketua Klub seni Pedang, Silty Rosette, senang bertemu denganmu! Allen Rodore-kun!”

Silty-Rosette.

Siswa perempuan ceria dengan rambut pendek yang diwarnai coklat muda.

Matanya bulat dan lebar.

Kulit agak kecokelatan, sehat, dan kencang.
Dari pandangan sekilas yang kulihat dari gigi taring atasnya, aku merasakan sesuatu yang liar.

“A-Allen Rodore dari Kelas 1A. Senang bertemu denganmu.”

Saat aku memperkenalkan diri sambil membungkuk sedikit — Silty-senpai meraih tangan kananku dan mulai menjabat tanganku dengan penuh semangat.

“Wow, tanganmu luar biasa ya! Sudah berapa lama kamu mengayunkan pedang!?”

Dia menatap tanganku, yang penuh kapalan, dengan mata berbinar.

“E-Err ... Kalau tak salah semenjak aku berusia sekitar lima tahun.”

 “Hee, jadi semenjak kamu masih kecil ya! Tapi, apa itu berarti sudah 10 tahun sampai sekarang...? ”

Lebih tepatnya 『Lebih dari satu miliar tahun dan seratus tahun』 ...

Itu akan jadi pembicaraan lebar jika aku benar-benar mengatakan itu, jadi aku hanya mengangguk sembari tersenyum masam.

“...Un, ini bagus! Ini sangat bagus, Allen-kun! Nee nee, kalau tidak apa-apa, maukah kamu bertanding denganku?”

 “Aa ー ... maaf, aku ada urusan yang harus diurus hari ini...”

Itu tidak bohong.

Aku harus mendiskusikan klub mana yang bagus, bersama dengan Ria dan Rose di kelas.

 Lalu,

 “...Nee nee, kalau tidak apa-apa, maukah kamu bertanding denganku?“

Dia mengulangi kata-kata yang sama persis lagi sambil tersenyum.

“T-Tidak, seperti yang aku katakan...!?”

Ketika aku mencoba menolak lagi, Silty-senpai menjentikkan jarinya.

Pada saat itu, pintu masuk dan keluar gimnasium diblokir oleh anggota klub seni pedang.

“Si-Silty-senpai...?”

 “Maaf ... tapi, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Tidak peduli apa yang kamu katakan, kamu adalah bakat luar biasa yang tidak bisa aku lepaskan...”

Mengatakan itu, dia berubah dari senyumnya yang ceria dan murni menjadi – senyum menyihir yang mengingatkan pada seorang wanita dewasa.

 (Haa ...)

 Aku menghela nafas dalam hatiku.

 Tampaknya aku terlibat dalam sesuatu yang merepotkan lagi ...

Related Posts

Posting Komentar