The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 64 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Penerjemah: RA
Penyunting: Kyaanovel

Saya update kalau sempet (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)

Chapter 64 – Pengakuan

“Alam kematian…?”

“Sebenarnya, aku pernah mati sekali.”

Mata Lavia melebar. Hikaru memberi tahunya tentang Jepang, tempat asalnya di mana ia dilahirkan dan dibesarkan, tempat di mana orang-orang berambut dan bermata hitam tinggal. Tak ada sihir, namun secara sains dan teknologi itu adalah negara yang maju. Setelah kematiannya, dia diundang Roland N Zaracia agar datang ke dunianya.

“Dan syarat yang ia ajukan yaitu, bunuh Count Morstad.”

“…Jadi karena itulah kamu membunuhnya, aku terus berpikir itu aneh.”

“Ya, Roland sedang sekarat waktu itu.”

“Begitu ... dia putus asa ingin balas dendam pada Count.”

“Begini, Lavia. Aku tahu ceritaku terdengar sangat gila, tapi kamu kelihatannya tak terkejut sama sekali”

“Mantra Penyebrangan Antar Dunia … aku pernah membacanya, sihir semacam itu memang ada, tentunya dari buku.”

“Oh, jadi itu cuma mantra biasa.”

“Biasa?! Aku memang bilang pernah membacanya, tapi itu buku dongeng! Sangat mengejutkan si Roland ini berhasil mempelajarinya apalagi berhasil melakukannya.”

“Meski dia hanya bisa pergi ke alam kematian saja.”

“Andaikan kamu bisa kembali ke dunia asalmu ... akankah kamu ingin kembali?”

“…Aku tak yakin.”

Tak pernahnya kebayang kemungkinan itu. Jelas tidak mungkin, pikirnya. Mantra Roland saja hanya mampu membuatnya pergi ke alam kematian. Kalau itu memang mungkin dan ada orang menanyainya adakah keinginan buat -mu kembali? Dia tak akan bisa menjawabnya pasti. Meski dunia ini ada sisi kontra-nya sendiri. Dia sudah terbiasa hidup di sini.

“Mungkin aku tak keberatan kembali kalau kamu mau ikut bersamaku.”

“….”

Lavia berkedip heran, tak menduga jawabannya.

“Tolong jangan katakan itu terlalu mendadak.” Katanya, berwajah merona merah dan mengalihkan pandangannya.

“...Tapi aku senang. Karena tiba-tiba Hikaru mulai membicarakan ini— kupikir kamu sudah menemukan cara buat kembali.”

“Eh?”

“Mou, padahal kukira kamu memberi tahuku tentang semua ini lantaran kamu berniat kembali.”

“Bukan begitu lho. Maaf ya, aku harusnya bilang lebih jelas tadi. Ada satu hal lagi yang ingin kusampaikan padamu, ini soal ... kekuatanku.”

Lavia mengangguk perlahan.

“Begitu ya, jadi topik utama dimulai dari sini, kan? Ternyata kamu masih punya cerita yang bikin mengejutkan yang mau diceritakan padaku.”

“Padahal kamu kentara sekali tak kaget.”

“Jantungku berdetak sangat kencang.”

“Kalau begitu Nona, kamu sudah siap?”

“Tunggu sebenar.” Lavia menghirup nafas dalam. “Baiklah, aku siap” Hikaru mengangguk.

“Aku ini, punya kekuatan khusus yang membuatku mampu meningkatkan kekuatan seseorang. Itulah alasan kenapa aku bisa menjadi seorang ahli dalam menghilangkan keberadaan padahal amatir dalam pertarungan.”

“Meningkatkan kekuatan? Apa itu mungkin bisa?”

“Sistem Pekerjaan (Job) yang ada di Guild juga melakukan hal yang sama bukan?”

“Tapi itu karena berkah para Dewa”

“Kupikir kekuatanku mirip dengan itu. Kartu Guild juga awalnya adalah teknologi yang ditemukan seseorang, kan? Aku yakin tak ada yang percaya padanya saat pertama kali itu diperkenalkan. Kamu akan percaya padaku kalau sudah mengalaminya sendiri.”

“Apa kekuatanmu .... juga bisa bekerja pada orang lain?”

“Yup. Bagaimana kalau sekarang aku tingkatkan kemampuanmu juga.”

Hikaru mengeluarkan Soul board Lavia dan mulai menjelaskan bagaimana ‘Umur’ dan ‘Peringkat’ saling berkaitan.

“Jadi karena itulah kadang-kadang kamu suka menggerakkan jarimu di udara?”

 “Sebelum ini apa yang menurutmu ku lakukan?”

“Kebiasaan saat kamu melamun dan memikirkan sesuatu.”

Masuk akal, kalau orang lain menanyaiku hal itu lain kali aku akan menjawabnya begitu saja.

“Lavia, aku juga ingin memberimu kemampuan dasar Stealth ... Ku yakin ini akan berguna di masa depan, tak apa?”

“…..”

“Kamu tak mau?”

Lavia diam. Hikaru terkejut lantaran reaksinya agak tak terduga. Mungkin ada rasa enggan pada dirinya dalam artian bahwa orang lain bisa secara leluasa mengutak-atik kemampuannya.

“...Hikaru, apa stealth juga bekerja padaku saat kamu menyentuhku?”

“Ah, ya. Dengan Group Obfuscation.”

“Kalau aku juga bisa menggunakan stealth ... Hikaru ... apa itu berarti kamu tak akan sering memegang tanganku lagi?”

“Eh?”

Lavia enggan menggunakan stealth karena … kita tak akan sering berpegangan tangan lagi? 

Hikaru menatap Lavia sambil melamun.

“………”

“H-Hikaru! Tolong jangan pandang aku seperti itu! Ini penting bagiku, lho! Kamu tak akan pernah memegang tanganku kecuali untuk stealth!” Kata Lavia dengan muka memerah.

“Maaf. Aku akan lebih aktif pegang tanganmu lagi lain kali.”

“Kalau begitu ... baiklah…”

Hikaru pun mengatur Soul Board Lavia.




【Soul Board】 Lavia
Umur: 14 | Peringkat: 29 
15


【Vitality】
..【Stamina】1

【Magical Power】
..【Mana】11
….【Magic Principle】2
..【Spirit Affinity】
….【Fire】6
….【Magic Creation】1

【Agility】
..【Stealth】
….【Life Obfuscation】1
….【Mana Obfuscation】1
….【Imperceptibility】1

“Untuk menghilangkan kehadiran, ... Bayangkan kamu menenggelamkan keberadaanmu ke dalam diri sendiri, cobalah.”

“B-Baik…”

Kurang yakin, Lavia mulai mencobanya…

“Ooh... luar biasa. Padahal kamu ada di sana, tapi rasanya seolah keberadaanmu lemah, sangat tipis. Kalau aku mengalihkan pandangan sekilas saja aku tak akan bisa melihatmu lagi kecuali melihat dengan teliti.” ujar Hikaru.

“Betulkah?”

“Sekarang giliranku.” Kata Hikaru, mengaktifkan skill Stealth miliknya.

“...Menakjubkan, ini pertama kali aku melihatnya. Jadi beginilah bagaimana orang lain memandangmu. Kamu ada disana ... tapi rasanya kamu menghilang saat aku berkedip.”

“Dengan ini kita bisa menghindari banyak masalah di masa depan. Tapi orang-orang berkemampuan Instinct—sejenis skill—masih bisa merasakan kita.”

“Itu, kekuatan itu umm … Soul Board, benar? Bisakah itu juga meningkatkan berbagai jenis kemampuan lainnya?”

“Yup. Apa kamu juga ingin tahu tentang yang lainnya?”

Lavia menggelengkan kepalanya.

“Aku sudah mendengar cukup banyak. Terlalu banyak malahan. Begini Hikaru ... kalau itu memang diperlukan, kamu bisa mengutak-atik kemampuanku.”

“Benarkah?”

“Tidak masalah. Waktu itu aku sudah pernah mengatakannya padamu, kamu sudah menyelamatkanku, dan aku belum bisa membalas budi padamu. Aku tak tahu apa aku akan pernah bisa membalasnya. Kalau aku bisa berguna untukmu .... maka gunakanlah aku sesukamu.”

“Lavia…”

Hikaru sadar akan Lavia yang benar-benar mempercayainya dari lubuk hatinya yang terdalam.

Aku senang sudah mengatakan hal ini padanya.

Lavia tak berencana memperalatnya. Dia juga tak berencana memanfaatkan kelemahannya. Dia sama sekali tidak memiliki niat buruk.

...Dia percaya padaku. Dia mencintaiku. Jadi aku harus bisa ... mempercayainya … dan mencintainya.

Hikaru dipenuhi perasaan hangat yang menenangkan.

Aku mungkin sudah menemukan seseorang yang bisa kupercayai, Hazuki-senpai.

Kira-kira apa yang akan Hazuki katakan kalau dia mendengar kalimatku ini ya?

Related Posts

Posting Komentar