The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 16 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 16 — Mempersiapkan Pelarian Diri

Hikaru bangun pagi-pagi keesokan harinya. Dia tidak cukup tidur dan kelelahan karena kemarin berjalan-jalan di semua tempat.

Namun demikian, waktunya terbatas.

“... Aku membuat pilihan tepat untuk pindah ke hotel. Karena itu aku dapat bersantai di kamarku sendiri dan tubuhku terasa jauh lebih nyaman di tempat tidur.”

Di Jepang, dia belum pernah tinggal di hotel sekali pun, tetapi dia memiliki pengetahuan tentang hal itu. Ketika Hikaru pertama kali memasuki kamarnya, pikiran pertamanya adalah “Aku mengerti. Jadi seperti ini”.

Namun, tidak ada kamar mandi ataupun televisi modular yang biasanya ada di kamar hotel. Bahkan tidak ada mesin penjual kartu untuk menonton film, laundry, atau mesin penjual otomatis di tiap lorong.

“Semoga harimu menyenangkan~!” kata resepsionis bertelinga kucing sambil melambaikan tangan.

...Apa dia ini selalu di sini 24 jam? Pikir Hikaru, tapi itu bukan urusannya, jadi dia keluar begitu saja dari hotel.

Dia sebenarnya berniat pergi untuk sarapan ketika ...

“……….”

“……….”

Lagi.

Lagi-lagi pemilik warung hot dog menatapnya.

“Harganya 30 gilan.”

“Kali ini hot dog-mu sudah mendingan.”

Ini nampak seperti kecap merah dan mustard tanpa biji-bijian. Dan ... Tanpa ragu-ragu Hikaru pun mulai mencicipinya.

“?!”

Matanya terbuka lebar.

“Gi-gimana ...., rasanya lebih enak, kan!”

“... Hambar.”

“Heh?”

“Kenapa kecapnya encer?! Ini malah lebih buruk daripada rasanya agak asam!”

Hot dog terasa sangat hambar. Sementara sepenuhnya kecewa, dia sudah terlanjur membelinya.

Setelah makan sampai habis, Hikaru meninggalkan warung hot dog. Pemilik memasang ekspresi cemberut di wajahnya dan pundaknya pun turun dengan sedih.

Kemudian Hikaru berjalan keluar kota, bukan Guild Petualang. Dia jelas tahu apa yang harus dilakukan.

Pertama, aku butuh uang.

Tidak akan ada masalah kalau dia punya uang. Karena dia mungkin perlu menghabiskan beberapa di suatu tempat untuk menyelamatkan Lavia. Masalahnya sekarang ialah: Rajalah yang membubuhkan pembunuhan padanya. Sementara itu hanya tebakan Lavia, Hikaru pikir itu cukup tepat.

Ini tentu masuk akal. Bagaimanapun, yang terbunuh adalah seorang Count. Salah satu dari tiga puluh tokoh berpengaruh teratas di kerajaan Ponsonia. 

Pelakunya diputuskan hanya dalam dua hingga tiga hari. Lavia tidak mungkin mengakuinya sendiri, jadi itu pasti ide seseorang. Seseorang dari tiga puluh tokoh itu.

Tidak masalah siapa yang aku lawan. Aku bersumpah untuk menyelamatkan Lavia.

Bahkan Hikaru punya peluang untuk berhasil. Lavia akan dibawa besok lusa. Untuk itu, persiapan dua hari ini untuk keberhasilan operasi penyelamatannya nanti, salah satunya yaitu ia harus mendapatkan uang.

Ketemu!

Dan, cara tercepat untuk mendapat uang yakni dengan berburu Red Horn Rabbit. Lima belas menit setelah meninggalkan kota, dia menemukan satu. Satu dorongan dari Belati Kekuatan Hikaru mengambil nyawa makhluk itu. Dia merasa tidak bersalah daripada kemarin.

Mungkin karena aku sudah terbiasa.

Dia menatap belati bernoda darah, bilahnya tertutup lemak yang lalu ia usap dengan lap.

Aku pasti akan terbiasa membunuh manusia jika aku memiliki pikiran yang kuat untuk mengendalikan diri.

Karena kesalahannya tadi malam, dia berpikir untuk membunuh para ksatria. Pada saat itu ia benar-benar beruntung bahwa semuanya berhasil pada akhirnya, tetapi tidak ada jaminan dia akan seberuntung di waktu berikutnya. Bahkan lebih baik dia harus berasumsi kemungkinan berakhir dalam situasi yang jauh lebih sulit. Setelah banyak berpikir, dia kemudian membuat beberapa aturan untuk dirinya sendiri.

1. Jika dia menyimpulkan bahwa seseorang harus dibunuh, maka dia akan melakukannya tanpa ragu-ragu.

2. Diperlukan persiapan yang matang saat memasuki ruangan dengan Stealth. Namun, jangan terlalu siap.

3. Lakukan simulasi rencana. Dia tidak akan menggunakan kata-kata "mainkan dengan telinga".

Di sinilah Skill Stealth-nya berguna - sempurna untuk mengumpulkan informasi tanpa banyak risiko. Bagaimana mungkin dia tidak memanfaatkannya dengan baik?

Lagipula inilah senjata terbaikku ...

“Hmm?!”

Saat itulah ketika Hikaru membunuh Red Horn Rabbit ketiga, dia merasakan sesuatu.

“Ke-ke-kenapa ini?!”

Tubuhnya semakin panas. Dia gemetar dan sangat ingin berlari.

Ini pasti ... sensasi yang sama sejak aku membunuh Mogsrtad.

Perasaan itu menetap selama sekitar 10 detik. Setelah mereda Hikaru membuka Soul Board-nya.

【Soul Board】 Hikaru
Usia: 15 Peringkat: 5
1

“Aku tahu ini. Peringkat jiwaku telah meningkat.”

Dia tidak tahu berapa banyak makhluk hidup yang harus dia bunuh sebelum peringkatnya meningkat. Dari apa yang dia kumpulkan sejauh ini, petualang pemula di usia remaja memiliki peringkat di bawah sepuluh. Mereka yang berusia dua puluhan memiliki peringkat antara sepuluh dan dua puluh lalu orang-orang di usia tiga puluhan memiliki paling banyak dua puluh lima.

Dalam hal ini, peringkat tertinggi yang aku lihat sejauh ini adalah Unken yang mencapai peringkat 51. Aku rasa masuk akalah kalau aku asumsikan semakin tinggi peringkat maka semakin sulitlah untuk meningkatkannya.

“... Jadi, hanya membunuh Red Horn Rabbit juga bisa meningkatkan peringkat, ya? Aku ingin tahu seberapa jauh peringkatku naik dalam dua hari ini ...”

Apa yang harus dilakukan Hikaru dalam dua hari terakhir selain menghasilkan uang adalah mengumpulkan informasi tentang para petualang pengawal dan meningkatkan level. Seseorang bisa mendapat satu poin setiap kali peringkat mereka naik. Tergantung pada bagaimana mereka menggunakannya, bahkan satu poin bisa menunjukkan kekuatan yang cukup besar.

“Aku sudah memutuskan untuk pertama-tama menempatkan poin dalam hal ini.”

Hikaru mengoperasikan Soul Board-nya.

【Physical Strength】
..【Strength】1
..【Weapon Mastery】

“Bagaimana dengan ini?”

Bagi Hikaru, hanya dua Red Horn Rabbit yang ada di karung terlalu berat baginya untuk dibawa. Apalagi jika satunya lagi tidak diambil jeroannya. Tetapi bolak-balik dari guild ke sini hanya untuk membawa satu akan membuang-buang waktu. Jadi satu-satunya keputusan tepat untuk memudahkan ini ialah dengan meningkatkan kekuatan otot.

“…Heh?”

Sekarang Red Horn Rabbit yang tadi dia bunuh menjadi pendek dan bulat, sebesar dua semangka yang disatukan.

Namun dia berhasil mengangkatnya hanya dengan satu tangan.

(TLN: Paham nggak ya? :v, gaya penulisan author mah gini. Kalau ngga paham tolong tulis di kolom komentar)

“Enteng ... Serius nih ...”

Satu poin memberikan banyak perbedaan, ya? Dia ingat Soul Board punyanya si Zernenko yang memiliki 3 poin di Strength saja, sudah Jill sebut dia cukup kuat.

Masuk akal sekarang.

“Si kakek Unken malah punya 9 poin ...”

Dunia macam apa ini?

“Uh, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Aku harus kembali.”

Waktu hampir mendekati siang. Membawa tiga Red Horn Rabbit, Hikaru kembali ke kota.

Penjaga gerbang menghentikannya untuk memeriksa karungnya yang besar.

Penjaga itu terkejut saat melihat isinya. Tapi ketika Hikaru memberitahunya bahwa seseorang mengajarinya cara berburu Rabbit secara efisien, penjaga gerbang merasa puas.

Berbicara tentang itu, Hikaru ingat idenya untuk membawakan hadiah ke penjaga yang membela dirinya. Penjaga itu sangat gembira ketika dia memberinya salah satu Red Horn Rabbit. Dia bilangnya akan membuat sup bersama rekan-rekannya. Rupanya dagingnya sangat lezat dan biasanya cocok dimakan pada  suatu perayaan besar.

Beban satu dari tiga telah dikurangi, tetapi dia masih perlu berburu lebih banyak.

Setelah makan siang di warung makanan, dia membawa karung berisi dua Red Horn Rabbit ke guild.

“Hmm?”

Telinganya menangkap suara anak muda. Dia memalingkan matanya dan melihat sekelompok petualang remaja berkumpul di sekitarnya. Dua laki-laki dan tiga perempuan. Mereka bersenang-senang memindai papan permintaan.

Party, ya? ...... Itu adalah sistem yang pasti tidak cocok untukku.

Akan sulit untuk menggunakan Stealth jika dia berada di sebuah party. Anggota party lainnya tidak akan bisa melihatnya.

Jika aku bereinkarnasi secara berbeda, akankah aku memilih Skill yang berbeda juga?

"Apa-apaan mereka itu?"

“Sepertinya mereka party anak-anak dari pedesaan.”

“He~ dari pedesaan, katamu? Kalau begitu senior harus mengajari mereka sesuatu.”

“Ada lima orang selain dirimu yang memikirkan hal yang sama. Hehehe.”

Beberapa petualang mendekati party anak-anak.

Sepertinya mereka merencanakan sesuatu lagi. Para petualang di tempat ini sungguh mengerikan. Mungkin itu sebabnya Jill terus menolak mereka berulang kali.

Sambil menghela nafas, Hikaru berjalan menuju konter, dengan kata lain ke tempat Gloria berada. Tampaknya Jill sedang tidak bertugas.

“Ara ara. Bukankah ini Hikaru-kun?”

“Tolong panggil kakek Unken. Dan kau sebaiknya awasi anak-anak itu. Mereka mungkin akan menjadi korban permainan para petualang berpengalaman itu.”

“Terima kasih atas sarannya. Itu benar…”

Gloria melirik mereka. Anak-anak dan pria yang lebih tua sedang mengobrol ramah - tapi itu hanya di permukaan.

“Saya akan mengawasi mereka. Un, tentang Unken-san ... ” katanya, mengalihkan perhatiannya ke karung yang dibawa Hikaru di bahunya.

“Orang tua itu secara pribadi menilai nilai Red Horn Rabbit, kan?” Katanya dengan santai.

Hikaru heran kenapa para petualang di sekitarnya jadi berisik.

 Rupanya, Red Horn Rabbit lebih dari yang diperkirakan Hikaru——dengan kata lain, seperti yang dikatakan Jill——tampaknya itu monster yang sangat langka.

Hikaru menghela nafas kecil.

Aku terlalu buru-buru. Aku semestinya tidak membiarkan orang lain mendengarnya. Aku harus lebih berhati-hati lagi.

Ada banyak cara lain untuk berkomunikasi, seperti menulis. Petualang lain tidak akan bisa tahu jika ia menggunakan cara ini.

“Baik. Harap tunggu sebentar ya..”

Nada suaranya tetap seperti biasa, tetapi Hikaru melihat cahaya bersinar di balik matanya. Gadis ini benar-benar harus aku waspadai, pikir Hikaru sambil menghela nafas lagi. Aku pengen istirahat.

Ketika dia bertemu Unken lagi di area pembedahan, pria tua itu masih memasang ekspresi tidak nyaman di wajahnya.

“Aku sudah bilang padamu datanglah malam hari.”

“Kaulah yang ingin menilai Red Horn Rabbit. Apalagi aku pikir ini saat yang tepat untuk belajar cara pembedahan. Tentu saja aku tidak bisa pergi dan datang ke sini di malam hari, kan?”

“Anak-anak memang terlalu banyak bawel. Tapi, tidak masalah. Ayo lakukan sekarang ... Tunggu, kau membawa dua ekor?”

Hikaru mengeluarkan dua Red Horn Rabbit dan meletakkannya di meja kerja.

 Pahlawan Nasional terkejut.

Oi oi ... Kalau mereka sangat langka, maka tulislah dengan benar. Seperti “langka” atau “SSR”... 

(TLN: Mungkin buku yang Hikaru baca? Sekali lagi kalau ada ide silakan tulis di kolom komentar)

Hikaru mau bagaimana lagi tetapi berpikir konflik tidak berguna mungkin terjadi hanya karena petualang tidak memiliki akal sehat. 

Apa yang akan terjadi jika dia membawa tiga ekor? Memberikan satu ke penjaga adalah keputusan yang bijaksana.

“Kuberitahu. Tanduknya pecah.”*

"Wajar itu! Sangat sulit untuk membawa satu yang masih utuh. —— Oh ya, ‘tanduk’ kemarin, rupanya itu sangat bernilai.”

“Oh. Berapa harganya?”

“140.000 gilan.”

“………”

“Bagaimana. Apa kau bingung?”

“Aku tidak bingung.”

(TL: Ini yang ngomong Hikaru)

Dia sangat bingung. Digit nolnya tiba-tiba menjadi banyak. Wajar saja kalau dia bingung.

“Ditambah harga daging dari kemarin dengan total 147.500. 100.000 akan disetorkan ke guild dan kau akan menerima 47.500 uang tunai. Banyak, kan?”

“Tunggu sebentar. Apa maksudmu setoran? Apa aku bisa menarik uang tanpa harus ke sini?”

“Apa, kau bahkan tidak tahu itu?”

Setoran guild ditulis pada Guild Card sebagai informasi tambahan. Rupanya uang dapat ditarik dari cabang mana pun.

Jadi tidak hanya kartu-kartu ini berfungsi sebagai ID, mereka dapat digunakan seperti kartu ATM juga, ya? Ini benar-benar over-teknologi, seperti sesuatu yang akan kau lihat dalam sci-fi.

“Ngomong-ngomong, mereka bilang itu akan dijual dengan harga lebih tinggi kalau di pelelangan. Jadi apa yang akan kau lakukan?”

“Pelelangan ..... Kau akan melakukannya di sini?”

“Di ibukota kerajaan.”

“Jadi tanduk monster ini hanya untuk pameran, ya?”

“Ada kategori yang berbeda, tetapi karya seni adalah yang utama. Bahan monster dijual melalui lelang.”

“Kapan lelang berikutnya?”

“Sepuluh hari dari sekarang, kalau tidak salah.”

“Aku tidak bisa menunggu selama itu. Aku akan menjualnya sekarang dan ingin uangnya segera. Dan aku juga akan menyetor 100.000 ke guild.” 

“Aku mengerti.”

Dia akan diberikan tas berisi koin emas jika dia memilih untuk mengambil 100.000 gilan juga. Hikaru tidak ingin membawa semua beban itu.

Sekarang aku tidak perlu mencari lebih banyak uang lagi. Terima kasih, Red Horn Rabbit....

Setelah itu, Unken mengajari Hikaru cara membedah. Orang tua itu menawarinya pisau pembedah dari guild dengan harga 100 gilan jadi dia mengambilnya.

“... Ya seperti ini.”

“Terima kasih. Ini benar-benar sesuatu yang tidak bisa dipelajari sendiri.”

Hikaru berjalan ke sumur dan mencuci tangannya.

Ada trik untuk membedah yang tidak akan cukup hanya sekadar membaca buku saja. Sekarang dia hanya perlu berlatih beberapa kali lagi. Juga metode yang diajarkan Unken kepadanya hanya berlaku untuk monster seperti Rabbit.

“Masih ada jenis makhluk lain seperti reptil atau burung ... Jadi aku kira ... harus menyerahkan pembedahan kepada orang lain lagi.”


“Ha ha. Kau tidak akan bisa mengatakan itu begitu kau berada di dungeon. Ada kalanya kau harus makan daging monster, bahkan ada kalanya harus membawa pulang bagian-bagian yang diperlukan.”

Dungeon? Ada dungeon di sini?”

“Ada. Ya, hanya ada dua di Kerajaan Ponsonia”

“Dua?!”

“Ada apa, kenapa kau tiba-tiba bersemangat begitu?”

Tentu saja dia akan bersemangat. Fantasi berarti petualangan. Petualangan berarti dungeon!

Aku harus menunggu sebentar sebelum pergi ke sana.

Penyelamatan Lavia adalah yang utama. Dia tidak akan mengalah dari apa yang telah dia putuskan.

“..... Aku ingin bertanya sedikit padamu. Kira-kira monster apa yang tepat untuk kuburu di sini?”

"Aku ingat-ingat dulu …"

Unken menyebut beberapa monster.

“Mengerti. Adakah monster yang harus aku hindari?”

Ini adalah pertanyaan aktual yang ingin dia tanyakan. Detail tentang monster yang tak terlalu berbahaya bisa dilihat di ruang referensi. Tetapi tidak ada informasi yang diberikan pada monster yang lebih berbahaya, sehingga dia kekurangan informasi tentang ini. Tepatnya, di mana nama monster dan karakteristik penampilan yang semestinya tertulis, tidak ada di sana. Dengan kata lain, kosong.

(TL: Setelah saya cek versi Jepang ternyata artinya “perpustakaan” bukan “referensi”. Entah kenapa tlor/editor Inggrisnya nulis referensi. Karena udah terlanjur chapter² sebelumnya dan maknanya masih sama, jadi saya ngikut aja)

“…Kenapa kau ingin tahu?”

Mata Unken menyipit. Pasti Instinct 4-nya bekerja.

(TL: Atribut Instinct di Soul Board Unken, baca lagi chapter 12 kalau lupa)

“Tentu saja, untuk menjauh dari mereka. Karena aku berinisiatif mencari uang untuk sementara dengan berburu, jadi aku mungkin akan pergi jauh ke dalam hutan. Dan sangat penting sekali untuk mengetahui seberapa jauh aku bisa melangkah sebelum menjadi berbahaya.”

“Itu... benar juga”

Jawabannya cukup memuaskannya. Hikaru sudah memperkirakan pertanyaan dan jawaban mana yang dianggap mencurigakan oleh Unken.

“Ada tiga yang harus diwaspadai. Pertama yaitu Green Wolf.”

(TL: Serigala Hijau, sebelumnya saya tulis “Serigala Hijau” sekarang saya ganti)

“Aku sudah mendengarnya dari resepsionis.”

“Oke, jadi bagaimana dengan Rogue Bee?”

“Aku belum tahu.”

Menurut Unken, Rogue Bee adalah lebah seukuran koin. Sayapnya sudah cacat sehingga mereka bergerak dengan melompat dari pohon ke pohon. Mereka biasanya bergerak secara individu (Sendiri-sendiri), tetapi jika mereka melihat seseorang atau sesuatu yang mereka anggap musuh, mereka akan segera memanggil kawan-kawannya.

“Lebah, ya ...”

“Apa mereka masalah besar bagimu?”

Tidak sedikit pun. Alih-alih dia berpikir tentang berapa banyak kesulitan untuk membunuh satu sehingga dia bisa naik peringkat.

“Mereka sangat cepat dan gerakannya tidak seperti monster lainnya. Sulit bagi mata untuk terbiasa dengannya..”

“Oke, jadi apa yang lainnya?”

Forest Barbarian.”

Itu adalah monster yang belum pernah didengarnya.

“Tingginya sekitar tiga meter dan bergerak secara individu atau secara berpasangan. Yah, mereka kadang berpasangan. Mengerikan sekali, bukan? Dan kau tidak akan pernah bisa mendekatinya."

“Seperti apa bentuknya?”

“Mereka memiliki empat lengan dan hanya satu mata. Selain itu, tubuh mereka mirip manusia, tetapi mereka telanjang memperlihatkan semua kulitnya.”

“... Itu menakutkan.”

Inilah contoh sempurna dari monster yang sebenarnya.

Meskipun ada informasi tentang monster sejenis di "ruang referensi", tapi mereka ditulis hanya sebagai "raksasa hijau" dan "penjaga hutan".

“Di mana mereka dapat ditemukan?”

“Jangan pergi terlalu jauh ke dalam hutan. Terutama di kaki gunung. Gunung itu juga mengubah ekosistem. Ada satu tempat kau juga harus waspadai yaitu danau di sebelah timur. Monster berkembang biak di tempat itu.”

“Aku mengerti.”

“Ah, itu saja ... tidak, mungkin ada satu lagi.”

“Mungkin?”

“Baru-baru ini goblin telah ditemukan di dekat kota. Mereka mungkin juga ada di desa. Menjauhlah jika kau melihatnya. Begitu kau menemukan satu, kau mungkin juga akan menemukan tiga ratus.”

Jadi mereka bereproduksi lebih cepat daripada belalang?

Hikaru berterima kasih pada Unken dan meninggalkan tempat itu. Setelah makan siang di warung makan, dia kembali ke hotel.

Sisa uang: 48.710 gilans (+100.000 gilan)

(TLN: Dia jadi beruang uy)

Dua hari lagi sebelum Lavia dipindahkan. Pagi berikutnya, Hikaru memulai kegiatannya lebih awal. Bakul hotdog tidak ada karena suatu alasan entah kenapa sehingga dia mengambil sarapan di tempat lain. Setelah itu, dia membeli dua bungkus makan siang dan meninggalkan kota.

Pertama ke danau di sebelah timur.

Di sanalah yang Unken katakan sebagai tempat Monster berkembang biak. Tanpa ragu-ragu ia pun pergi ke sana.

Dibutuhkan waktu tiga jam dengan berjalan kaki, jadi dia menunggang kuda cepat yang bisa ditunggangi dua orang. Kuda tersebut milik seorang pria paruh baya.

(TL: Mungkin kayak ojek ya, bedanya ini pake kuda)

Kursi dua tempat duduk ditutupi dengan selimut, membuat perjalanan menjadi nyaman.

Perjalanan satu arah memakan waktu tiga puluh menit dan biayanya 100 gilan. Lebih mahal dari yang dia duga. Dia tidak yakin jam berapa dia akan kembali sehingga Hikaru tidak meminta pria itu untuk menjemputnya.

“Jangan pergi jauh ke dalam danau! Sore nanti, aku akan menjemputmu jika kau ada di sekitar. Tapi jangan berharap terlalu banyak! Dan sekali lagi, jangan terlalu dalam!”

Karena di sana ada tempat memancing, tampaknya ada banyak pelanggan yang datang ke danau seperti Hikaru. Seperti kata Unken, mungkin ada monster lebih jauh ke dalam danau. Selain itu, mereka bergerombol.

“Itulah yang aku inginkan.”

Hikaru mengubah kelasnya menjadi Stealth God: Darkness Wanderer dan mengaktifkan semua Skil Stealth miliknya.

“Waktunya naik level.”

Hikaru berjalan menuju danau.

“Targetku adalah Penjaga Hutan.”

Tentu saja, itu adalah pertandingan besar baginya.

Related Posts

Posting Komentar