Chapter 52 - Seorang Petualang Hikaru

Posting Komentar
Seorang Petualang Hikaru

Sang surya semakin bergeser ke balik cakrawala. Sebuah mausoleum yang sunyi berdiri diterangi oleh sinar merah senja. Ketika Hikaru dan Lavia keluar dari sana, ada lebih dari sepuluh petualang berkumpul di luar.

“Apa tadi itu gempa bumi? Aku merasa tidak enak.”

“Mungkin ada sesuatu yang runtuh di bawah tanah...”

“Aku pikir lebih aman kalau kita tak mendekat sampai gempanya mereda, tapi getaran yang terakhir itu sangat mengerikan.”

“Oh, ada yang keluar lagi...”

Mereka berhenti berbicara dan kelihatan bingung saat Hikaru dan Lavia melangkah keluar dari mausoleum. Apa yang bocil-bocil lakukan di sini? Tutur di mata mereka lebih jelas daripada mulut.

“Aku kira kamu sudah lama melarikan diri.”

Pejabat guild yang bertanggung jawab atas pintu masuk memperhatikan Hikaru.

“Oi oi, bocah ini pergi ke dungeon dan guild tahu tentang ini?”

“Yah..., Dia rank-E jadi dia memenuhi persyaratan.”

“Apa katamu?!”

Para petualang tampak kaget setelah mendengar jawaban dari pejabat guild.

“………”

“………”

“………”

“………”

Hikaru dan Lavia melewati mereka, yang tenggelam dalam rasa ingin tahu.

“...Begitu ya, ada juga orang yang membayar dengan uang supaya bisa dipromosikan.” salah satu petualangan berucap dengan nada mencibir.

“Lihat mereka. Kotor sekali. Undead mungkin membuat mereka takut dan hanya berlarian di sekitar, lalu ngumpet.”

“Ah.... ya, masuk akal.”

“Mereka memang terlihat kotor sih.”

*Hahahahaha* Para petualang tertawa terbahak-bahak. Hikaru hanya bisa menghela nafas kecil. Dia terlalu lelah untuk berurusan dengan mereka.

“Sepertinya kita tepat sasaran!”

Mereka tertawa lagi. Hikaru ingin mengabaikan mereka, tetapi kakinya berhenti.

“Apa kau yang terakhir? Kau lihat apa yang terjadi di dalam, kan?”


Itu Gafrasti N. Valves bersama pengawalnya, Aglaia Van Houtens.

“Pak Valves. Anda tidak perlu berbicara dengan bocah seperti ini. Saya yakin semua yang dia lakukan hanyalah lari. Dia tidak tahu apa yang terjadi di dalam.” Ujar si Pejabat guild dengan suara sopan saat dia mendekati Gafrasti.

Sebenarnya, Guild Petualang adalah organisasi independen yang terpisah dari otoritas pemerintah. Tetapi mereka masih meminta izin tertentu dari pemerintah jadi mendapatkan kepercayaan para bangsawan itu perlu. Rupanya Gafrasti ada di sini untuk mengajukan pertanyaan kepada mereka yang baru keluar dari dungeon.

“Apa kau melihatnya? Sesosok naga yang terbang ke langit?!”

Para petualang tampak jengkel dan terdengar mencibirnya. Sepertinya mereka tidak tahu apa-apa. Gafrasti dengan putus asa meminta jawaban Hikaru.

“Gafrasti N. Valves.” sahut Hikaru.

“...Kau tahu siapa aku?”

Hikaru mengeluarkan gulungan dari tasnya. Aglaia melangkah ke depan lelaki tua itu seolah ingin melindunginya. Mungkin ia mengira Hikaru hendak mencelakainya.

“Apa yang sedang kau lakukan? Jangan coba-coba lakukan sesuatu yang aneh, atau aku akan menebasmu.” bentak Aglalia. Gafrasti hanya berdiri kebingungan, mulutnya mengangap.

“I-I-Ini ’kan...!”

“Pak Valves...?”

Mendorong Aglaia ke samping, Gafrasti mendekati Hikaru dengan langkah terhuyung. Dia mencoba mengambil gulungan itu, tetapi Hikaru dengan cepat menariknya.

“B-Berikan aku itu!”

“Berapa yang akan kau bayar? Kau tahu ‘kan, kami mempertaruhkan hidup kami hanya untuk mendapatkan gulungan ini.”

Kaget, Gafrasti merogoh sakunya.

“Hanya segini yang aku punya sekarang! Tapi kalau gulungan itu benar-benar yang aku cari, aku akan membayarmu dua kali lipat!”

Hikaru mengintip ke dalam tas kulit. Isinya adalah koin putih menyilaukan yang belum pernah dilihatnya. Koin platinum.

“Membayar ... dua kali lipat? Isinya kurasa sekitar sejuta gilan, kan?“

Mata pejabat guild membelalak mendengar jumlah sebanyak itu. Hikaru sama terkejutnya. Dia memang sudah menduga pria tua itu akan menawarkan pembayaran besar, tetapi tak sampai berpikir jumlahnya akan sebanyak itu.

“M-Maaf, ini terlalu murah ... aku akan membayarmu sepuluh kali lebih banyak. 10 juta gilan.”

Pejabat guild dan petualang tidak bisa memahami ketidak masuk akalan dari semua kejadian di depan mata mereka. Mereka hanya berdiri di sana, napas mereka gelagapan. Hikaru heran pula bahwa pria itu menambah jumlahnya seolah tidak ada apa-apanya.

Ini terlalu banyak sih ... sebegitu pentingnya ‘kah gulungan ini baginya huh…

Dia punya ide kasar bahwa Gafrasti akan menggunakan gulungan ini. Memang, itu bisa menjadi kartu andalan yang bisa ia gunakan nantinya. Bayarannya sesuai. Nilainya bisa lebih tinggi lagi pula. Tetapi dalam hal itu, dia tidak bisa membayar semuanya sekarang.

“Pak Valves, apakah ini gulungan yang Anda cari?” tanya Aglalia.

“Ya.” jawab Gafrasti dengan anggukan.

“...Oke, sudah segitu saja, 10 juta gilan. Bisa kau transfer uangnya ke akun guild-ku?” kata Hikaru, mengeluarkan Guild Card-nya. Dia membiarkan bidang kelas pekerjaannya tetap kosong. Yang dibutuhkan hanyalah cabang guild tempat ia berafiliasi sehingga Grafasti bisa mengirim uangnya. Dia lalu mencatatnya.

“Aku pastikan uangnya akan sampai. Jadi, mengenai gulungan itu...”

“Tentu, kau bisa bayar aku nanti.”

Hikaru melemparkan gulungan itu. Gafrasti buru-buru mengambilnya dan menjatuhkan diri ke tanah.

“J-Jangan dibuang!”

“Itu tidak ada artinya bagiku. Toh aku tidak akan tinggal di kerajaan ini lagi.”

Gafrasti tampak seperti memahami sesuatu dari kata-kata Hikaru.

“...Begitu. Berapa banyak yang kau tahu?”

“Cuma tebakan sih. Dan aku benar-benar tak punya niat mencari tahu.”

Aglaia membantu Gafrasti berdiri.

“Begitukah ... aku sebenarnya ingin menanyakan apa yang kau lihat di dalam tapi ... kau akan pergi dari kerajaan ini, ya?”

“Kau tak periksa gulungannya dulu?”

“Tidak apa-apa. Kalau ternyata palsu, aku tidak akan membayarmu. Itu saja.”

Kedengarannya seakan bayaran awal satu juta gilan hanyalah uang receh baginya.

“Oh, ya ... sampai jumpa. Aku yakin kita takkan bertemu lagi.” kata Hikaru. Dia hendak pergi tetapi Gafrasti menghentikannya lagi.

“Tunggu, kemana kau pergi? Jangan bilang kau akan pergi ke Quinbland.”

Quinbland — kekaisaran yang saat ini tengah berperang dengan Ponsonia.

“...Belum dipikirkan kami mau pergi kemana.”

“Lalu bisakah aku meminta bantuanmu? Kalau kau terima, aku akan menambahkan satu juta lagi ke pembayaranmu.”

“Apa itu?”

“Aku ingin kau pergi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa Forestia, bertemu seseorang, dan memberinya pesan...”

Aglaia menyela.

“Pak Valves. Lebih baik Anda menghubungi mereka dengan cara yang sama seperti biasa...”

“Terlalu lama. Ini masalah mendesak. Selain itu, bocah ini ... tidak, petualang ini memahami sebagian besar dari situasi kita saat ini. Dia pasti akan mendengarkannya.”

Gafrasti mengambil sebuah sapu tangan dengan sulaman indah dari sakunya.

“Ada namaku di sapu tangan ini. Kau bisa menunjukkannya sebagai bukti identitasmu.”

“Hmm, kurasa tidak apa-apa.”

Mengambil saputangan, Hikaru menerima permintaan itu tanpa pertimbangan lagi. Yang pasti, dia bertekad meninggalkan Ponsonia. Dia juga belum memikirkan ke mana harus pergi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa Forestia adalah salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Ponsonia. Dia berencana melakukan perjalanan keliling dunia jadi tak ada salahnya untuk mampir ke tempat itu. Apalagi, bayarannya juga akan ditambah satu juta lagi oleh Grafasti.

“Jadi siapa yang harus aku temui?” tanya Hikaru.

“Zofira Van Houtens, Menteri Dalam Negeri dan kepala kabinet. Dia seorang wanita.”

Van Houtens ... nama keluarga yang sama dengan Aglaia, yang memasang ekspresi agak masam di sebelah Grafasti.

“Baiklah.”

Hikaru mengangguk. Tidak masalah siapa itu. Jika yang harus dia lakukan adalah bertemu dengannya, itu adalah misi sederhana.

“Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa ... Oh, ya ada satu lagi.” Hikaru menambahkan. “Dungeon itu benar-benar runtuh. Kukira, kalian para petualang sudah kehilangan sumber penghasilan di sini. Lebih baik pindah ke tempat lain.” Dia berbicara kepada para petualang.

“Eh?”

Para petualang saling memandang. Beberapa dari mereka bergegas menuju mausoleum.

Petualang muda itu kini hilang dari pandangan. Gafrasti yang melihatnya pergi, tertawa.

“...Haha, dia menerima permintaanku tanpa ragu. Dia terlihat seperti anak laki-laki biasa...”

“P-pak Valves, apa yang terjadi? Siapa anak itu?” Pejabat guild yang bingung bertanya kepadanya. Yang dia tahu adalah Gafrasti memberi anak itu sejumlah besar uang.

“Benar juga…”

Gafrasti membuka gulungan itu dan melirik isinya. Persis yang dia cari.

“Aku ingin kamu melakukan sesuatu, pak pejabat.” Gafrasti berbisik kepada pejabat guild.

“A-apa itu?”

“Untuk catatan resmi, aku ingin kamu melaporkan ini: Petualang Hikaru menaklukkan dungeon Kota Bawah Tanah para Dewa Kuno.” 

“…He?”

“Aku, Gafrasti N. Valves, seorang sejarawan, akan membuktikannya. Gulungan ini hanya bisa diperoleh di bagian terdalam dari dungeon. Aku yakin akan hal itu.”

“He? He?”

Gafrasti merogoh saku dadanya, tetapi tas kulit yang ada di situ sudah ia berikan kepada bocah itu. Aglaia mengambil beberapa koin emas dan menyerahkannya kepada Gafrasti, yang pada gilirannya, memberikannya kepada pejabat itu.

“Aku mengandalkanmu.”

“Sa-Saya tidak bisa menerima ini.”

“Kalau ini memakan waktumu, anggap saja itu sebagai biaya penanganan. Aku tidak menyuruhmu berdusta. Aku hanya ingin kamu menyebarkan fakta dengan cepat.”

“...Begitukah. Baik, saya mengerti.”

Pejabat itu tampak berseri-seri setelah menerima penghasilan tambahan. Dia tidak percaya sedetik pun bahwa bocah yang ia anggap bodoh itu menaklukkan dungeon. Tetapi seorang bangsawan berkata begitu, jadi dia hanya melaksanakan tugasnya. Itu saja sudah lebih dari cukup untuk dilaporkan ke guild, tanpa mengetahui bahwa catatan tersebut akan terlibat dalam suatu peristiwa yang akan mengguncang fondasi kerajaan di kemudian hari.

“Uoi! Seperti yang diomongkan bocah itu!” Salah satu petualang keluar dari mausoleum.

“Pintu masuknya benar-benar terblokir! Kita tidak bisa memasuki dungeon ini lagi!”

“Oi, oi, oi, yang benar saja?”

“Jadi pemetaan yang selama ini kita buat tidak ada gunanya!?”

Para petualang gempar. Pejabat guild juga.

“Ayo kita pergi.” kata Gafrasti.

“Ya, pak.”

Sejarawan dan Aglaia menuju Root Hubbard.

“...Kita akan sibuk mulai sekarang. Bagaimanapun, kita harus membiarkan semua orang tahu sejarah yang sesungguhnya di kerajaan ini.” katanya kepada diri sendiri.

Angin — yang terlalu dingin untuk awal musim panas — bertiup. 

*   *

Ini adalah pertama kalinya nama “Hikaru” muncul di catatan resmi Guild Petualang.

『Hikaru, anggota dari Guid Petualang Pond di kerajaan Ponsonia, bersama dengan satu orang lainnya, telah menaklukkan dungeon Kota Bawah Tanah Para Dewa Kuno. Dia bukan anggota dari party mana pun. Sejarawan Gafrasti N. Valves bersaksi atas prestasinya dan menyajikan sebuah gulungan yang hanya dapat ditemukan di bagian terdalam dungeon sebagai bukti. Isinya akan dirilis ke publik setelah diperiksa.

Petualang tersebut dihadiahi 11.000.000 gilan oleh Lembaga Penelitian Peninggalan Keluarga Kerajaan Ponsonia, mentransfer uang tersebut ke akun guildnya.』

Berita tentang seorang petualang yang menaklukkan dungeon dengan cepat menyebar ke guild lain. Bagi kebanyakan guild, itu tak lebih dari sebuah laporan biasa. Tapi Pond berbeda.

“Dungeon ditaklukkan hanya dengan dua orang?! Apa-apaan ini?!”

Yang pertama menerima berita itu adalah Unken, guildmaster, yang suaranya nyaring karena kaget. Resepsionis adalah yang tahu selanjutnya.

“Hikaru-kun ... apa yang kamu lakukan !?”

“Yah, yah ... itu pencapaian yang luar biasa ya. Aku ingin tahu kapan dia akan kembali ke Pond.”

Jill dan Gloria membicarakan hal itu tanpa mengetahui bahwa bocah itu telah meninggalkan kerajaan.

“..Dia jelas dari dunia lain! Tidak salah lagi!”

Selica Tanoue dari Bintang Empat Timur juga memperhatikan nama Hikaru.

Kemudian, satu bulan telah berlalu sejak orang-orang yang bersangkutan dengan gelisah menunggu dan tidak ada laporan tindak lanjut. Bocah itu juga tidak kembali ke Pond.

Lalu sebuah insiden mengguncang kerajaan Ponsonia. Seorang bangsawan yang mengaku sebagai pewaris sah takhta muncul. Pada saat yang sama, Perserikatan Bangsa-Bangsa Forestia menimbulkan keraguan mengenai keabsahan royalti Ponsonia saat ini. Akibatnya, perang melawan Kekaisaran Quinbland, yang hampir saja dimenangkan oleh Kerajaan Ponsonia, menjadi terganggu.

Buku-buku sejarah di masa depan tidak pernah mencatat bahwa ada anak laki-laki dan perempuan di balik semua peristiwa ini.

Related Posts

Posting Komentar