Kamigami ni Sodaterare Shimono - Chapter 07 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Kamigami ni Sodaterare Shimono Novel Indo
Chapter 7 – Gadis Suci Yang Buta

Setelah berlari menuruni gunung, kami menemukan seorang wanita cantik.

Dia mungkin sedikit lebih tua dariku, terlihat rapi dan berkerudung seperti orang suci dalam sebuah cerita.

“Dia lebih suci daripada dewi penyembuhan Millia,” tiba-tiba aku menertawakan kata-kata Shultz tetapi pendapatnya benar.

Dia memperhatikan bahwa kami ada di sana dan bertanya seperti seorang pendeta wanita.

“Orang-orang yang ada di sana, apakah Anda tinggal di gunung ini?”

“Itu benar,” jawabku, dia pun tersenyum.

“Sungguh permintaan maaf saya karena telah menginjak gunung suci tempat dewa dan jenius tinggal. Juga saya telah menarik orang seperti ini.”

“Jangan khawatirkan itu. Pria terlihat seperti penjahat tidak peduli bagaimana kamu melihatnya.”

“Orang-orang itu mungkin sekelompok bidat. Mereka menolak untuk membiarkan saya menghubungi Tuan Pahlawan.”

“Pahlawan?”

“Seorang anak laki-laki yang tinggal di gunung ini dan dibesarkan oleh para dewa.”

“Apa itu aku?”

“Maaf, apakah Anda berambut hitam?”

“Iya sih…”

“Jika demikian, mungkin itu benar Anda.”

Aku bertanya-tanya kenapa dia bahkan tidak bisa memastikan bahwa aku memiliki rambut hitam tetapi ternyata beginilah alasannya. Wanita berambut perak yang mengenakan jubah, adalah orang buta. Dia tidak bisa melihat. Ada tabir hitam di sekitar matanya.

“Saya gadis suci buta Luna Maria yang mengabdikan diri untuk Dewi Ibu Bumi,” jelasnya, karena menyadari pikiranku.

“Dewi bumi ibu?” Aku sudah mendengar tentangnya. Itu adalah nama dewa kuno yang membawa kesuburan ke tanah ini.

Ia dikenal sebagai dewa yang sangat ketat, setiap gadis suci yang mengabdikan diri padanya diambil cahaya di mata mereka. Mereka menutup mata mereka sewaktu mereka masih muda.

Tutur salah seorang pendeta ‘lah yang menyatakan bahwa teologi Dewi Ibu Bumi adalah kau harus tumbuh tanpa melihat sesuatu yang kotor di dunia ini sehingga kau bisa menjadi seorang pendeta yang murni.

Namun, itu adalah mitos atau legenda dan aku belum pernah mendengar adanya gadis suci yang masih meniru tradisi ini di zaman sekarang.

Ketika aku memberi tahu Luna Maria tentang ini, dia tertawa. “Ini tradisi lama tapi tradisi ini masih diturunkan. Ada banyak gadis suci buta selain saya.”

“Kenapa gadis suci buta ada di Table Mountain ini?”

“Itu…”

Aku tidak tahu apa ada yang salah pada pertanyaanku atau mungkin serangan musuh menjadi lebih sengit, aku tidak tahu.

Aku merasa seolah-olah dua tadi benar, tapi aku rasa aku harus membantu Luna Maria.

Shultz dan aku berdiri di antara pasukan musuh, menunjukkan niat kami untuk bertarung.

“Serigala abu-abu dan anak manusia. Kombinasi yang aneh.”

“Kalau dia menunjukkan perlawanan, tinggal kubunuh saja.”

“Jadi kau tak segan-segan membunuh anak itu? Aku diberitahu untuk hanya membereskan gadis suci.”

Para pria berzirah mulai berdiskusi tapi pada akhirnya mereka sepertinya memutuskan untuk membunuhku dengan suara mayoritas. Kedengarannya klien yang menyuruh mereka menginginkan kematian Luna Maria, tapi mereka tampaknya juga tertarik pada pahlawan yang sedang dicari Luna Maria.

Merupakan suatu kebetulan mereka bisa membunuh targetnya sekaligus pahlawannya juga. Mereka adalah orang-orang yang tidak peduli dengan kehidupan manusia.

“Shultz, kamu sebut apa orang-orang ini?” Kataku sembari menghela nafas.

“Penjahat.” Shultz memotong dengan satu kata.

“Betul. Mereka penjahat. Kau tidak harus menahan diri pada orang-orang ini, kan?”

“Aaah, aku akan memotong lehernya!” Shultz segera membidik tenggorokan mereka. Aku juga ikut menyerang.

Tentu aku tidak menggunakan pisauku. Aku menggunakan taijutsu. Melihat mereka sekarang, mereka tidak sekuat yang kukira. Sangat lamban. Setiap gerakan mereka sangat lamban. Mereka mudah ditangani tanpa menggunakan pisau.

Aku menggunakan seni bela diri klasik (Taijutsu) yang aku pelajari dari Ronin. Menuju dada lawan, mendorong sesuai dengan pernapasan lawan. Hanya karena itu kepalan tangan dari seorang anak tapi damage yang dihasilkan bisa fatal bila pukulannya ditujukan ke bagian tubuh vital lawan.

Ketika tenggorokan lawan, ulu hati, mata dan dahi dipukul secara akurat di mana tidak ada master lain yang bisa melatih untuk memukul sebelumnya. Para penjahat kesakitan dan menderita di tempat.

Luna Maria, yang mendengarkan suara pertempuran ini berseru. “Seni bela diri Tuan Pahlawan benar-benar terasa seperti mukjizat.”

“Ini seni bela diri yang diajarkan para dewa kepadaku.”

“Anda adalah anak legendaris, Tuan Pahlawan.”

“Pikirku bukan begitu. Aku dibesarkan oleh orang tuaku yang merupakan dewa tapi tidak ada tanda-tanda aura pahlawan padaku.”

“...Tidak ada tanda-tanda?”

Luna Maria mengerutkan kening.

“Apa yang membawa kebaikan dan kejahatan ke dalam harmoni. Juruselamat dunia ini. Ia benar-benar dibesarkan oleh para dewa.”

“Maksudnya?”

“Itu pepatah lama yang diturunkan dalam agama saya.”

“Satu-satunya kesamaan yaitu aku dibesarkan oleh para dewa.”

“Ya, tapi itu sudah cukup,” kata Luna Maria, tangan kanannya bercahaya. Dia mengarahkannya ke dada penjahat dan penjahat itu diterbangkan hingga 10 meter dan menabrak pepohonan.

“Kamu punya kekuatan yang hebat juga.”

“Kekuatan ini tidak lebih dari rahmat Dewa.”

“Itu memang rahmat yang luar biasa yang diberikan dewi,” kataku. Aku sudah mengatasi 5 penjahat dari pertempuran. Aku pikir akan mudah untuk membunuh mereka, tetapi bukan itu masalahnya.

Ini karena bala bantuan telah muncul dari belakang. Sekitar 10 dari mereka, bersenjata berat.

“...ini masalah. Ada yang membawa senjata sihir.” Melihat pedang pendek yang bersinar, seolah-olah mereka semua adalah tentara bayaran yang terampil.

“Mereka mungkin tentara bayaran yang disewa oleh orang-orang bidat. Ini akan sulit.”

“Kelihatannya begitu. Aku tidak berpikir ada sesuatu yang tidak bisa kamu kalahkan. ... Maksudku, Luna Maria, bisakah kamu mundur ke belakangku?”

“Saya merasa senang, tetapi saya adalah gadis suci yang didedikasikan untuk Dewa dan Tuan Pahlawan. Hidup tidak disesalkan.”

“Biarpun kamu siap mati, tapi aku tidak. Itu karena, area ini akan segera diwarnai merah. Berada di belakangku akan mencegahmu terluka dengan sihir 《Barrier》-ku.”

“Diwarnai merah? Apa anda akan menggunakan sihir api?”

“Itu salah. Bukan aku yang akan menggunakan api. Tapi seekor lizard yang terbang turun dari langit.”

“Lizard?”

Ketika Luna Maria menundukkan kepalanya, langit menjadi gelap. Lingkungan, yang tadinya cerah kini terbungkus dalam kegelapan.

Itu bukanlah awan, melainkan lizard bersayap yang menutupi langit, dengan kata lain, itu adalah dragon.

Seekor dragon berkulit merah cerah mengepakkan sayapnya sembari memuntahkan api dari mulutnya. Angin membungkus seolah-olah badai mendekat.

Tampaknya Luna Maria telah merasakan keberadaan menakutkan dari angin dan raungan naga.

“Itu dragon!”

“Ya, itu bukan dari Table Mountain tapi ada beberapa di sekitar gunung. Sepertinya tentara bayaran itu telah memicunya ke sini.”

Melihat pakaian tentara bayaran yang tidak begitu usang, mereka mungkin menempuh jarak terdekat dari kota. Mereka mungkin telah melewati lembah tanpa mengetahui adanya sarang dragon di sana. Mereka harus membayar akibatnya.

Ketika Red Dragon berhenti melayang, dia terjun ke bawah dan meraih salah satu tentara bayaran. Langsung terbang tinggi ke atas dan menjatuhkannya dari ketinggian.

Saat masih di udara, tentara bayaran itu berteriak kencang sebelum dragon menelannya lagi saat ia jatuh. Memakan jeritannya.

Rekan tentara bayaran yang marah mencoba melakukan serangan balik dengan panah atau busur tetapi tidak mampu menembus sisik dragon raksasa.

Sebaliknya, nyala api disemburkan dari atas mereka yang membuat mereka hangus saat terbungkus dalam api.

Melihatnya seperti ini, tentara bayaran dan penjahat akan segera dimusnahkan tetapi aku tidak bisa hanya menjadi penonton saja.

Ada dua alasan, satu adalah setelah memusnahkan mereka semua, dia mungkin akan menargetkan kami selanjutnya. Meski aku baru saja bertemu pendeta bernama Luna Maria, anehnya aku sudah merasa dekat dan akrab padanya.

Ada juga keinginan untuk melindungi. Bagiku, dia tidak berbeda dari teman gunungku.

Alasan lain adalah meskipun mereka penjahat, mengecewakan melihat mereka terbunuh.

Mereka mengatakan sedang mencoba membunuh Luna Maria tetapi mereka belum membunuhnya. Mereka mungkin hanya menjalankan perintah dari seseorang dan belum lagi mereka juga punya ayah dan ibu.

Aku tidak tahu moral dunia luar tetapi yang pasti keduanya akan sedih jika mereka mati.

Ayah Reus, ayah Ronin, Ibu Milia dan ayah Vandal. Senyum mereka muncul di benakku. Mengingat ekspresi mereka, pilihan untuk membunuh mereka tidak ada dalam pandanganku.

Jadi aku mengeluarkan dagger dari pinggangku.

Ini adalah belati (Dagger) yang terbuat dari perak murni sehingga akan menembus sisik dragon, tapi ini mungkin masih belum bisa mencapai organ internal tidak peduli seberapa dalam aku menusuknya. Setebal apa Red Dragon itu.

Memiliki kulit setebal itu sangat keterlaluan.

“Ini masih bisa melukainya, tapi aku memiliki langkah khusus.” Teknik khusus yang aku pelajari dari Ronin, dewa pedang. Serta sihir yang aku pelajari dari dewa sihir Vandal.

Teknik pedang Ronin adalah teknik pedang komprehensif yang bahkan pisau kertas pun bisa diubahnya menjadi senjata yang mematikan dan Vandal memiliki teknik yang sangat efektif yang bahkan ranting pun bisa diubahnya menjadi senjata.

Dengan kata lain, jika aku menambahkan sihir pada logam yang disebut mithril ini, kekuatannya akan menjadi tak terbayangkan. Aku menatap dragon yang sedang membantai para penjahat.

Mata bengis naga bersinggungan dengan garis pandangku, tetapi aku tidak merasa takut. 

Seperti merasakan sesuatu yang keluar dariku, berbahaya membiarkan bocah ini tetap hidup! Terlihat dari sorot matanya.

Selagi memikirkan hal itu, dragon melemparkan penjahat yang sudah setengah dimakan, mengepakkan sayapnya dan mulai menuju ke arahku.

“...Ini menghemat waktuku.”

Aku sangat menghargai jika target pindah ke sini. Lebih mudah mengatur teknik yang kuat bila ia jauh dari para penjahat. Pikirku, yang kemudian mulai melantunkan mantra.

“Oh es keputusasaan, bekukan angin dalam kekosongan!
Buatlah kesunyian dan bekukan semuanya!”

Saat aku selesai merapal mantra, dagger perak di tanganku terbungkus es, diselimuti oleh mana yang menyebabkan fenomena udara dingin.

Yang harus aku lakukan hanyalah mengubahnya menjadi pedang dan melepaskannya. Aku memberi dragon serangan belati sihir yang sudah aku praktekkan berkali-kali. Meskipun dipraktekkan ratusan kali, aku sudah menggunakannya dalam pertarungan yang sebenarnya.

Rowen memuji kemampuan ini dan Ronin memuji serangan berbakat pedang sihir yang menyerang dragon.

Luna Maria, yang telah merasakan ini dari belakang, terkejut. Tentu saja, tidak ada cahaya di matanya, tetapi keempat inderanya lebih baik daripada orang lain.

Udara dingin yang dihasilkan dari Mana bocah itu cukup dingin untuk menembus kulit naga. Gelombang Mana-nya seakan membungkus seluruh tubuh Luna Maria. Kekuatan pedang sihir dinginnya sangat luar biasa.

Luna Maria yakin, keyakinannya semula tidak salah.

Red Dragon itu telah terpotong oleh pedang dingin.

Dia mencoba bertarung dengan menghembuskan api tetapi udara dingin yang dilepaskan oleh bocah itu membeku dalam es dan mengoyak daging dragon.

Kulit naga itu terbelah dua sementara juga menjadi sedingin es, membeku seperti patung es.

Dengan kulitnya yang merah, darah segar naga yang berceceran di antara es itu tampak sangat indah.

Ini hampir seperti sebuah karya seni tetapi yang menakutkan lagi adalah orang yang membunuh dragon raksasa ini adalah seorang bocah lelaki yang masih berusia 14 tahun.

Mereka belum pernah mendengar tentang anak laki-laki semacam itu. Orang-orang jahat melarikan diri sambil bergumam di antara mereka sendiri.

Setelah memastikan bahwa mereka sudah pergi jauh, Luna Maria kembali berdiri di depan bocah itu dan mengulurkan tangan kanannya.

 Dia ingin berjabatan tangan.

 Dia juga ingin mendengar namaku.

Ketika dia memberi tahuku ini, aku dengan malu-malu tersenyum dan berkata.

 “—Namaku adalah Will. Will saja. Aku manusia biasa, tapi orang tuaku adalah dewa.”

Seorang anak laki-laki dengan senyum malu-malu.

Tanpa sepengetahuan bocah yang mengalahkan dragon itu, Luna Maria yakin bahwa dialah pahlawan yang akan menyelamatkan dunia.

«««PrevToC – Next»»»

Related Posts

Posting Komentar