Chapter 1 - Vassal Tidak Kompeten

Posting Komentar
Ore wa Mada, Honki o Dashite Inai Novel Bahasa Indonesia
Vassal Tidak Kompeten

Pindos¹. Kota terpadat dan paling makmur yang dikelola oleh keluarga bangsawan Baron Kano.

Sebuah mansion yang dapat dikatakan sebagai markas besar Kano, lambang kebanggaan bagi keluarga tersebut, dibangun cukup megah.

Begitu pula dengan ruangan yang aku berada saat ini, meskipun tak semegah ruang audensi istana kerajaan.

Di sisi yang berlawanan dariku di atas kursi yang bagus, duduklah puluhan pria. (TLN: Deskripsi ruangan kurang spesifik sih, yang pasti ini ruang audiensi seperti di istana kerajaan walaupun tak terlalu megah seperti yang dijelaskan mc)

Mereka semuanya adalah anggota dari Vassal Group yang bekerja untuk keluarga kano.

Di antara mereka ada sosok Mimis.

Semua orang, termasuk Mimis, menatap rumit yang tergambar di wajah mereka ke arahku.

“Ah, seperti yang kalian tahu, mulai hari ini, aku yang akan menjadi kepala keluarga ini. Hallo semuanya.”

Ketika aku mencoba membuat salam frank, para vassal menjadi gempar dalam perpaduan suara dan ekspresi wajah yang benar-benar tidak senang.

“Berhentilah melakukan salam semacam itu, adik-ayahanda.” (弟父様; ototo tosama)

Muncul dan maju ke depan untuk berpartisipasi dalam percakapan di tengah-tengah keributan adalah Sora.

Beberapa waktu yang lalu, dia adalah kakakku, dan kini ia adalah seorang wanita yang memiliki hubungan unik denganku yang disebut putri angkat dengan ayahnya sebagai aku.

“Tolong hentikan panggilan aneh itu, Neesan.” (TLN: Feel-nya lebih terasa kalau menggunakan neesan)

“Kamu memang adikku tapi sekarang adalah ayahku, bukankah itu panggilan tepatnya?”

“Meski begitu, jangan terlalu terikat. Panggil saja aku sewajarnya.”

“Baik, mulai sekarang aku akan memanggilmu Hermes.” katanya sembari mengangguk dan menarik diri ke dekat dinding.

“Neesan, kamu tidak ingin mengatakan sesuatu?”

“Saya adalah putri Hermes, saya tidak dalam posisi yang memungkinkan untuk berbicara di sini.”

“Huh...”

Bukankah ini namanya curang? curang, kan?

“Izinkan saya dengan rendah hati mengantikan beliau.” ucap Mimis.

Jadi kau yang selalu tenang dari tadi akhirnya bahkan tidak tinggal diam setelah mendengarkan jawaban neesan... tidak, dengan kegelisahan ini tidak mungkin dia akan diam.

Mimis melangkah maju dan berkata dengan tatapan yang menantang.

“Tuan Kepala Keluarga memiliki tugas yang harus segera dilaksanakan.”

“Malesnya... tugas apa itu?”

“Saat ini keluarga kita memiliki utang.”

“Utang? Berapa banyak?”

“Kurang lebih 50.000 keping koin emas.”

“....Kenapa bisa sampai sebanyak itu?”

Aku mengerutkan kening untuk berpikir.

Kalau tak salah, 50.000 koin emas itu adalah jumlah yang melebihi pendapatan tahunan yang mengalir masuk dari wilayah keluarga Kano, kan?

“Apakah anda tahu tambang Trikala?”² 

“Iya, aku tahu. Bukankah itu area penambangan baja Trikala yang dikatakan sebagai logam yang memiliki ketahanan karat sangat tinggi? Keluarga kita mempunyai salah satu barang jadinya, yah kalau tidak salah namanya Magic Mallet.”

“Vein Tambang Trikala telah ada selama beberapa tahun yang lalu. Kepala keluarga generasi sebelumnya, Miros-sama mengatakan deposito yang kita miliki masih belum mencukupi dan beliau akan terus melakukan rencana pengembangan lebih lanjut dalam penambangan bijih ini dengan meminjam dana dari para pedagang.”

“Apa tujuan utang hanya untuk itu?”

“Para pedagang menemui dan menyuruh saya agar segera melunasinya. Mereka mengatakan bahwa Miros-sama seringkali menghindar dari tagihan utang.”

“Apa?”

Jadi Miros-onisama melakukan hal semacam itu?

“Terus?” kataku.

“……”

Jadi kau tak tahu itu? Terlihat jelas di matanya yang pandangannya semakin merendahkanku.

Akhirnya, nada bicaranya yang tadinya sopan kini berubah menjadi kesal.

“Dengan ini kita tidak akan mengelola tambang Trikala lagi sebelum kepala keluarga bernegosiasi dengan para pedagang, maaf atas kelancangan saya.”

Maaf katamu? Omonganmu saja hampir mengintimidasi lho.

Pada saat situasi seperti ini ada baiknya untuk berpikir dengan tenang, oke?

Aku lalu melihat kakakku.

Saat ini, dia adalah putri angkatku — gadis yang seharusnya adalah kakakku sendiri. 

Meskipun hubungan kami adalah ayah dan anak yang diadopsi, masing-masing dari kami memiliki hubungan darah langsung dari Keluarga Kano.

Aku lalu melihat para vassal.

Kalau seandainya aku memberi intruksi kepada mereka dengan baik, akankan mereka masih memberontak padaku dengan mencoba melengserkanku dan menyerahkan kepemimpinan keluarga pada kakakku?

Menjatuhkan orang tuanya dengan melibatkan anaknya adalah pola emas* dalam perselisihan keluarga, begitulah kukira.

(TLN: kejadian klasik)

Kalau begitu ... OK, kenapa tidak coba jadi tiran saja aku ya.

“Tak tahu, kau saja yang melakukan.”

“Apa?”

“Ini perintah.”

“Izinkan saya memberi tahu Anda, tekanan para pedagang sangat besar. Ini adalah masalah yang hanya bisa kepala keluarga selesaikan.“

“Jadi kau tak mau melakukannya?”

“Saya rasa peran ini terlalu berat bagi saya selain tuan kepala keluarga.”

“Kalau begitu kau dipecat.”

“...Apa?”

Mimis menatapku dengan bingung dan para vassal lainnya menjadi gempar lagi.

“Kau tidak kompeten dan dipecat karena kau tidak bisa melakukan apa pun selain menyerahkan semuanya ke kepala keluarga.”

“T-tunggu, apapun selain itu.”

“Hmm? Kenapa, apa kau mau bilang tak boleh bagi kepala untuk memecat salah satu pengikutnya?”

“S-saya tidak bilang begitu.”

Sebagai akibat dari paniknya tatapan Mimis, aku melihat ke sekeliling, dan berakhir ke kakakku.

Neesan mengambil nafas sebentar sebelum melangkah maju.

“Hermes.”

“Ada apa, Neesan?”

“Mimis telah melayani keluarga Kano selama bertahun-tahun. Bukankah memecatnya secara tiba-tiba terlalu berlebihan?”

“Hmmm.”

Aku pura-pura khawatir.

Baguslah kalau kakakku akan ikut nimbrung dalam pembicaraan ini.

Sangat tidak beralasan untuk memecatnya, yang juga merupakan situasi yang menguntungkan bagiku di mana Mimis merasa berhutang budi pada kakakku.

“Baiklah, kau harus dimasukkan ke dalam tahanan rumah. Tetap di sini selama sekitar satu minggu sambil renungkan kesalahanmu.”

“……”

Mimis tampak masih tidak puas, tetapi neesan mengangguk sedikit.

“Saya berterima kasih atas kebijaksanaan anda.” ucap Mimis padaku yang ingin keluar dari ruangan.

Bagus, dia mengarahkan kekesalannya padaku, bahkan para vassal juga tidak meninggalkan perasaan senang padaku.

Aku akan melakukan hal yang sama seperti ini lagi.

Aku akan bermain diktator, mendapatkan kebencian dari para vassal, sebaliknya mereka akan menyanjung kakakku

Aku melihat sekeliling untuk memikirkan bahan apa lagi yang bisa aku gunakan untuk mendapatkan kebencian lagi.

Kemudian, aku melihat sesuatu menumpuk di seberang ruangan dekat pintu masuk.

“Apa itu?”

“Itu bijih yang didapat dari tambang Trikala.” jawab kakakku.

Begitu ya, kalian membawanya kepadaku sebagai bahan untuk mendorongku.

Baiklah sepertinya itu bisa kugunakan.

Aku bangkit dari kursi dan menuju ke tumpukan bijih.

Aku baru saja melakukan sesuatu seperti seorang tiran sebelumnya, sehingga para vassal terlihat waspada dan menyingkir dari jalan.

Aku akhirnya sampai di depan tumpukan bijih dan memungut salah satunya.

“...Apa dia bodoh?”

Tanpa sengaja aku mendengar suara.

Suara keheranan dan kebencian.

Lalu, aku mengambil bijih lain.

“Dia memang sangat bodoh.”

Suara kutukan yang sama terdengar lagi.

“Ada apa, Hermes?”

Neesan mendekatiku dan bertanya.

Aku pun berbalik dan menatap para vassal yang berada di belakang neesan.

Para pengikut berada dalam mode waspada, menjauh dan membentuk lingkaran di sekitar, mengawasi pada apa yang akan aku perbuat selanjutnya.

“Apa kalian semua ini bodoh?” 

Aku membalikkan kata-kata itu pada mereka.

“Apa-apaan dengan omonganmu itu, Hermes? Kamu menjadi lebih emosi daripada sebelumnya.”

“Nih.”

Aku menaruh bijih ke antara dua telapak tanganku dan menghancurkannya.

Tentu, aku tidak menggunakan kekuatan fisikku, tapi sihir.

Pecahan-pecahan batu yang hancur, dan logam yang bahkan tidak berubah menjadi besi berjatuhan dari telapak tanganku.

Setelah beberapa saat kemudian, aku pun membuka telapak tanganku.

Pada saat itu...

“Itu.... Perak?”

“Iya, ini perak.”

“Perak di dalam bijih ini?”

“Jumlahnya cukup banyak.”

Para vassal terkejut.

“Selama ini kalian memperoleh itu hanya untuk mencoba membuat baja trikala, yakan? Dan kalian bahkan tak menyadari kalau ada banyak perak di dalamnya. Kalian semua benar-benar tidak kompeten.”

“...Hhm.”

Neesan mengambil satu bijih dan mengamatinya sebentar sebelum mengembalikannya ke tumpukan.

“Setelah melihatnya pun aku tidak tahu sama sekali.” kata neesan.

Kemudian, tanpa basa-basi lagi, aku memerintahkan semua anggota vassal group.

“Periksa apakah ada perak di bijih lagi di sana sekarang juga.”

“““K-kami mengerti.”””

Semua anggota yang diperintahkan, keluar dengan tergesa-gesa.

Seketika, ruangan menjadi sunyi hanya meninggalkan aku dan kakakku di sana.

“Seperti yang harapkan ya.”

“Apa?”

“Sungguh menakjubkan, melihat ada banyak perak dalam sekejap.”

“Ah...”

Haah, aku melakukannya.

Aku kesal karena mereka terlalu tidak kompeten, hasilnya sebelum kusadari aku sudah melakukannya.

“Bagaimanapun juga, mataku tak salah menilai. Aku selalu berpikir bahwa Hermes akan luar biasa jika dia serius.”

“A-aku tidak melakukan hal yang serius sama sekali.”

Aku sedikit panik dan mengatakan hal seperti itu.

Aku belum serius sama sekali, inilah gayaku.

“Ya, aku paham kok.” katanya sambil tersenyum.

Senyum neesan membuatku semakin dalam dan semakin dalam jatuhnya.

Footnote:
 —————————
  1.  Pindos (dalam bahasa Yunani Modern : Πίνδος; dalam bahasa Albania: Pindi) merupakan sebuah pegunungan yang terletak di Epiros, di Utara Yunani dan Tenggara Albania. Dalam kesusasteraan Yunani Kuno, konon pegunungan ini didedikasikan untuk Apollo, dewa musik dan puisi, serta untuk Musai. Pegunungan ini diklasifikasikan sebagai taman nasional. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pindos
  2. Trikala merupakan kota yang terletak di bagian tengah Yunani. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Trikala

Related Posts

Posting Komentar