The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 17 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 17 — Pertemuan di Hutan


Hutan itu terasa jauh lebih dalam daripada hutan tempat Hikaru mencari Tanaman Beracun Bercahaya waktu itu. Di atasnya terdapat atap yang terbuat dari daun tebal, di bawahnya ada mulsa berdaun* yang hampir menutupi semua jengkal tanah.

(TLN: Daun kering yang hampir menyatu dengan tanah atau humus)

Permukaan batang pepohonan penuh dengan lumut dan kabut tipis melayang di udara sana-sini.

Green Wolf. Mereka dapat ditemukan di sini juga, ya ...

Hikaru melihat monster itu dengan lengahnya berjalan santai dan berkeliaran di depan sana. Benar-benar tidak berhati-hati terhadap sekitarnya.

*Chichichi, Phi Phi, Piyaroo~*

Kicauan burung-burung terdengar keras di telinga. Kadang-kadang ia melihat burung-burung terbang dari satu cabang ke cabang lainnya. Green Wolf juga melirik mereka.

“... ?!”

Saat berikutnya, bidang penglihatan Green Wolf menjadi gelap sebelum jatuh dengan bunyi gedebuk.

“Ha…”

Belati tertancap di lehernya, sangat dalam hingga memotong tulang belakangnya dengan satu tusukan. 

Biasanya, itu tidak mungkin untuk menusuknya dengan mudah. Apalagi untuk menusuk ke bagian tersebut, seseorang harus mendekat dulu.

Dikatakan Green Wolf merupakan monster yang sangat tanggap dan bisa merasakan apa pun dalam jarak 200 meter sampai ke ujung-ujungnya seperti lingkaran. Tidak mungkin ia tidak akan melihat manusia tepat di sampingnya.

“…Ini sudah berakhir… ”

Hikaru menghela nafas lagi ketika dia meletakkan telapak tangannya di dadanya.

“Aku tidak menyangka bisa naik peringkat hanya dengan satu pembunuhan.”

Reaksi dari dorongan kenaikan peringkat mengenai Hikaru. Dia memutuskan untuk menyimpan poinnya. Agar rencananya bekerja, dia perlu memiliki tiga poin yang tersedia.

“... Aku tidak bisa membawa pulang dagingnya. Aku minta maaf karena hanya membunuhmu.”

Jika aku pergi dari sini, efek Stealth akan melemah. Aroma darah dan daging Green Wolf kemudian akan menyebar ke hutan, menarik binatang lain dan serangga untuk memakan mayat itu. Hikaru menarik Belati Kekuatannya dan menghapus darahnya lalu menuju lebih dalam ke hutan.

Monsternya lumayan kuat.

Berkat Stealth-nya, dia bisa mendekati dan membunuh tanpa terdeteksi oleh targetnya. Hikaru juga semakin kuat.

Selanjutnya, seusai membunuh dua Green Wolf lagi, peringkatnya semakin naik sampai 7. Itu langkah yang cepat. Sejenak dalam pikirannya ia ingin tahu apa yang dilakukan petualang lain untuk naik peringkat. Kemudian dia juga ingat Unken bilang kalau Green Wolf itu kuat dan dia benar.

Ada juga monster lain seperti Nutria, monster yang lebih kecil dari Red Horn Rabbit dan mirip seperti tikus coklat. Locusta Migratoria, belalang biru yang berukuran sekitar tiga puluh sentimeter. Serta tanaman pemakan manusia yang menyerang dengan meluncurkan serbuk sari.

Mereka tidak terlalu mengancam. Bahkan tanpa Stealth pun Hikaru bisa mengalahkan mereka satu per satu. Namun, mereka cenderung berkelompok.

Monster semacam itu hanya memberikan sedikit exp.

Orang harus banyak membunuh hanya untuk naik peringkat. Masalahnya ialah tak hanya petualang, orang biasa pun tidak bisa mengkonfirmasi kalau peringkat mereka telah meningkat. Bahkan, mereka juga tidak bisa merasakan kalau kekuatan mereka meningkat apalagi mengukurnya.

Itu sebabnya mereka tak punya banyak motivasi untuk naik level.

Hikaru mengabaikan monster kecil itu dan membidik Green Wolf sebanyak mungkin. Monster akan waspada jika area itu dipenuhi dengan bau darah.

Karena Skill Detection-nya masih lemah, dibutuhkan banyak upaya untuk menemukan monster yang bersembunyi.

“…Apa itu tadi?”

Saat itu Matahari berada pada titik tertingginya — sekitar tengah hari. Hikaru yang sedang makan siang yang dibawanya tiba-tiba mendengar seseorang berteriak dari kejauhan.


* *

Paula ingin berteriak bahwa ia telah melihatnya

Paula adalah seorang petualang pemula yang datang dari desa miskin jauh di dalam pegunungan. Bersama teman-teman masa kecilnya dan dua anak laki-laki dari desa tetangga, mereka membentuk sebuah party — sebuah kelompok dengan usia rata-rata tujuh belas tahun.

Dua anak laki-laki tersebut hanya tahu cara mengayunkan pedang mereka. Mereka ingin menjadi pahlawan ... persisnya bukan seperti itu. Mereka sebenarnya bermimpi mendapatkan banyak uang, membeli rumah besar dan menjalani hidup dengan dilayani oleh wanita.

Tiga gadis lainnya memiliki cara berpikir yang berbeda.

Pia adalah putri kepala desa dan seperti yang diharapkan dari seseorang dengan statusnya, dia memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Namun dia adalah tipe yang berfokus pada penampilan luar —memotong rambutnya sampai pendek supaya ia akan terlihat seperti petualang yang sesungguhnya dan bahkan menggunakan bahasa yang lebih kasar.

(TLN: Cewek tomboi)

“Aku akan melindungimu, Paula!” Ucapnya sembari mengibaskan pedang besar dengan kedua tangannya.

Tiap waktu saat mereka masih berada di desa, Pia biasa berkata “Paula-chan, apa yang kita makan malam ini?”

Priscilla adalah pemburu asli yang lahir dari orangtua pemburu. Bukan hal yang aneh baginya untuk pergi berhari-hari di pegunungan. Mungkin karena itu, dia adalah tipe pendiam — seorang gadis dengan sepatah kata. Sebenarnya itu lebih seperti pikirannya ada di tempat lain dan dia selalu memiliki ekspresi kosong di wajahnya.

Namun dia memiliki payudara besar untuk sedikitnya. Dan karena itu, pria tidak dapat mengalihkan pandangan padanya.

Paula benar-benar berbeda dari empat lainnya.

Dia dilahirkan dan dibesarkan di gereja. Meskipun itu adalah sebuah gereja pedesaan, etiket yang tepat dipalu ke kepalanya. Karena itu dia terlihat rapi dan bersih — baik penampilan maupun pakaiannya.

——Tetap tenang.
——Kalau aku terluka, Paula pasti akan menyembuhkanku.

Begitulah cara dia dilihat oleh orang-orang di sekitarnya. Benar, Paula bisa menggunakan sihir penyembuhan. Banyak orang yang bekerja di gereja selama bertahun-tahun memperoleh kemampuan ini, tetapi dalam kasus Paula, dia mengembangkan kekuatannya lebih awal.

Itu sebabnya Pia mengundangnya untuk menjadi seorang petualang. Desa mereka berada di ambang krisis. Singkatnya, mereka tidak punya uang.

“Aku yakin orang tua kita akan sangat senang kalau kita mengirim banyak uang ke desa!” Adalah apa yang selalu dia besar-besarkan. Tetapi Paula sadar diri kalau dia menangis sendiri di kasurnya setiap malam, bergumam “Aku ingin pulang.”

Seharusnya kita sudah pulang! Paula menjerit dalam batinnya. Siapa juga yang tidak ingin berteriak dalam situasi yang mereka alami?

“Mereka tak ada habisnya tak peduli seberapa banyak kita membunuhnya!! Sebenarnya apa yang terjadi di sini?!”

“Tidak ada celah!! Goblin terus berdatangan!”

“Goblin sialan bagaimana bisa mereka sedisiplin ini?!”

“Nah, beginikan jadinya goblok!!”

“Padahal Gloria-chan sudah memperingatkan kita!”

“Bodo amat!”

Mereka terkepung oleh seratus goblin. "100" adalah jumlah yang ditegaskan oleh Paula sendiri, dan faktanya lebih dari itu. 

Dengan kata lain, ada terlalu banyak dari mereka sehingga dia tidak bisa memberikan angka pastinya. Itu adalah hutan yang dalam. Empat petualang veteran mendekati mereka kemarin, memberi tahu mereka tentang beberapa tanaman langka yang dapat ditemukan di hutan dan bahwa mereka dapat menghasilkan banyak uang.

Dua anak laki-laki itu langsung menerima gagasan mereka dan begitu juga Pia berkata, “Baiklah, kurasa.” Mereka menginginkan uang dan sebagian besar anggota partynya juga sepakat. Pia dan yang lainnya senang ketika para veteran mengatakan itu adalah tugas mereka untuk membimbing para petualang yang menjanjikan. Hanya Paula 'lah yang mengerti kalau itu adalah sanjungan yang transparan. Pikiran Priscilla ada di tempat lain.

Mungkin tubuh kita yang mereka inginkan ... Adalah apa yang Paula satu-satunya pertimbangkan kemungkinan ini.

Namun, sebelum mereka meninggalkan guild, para veteran dipanggil oleh resepsionis dan "memperingatkan" mereka. Mungkin karena itu, mereka menahan diri untuk tidak menyentuh gadis-gadis itu secara terang-terangan. Namun, mereka tidak bisa mengalihkan pandangan dari payudara Priscilla yang memantul.

(TLN: Sfx boing boing (●´ϖ`●) )

Sebelum berangkat, mereka mengadakan pertemuan di bar sambil makan malam. Karena terlalu banyak minum, matahari sudah tinggi pada saat mereka pergi.

Mereka entah bagaimana berhasil tiba di hutan sebelum tengah hari. Semuanya baik-baik saja sampai saat itu.

Para veteran berusaha keras untuk menarik perhatian para gadis, memamerkan keterampilan pedang dan mantra menembak mereka. Mereka berhasil membunuh sepuluh monster kecil. Tapi wajah Priscilla perlahan berubah suram. Itu tidak biasa baginya untuk memiliki ekspresi selain ekspresi kosong.

——Ini buruk. Paula.
——Apa maksudmu?
——Terlalu banyak kebisingan akan menarik monster yang lebih besar.

Mendengar pertukaran mereka, seorang petualang veteran tertawa.

——Tidak ada monster besar di hutan ini. Kalau ada pun aku akan melindungimu!

Dia benar. Tidak ada monster besar di hutan. Itu sebabnya para veteran mampu mengalahkan monster dengan mudah. Tak mau kalah, Pia dan yang lainnya juga ikut-ikutan membantai monster.

Kalau dia berkata begitu, kurasa kita akan baik-baik saja, pikir Paula. Namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan buruk di dadanya. Dia selalu memiliki naluri yang tajam. Beberapa kali Paula berusaha diam-diam memberi tahu Pia bahwa mereka harus kembali, tetapi setiap kali dia melakukannya, Pia hanya berkata “Aku akan melindungimu, Paula!”

Firasatnya benar. Tidak ada monster besar — tetapi yang ada hanyalah monster-monster kecil. Goblin. Namun, monster tersebut dikatakan “Menemukan satu sama dengan menemukan tiga ratus”.

“Guaahh?!”

Salah satu dari mereka menerima panah di bahunya.

“Busur dan panah?! Dasar goblin bangsat!”

Goblin adalah monster yang tingginya kurang dari seratus sentimeter, dengan kepala besar. Meskipun ukuran kepalanya besar, mereka bukanlah monster cerdas. Warna kulit mereka mirip dengan manusia, hanya sedikit agak kekuningan.

Meskipun mudah untuk dikalahkan satu lawan satu, mereka adalah kelompok yang merepotkan saat bergerombolan.

“Guh... oi oi oi, menggunakan busur dan anak panah jelas gerombolan ini merupakan keluarga goblin!”

Keluarga goblin? Apa itu? Paula berpikir.

“Itu artinya ada goblin besar yang merupakan pemimpin di antara mereka ...”

“Bisakah kita membunuhnya?”

“Tentu saja tidak mungkin! Kami saja sudah kesulitan hanya berurusan dengan semua bajingan kecil ini!”

Para veteran gempar. Tampaknya para Goblin ini adalah berita buruk. Ada seorang bos di antara mereka dan itu adalah sesuatu yang bahkan tidak bisa veteran tangani.

“?!”

Para veteran mengalihkan perhatiannya ke Paula. Dia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan di mata mereka. Bukan tatapan mesum ataupun permusuhan, melainkan seperti sedang melihat "alat".

“Nona muda, kau tahu apa yang diinginkan para Goblin?”

“Eh ... ya, tidak, aku tidak tahu.”

Seorang veteran mendekat sambil berkata. Teman sebaya yang mengatakan mereka akan melindungi Paula sedang bertarung di garis depan.

“Berkembang Biak.”

“…. Berkembang Biak?“

Dia tidak langsung mengerti arti kata itu.

“Mereka akan menangkap seorang gadis manusia dan membuatnya melahirkan anak. Dengan kata lain, mereka mengejarmu, bukan kami.”

“Heh— ”

Rasa dingin merambat di punggungnya. Darahnya bagaikan telah mengering dari kepala yang membuatnya tidak bisa berpikir dengan benar. Tujuan Goblin adalah aku??

Mereka tidak akan membunuhku, tetapi ingin memperkosaku?

“Kau mengerti, kan?”

“Tidak…”

“Kalau kami melemparmu ke sana, mungkin kami bisa selamat. Ngerti, kan?”

“Tidaaaaaaak!!!”

Para pria meraih lengannya.

“Paula!”

Priscilla yang sedang menembakkan panah berlari ke arahnya. Namun, seorang petualang veteran lain menghentikannya.

“TIDAK, TIDAK, TIDAAAAAAAK!!”

“Dengan begini kau bisa menyelamatkan hidup semua orang! Ini peran penyembuh, kan?!”

Meraih dari kedua sisi, mereka menyeretnya dengan paksa. Tampaknya Pia memperhatikan ada sesuatu yang terjadi, tetapi petualang veteran yang lain mencoba menyembunyikannya. Dua bocah itu idiot. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi.

“Oke, pergilah!!”

Kedua lengannya ditarik, Paula terhuyung ke depan. Sepuluh meter di depannya, ada sekelompok goblin ngiler. Mereka tampak primitif dengan pisau berkarat, tongkat kayu, dan batu.

Setelah menendang punggungnya, Paula jatuh sekitar tiga meter jauhnya.

“Ah…”

Para Goblin terkejut sesaat, tetapi segera memahami apa yang "diberikan" kepada mereka dan berlari. Melalui mata Paula yang penuh air mata, para Goblin tampak bergerak dengan gerakan lambat.

Aku seharusnya tidak datang ke sini.
Tapi itu sudah terlambat. Dia seharusnya tidak menjadi petualang sejak awal. Dapat dikatakan bahwa ia terbujuk oleh ajakan temannya, tetapi pada akhirnya dia sendirilah yang membuat keputusan.

Paula tumbuh di gereja. Tidak seperti anggota party lainnya, dia memiliki banyak kesempatan untuk membaca buku — tidak hanya tulisan suci atau buku pegangan, tetapi juga novel roman. Hanya segelintir orang yang bisa membaca di desa, jadi setiap buku disimpan di gereja.

Paula tergila-gila dengan kisah-kisah romantis ini. Dia berharap jika dia meninggalkan desa dan pergi ke kota besar, dia akan menemukan anak laki-laki yang tampan. Ditakdirkan untuk bertemu, mereka akan jatuh cinta. Bukan satu atau dua malam ketika dia tidak bisa tidur karena khayalan ini. Dia bahkan juga menulis novel hasil delusinya, dengan Polaria sebagai karakter utamanya, jelas dinamai menurut namanya.

Aku benar-benar bodoh ... Aku sangat bodoh karena percaya dengan khayalan bodoh ini ...

Tidak ada satu buku pun yang memberitahunya tentang kisah di mana gadis itu akhirnya diperkosa oleh goblin. Dia lebih baik mati daripada menderita nasib mengerikan di tangan monster-monster ini. Satu-satunya penyesalannya adalah novelnya masih di gereja. Dia tidak bisa membuangnya setelah usaha yang dia lakukan untuk menulisnya. Seharusnya aku membakarnya dan mengubur abunya ke tanah.

“—”

Dia menutup matanya bersamaan dengan goblin yang mulai mencoba menukik kearahnya.

“………?”

Masih gemetar, Paula memaksa pikirannya untuk berpikir. Are? Goblinnya belum datang?

“…Cepatlah berdiri.”

“Eh?”

Bingung, dia buru-buru membuka matanya. Seorang anak laki-laki berambut hitam dengan mata yang sama-sama hitam dan mengenakan jubah hitam berdiri di sana. Dia mengeluarkan belati yang menembus bagian belakang kepala goblin.

Dia muncul entah dari mana. Paula tidak tahu dari mana asalnya. Bahkan si Goblin  pun terpana.

Dia benar-benar nyata…

Ada satu hal yang Paula tahu.

Pertemuan yang ditakdirkan!
* *

Astaga, hampir saja, pikir Hikaru. Rupanya dia berperan sebagai garda belakang jika dilihat dari penampilannya. Senjata satu-satunya adalah belati yang mirip dengan milik Hikaru.

Terlambat beberapa detik saja, gadis itu akan terluka. Terlambat beberapa menit, dia akan mati atau bahkan lebih buruk lagi.

“………”

“Menjauhlah. Kau hanya menghambatku.”

“………”

“Oi, kau dengar tidak?”

“... Anak laki-laki yang tampan.”

(TL: Bishonen >_< )

“Hah?”

“Aku akan memilikimu~.....—uube!”

(TLN: Dalam versi jp gadis ini menggunakan kata “itadakimasu”, seperti ingin menikmati atau melahap sesuatu, yah mungkin agak ngeres pikiran ni ceue XD)

Hikaru menempatkan pentungan ke kepala gadis yang akan segera melompat ke arahnya.

“A-a-ada apa kau ini?!”

“Aaah~ ... Camilan anak laki-laki tampan...”

Hikaru langsung cepat menyadari bahwa gadis ini berbahaya. Dan dia baru saja menyelamatkannya.

Berguling dan gemetar, dia menatapnya dengan seringai di wajahnya. Hikaru merasakan bahaya yang mendustakan penampilannya yang rapi dan seperti biarawati.

“K-Kau benar-benar tolol! Kenapa kau malah mengganggu, bocah?!” Teriak seorang petualang.

“…Mengganggu?”

“Dengan mengorbankan seorang gadis, kita semua bisa lolos! Lawan kita itu goblin, kau tahu!!”

“Ah, aku mengerti. Jadi seperti itu ya. Aku bertanya-tanya kenapa kau menendangnya tadi. Kau ingin menggunakannya sebagai umpan supaya kau bisa melarikan diri, begitu?”

“--Dan apa yang salah dengan itu”
Petualang itu menjawab dengan menantang, meskipun bingung.

“Apa?! Apa aku salah dengar?! Beraninya kau melakukan itu pada Paula!” Kata Pia.

“... tidak bisa dimaafkan!” Priscilla bergumam.

“Apa?”

“Apa yang sedang terjadi?”

Kedua gadis itu tampaknya memahami situasinya, sementara dua bocah laki-laki itu sama sekali tidak tahu apa-apa. Petualang yang lebih tua lainnya tampaknya juga ikut dalam rencana itu.

Ini party muda yang kulihat di guild kemarin. Aku tahu sesuatu seperti ini akan terjadi.

Jauh di dalam hati, Hikaru merasa jijik.
Menggunakan mereka sebagai umpan masih lebih baik daripada menipu mereka untuk dijual kepada penculik, tetapi sejauh aksi jahat mereka, itu terendah kedua.

(TLN: Enggak tahu maksudnya apa :D)

“Kalau begitu, apa yang kau ingin kami lakukan, haa?! Kami menghadapi ratusan goblin!!”

“Mereka akan segera mundur.” Ujar Hikaru berkata sambil menghela napas

“Apa?”

“Lihatlah.”

Tiba-tiba suara aneh seruling bergema entah dari mana. Mendengar ini, para goblin saling memandang dan terpencar ke segala arah. Seperti yang dikatakan Hikaru.

“A-A-A-Apa ...?”

“Lebih baik cepat pergi. Di sini berbahaya.”

“! Benar kata dia! Ayo pergi!”

Gadis yang membawa pedang besar itu hampir tidak menyelesaikan kata-katanya sebelum empat petualang yang lebih tua mulai berlari diikuti dua anak laki-laki di belakang mereka. Satu-satunya yang tersisa adalah gadis dengan pedang, satu lagi dengan busur, dan yang satunya lagi di kakinya menggosok pipinya dengan gembira.

“…Terima kasih. Kamu menyelamatkan kami.”

“Tidak masalah. Yang lebih penting cepat bawa dia dan pergi.”

“Kamu tidak melarikan diri juga?”
Hikaru mengangkat bahu.

“... Kamu benar-benar kuat.”

“Berhati-hatilah terhadap orang-orang itu dalam perjalanan pulang. Mereka mungkin akan membahayakanmu.”

“Eh?”

“Mereka mencoba menggunakan temanmu sebagai umpan. Kalau kejadian ini sampai tersebar, mereka akan kehilangan pekerjaan. Tapi itu hanya kalau kalian memberi tahu orang lain tentang itu.”

“…Apa maksudmu?”

“Tutup mulut.” Gadis busur berkata kepada gadis pedang besar.

“Apaaaa?!”

“Benar. Orang-orang itu ... Aku tidak benar-benar tahu apa yang akan mereka lakukan ketika terpojok.”

“... Dua anggota kami yang lain lari. Karena mereka bodoh mungkin mereka tertipu.”

“Temanmu?”

“Yah kurang tepat kalau disebut teman ... Lebih seperti anak laki-laki dari desa tetangga, kurasa.”

“Kau bisa mengejar mereka atau membiarkan begitu saja. Lagipula aku tak terlalu peduli.”

“A-ano!” Kata gadis berbahaya di sampingnya, mengangkat suaranya.

“N-Nama saya Paula! Paula Nohra! Tolong beri tahu saya nama tuan!”

“... Hikaru.”

Paula yang sepertinya sudah gila berdiri. Untuk saat ini, sepertinya dia dapat berbicara secara normal.

“Hikaru-sama, saya punya permintaan. Apakah Anda akan berbaik hati membawa kami ke danau?”

“Ya. Kami juga ingin meminta itu kepadamu. Benarkan, Priscilla?”

“Ya.”

Hikaru menghela nafas. Dia punya perasaan bahwa mereka akan mengatakan itu. Dia tidak nyaman meninggalkan mereka. Parahnya lagi, dia akan merasa tak enak jika mereka mati dalam suatu kecelakaan tepat setelah dia menyelamatkan mereka. Tetapi jika Hikaru mengawal mereka, dia tidak akan bisa menggunakan Skill-nya.

“…Baiklah. Aku akan mengawasi kalian dari kejauhan, jadi berjalanlah dengan kecepatan kalian sendiri.”

“Apakah tuan tidak ikut dengan kami ...?“ Paula bertanya dengan mata berkaca-kaca, tangannya tergenggam.

Matanya sedikit tersembunyi di balik rambutnya yang kehijauan. Dia memang gadis yang rapi, tapi ...

“Aku bilang aku akan mengawasi dari kejauhan. Dan ... sudah terlambat untuk bertindak tidak bersalah.”

“Uh ...”

“Dia benar, Paula. Kami belum bilang apa-apa sebelumnya, tetapi Priscilla dan aku sama-sama tahu kalau kamu itu agak aneh.”

“Ee…?”

“Misalnya, novel yang diam-diam sedang kamu tulis ...”

“Eeeeeeeeeeee!”

Paula menjerit seperti ayam yang dicekik sampai mati sebelum pingsan. Hikaru menjauh, menyerahkan gadis itu ke gadis pedang besar, Pia, untuk menjaga Paula, dan bergerak lebih jauh. Jaraknya hanya sekitar tiga puluh meter. Gadis-gadis tidak akan melihatnya begitu dia mengaktifkan Stealth-nya dari jarak itu.

Keadaan yang tidak terduga telah terjadi, tetapi tidak ada masalah karena peringkatku naik lebih cepat dari yang diharapkan

Pangkat Hikaru sudah di 12. Ada alasan untuk ini.

Dia naik ke peringkat 9 setelah berkeliling memburu Green Wolf. Saat itulah pertempuran pecah. Pada awalnya, Hikaru berpikir untuk pergi langsung ke tempat Paula dan yang lainnya, tetapi ada lebih dari seratus goblin di jalan. Itu skenario terburuk baginya. Dia bisa membunuh satu lawan satu tanpa mereka sadari sama sekali, tetapi goblin bergerak dalam kelompok sehingga Stealth-nya tidak berguna. Akan sulit untuk membunuh seratus Goblin tanpa terlihat sekali pun. Mencoba sesuatu yang baru sebelum latihan dulu juga bukan pilihan. Mungkin dengan Skill Snipe dia bisa melakukan sesuatu, tetapi dia tidak membawa busur atau panah.

Namun, keberuntungan tersenyum pada Hikaru. Pemimpin Goblin muncul. Bertubuh lebih dari dua kali ketinggian Goblin lain — lebih dari dua meter. Di sisinya ada seorang Goblin yang memegang tanduk yang tampak seperti pembawa pesan pemimpin.

Jika mereka berkelompok, membunuh bos mungkin akan menyebabkan kekacauan.

Hikaru mendekati Bos dari belakang. Dengan makhluk yang sama sekali tidak menyadarinya, dia menusukkan Belati Kekuatannya ke punggungnya.

Bos mengenakan chainmail* yang sedikit membuatnya takut, tapi mungkin karena efek Assassination, atau karena dia menaruh satu poin pada Strength, dia berhasil membunuh makhluk itu dengan belati.

(TLN: Zirah rantai)

Apa yang terjadi selanjutnya mengejutkan.

Gatal yang tak tertahankan menyerang seluruh tubuhnya. Dia merasakan bagian inti tubuhnya terbakar.

Berusaha sekuat tenaga, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang. Dia tahu bahwa itu adalah efek dari peringkatnya naik. Tetapi itu pertama kalinya efek terasa begitu kuat. Satu Bos Goblin membuatnya naik tiga peringkat.

Karena itu, para Goblin lain memperhatikannya, tetapi mereka tampak takut padanya setelah membunuh pemimpin mereka. Begitu efek naik peringkat mereda, dia meninggalkan tempat dengan seringai.

Dari belakang terdengar suara peluit yang terbuat dari tanduk. Terdengar baik untuk menyampaikan pesan kematian Bos, atau untuk mundur. Bagaimanapun, kelompok itu akan segera runtuh. Tetapi jika ada manusia mati sebelum itu terjadi, semua upayanya akan sia-sia. Dengan enggan, Hikaru menaruh satu poin dalam Power Burst-nya.

Kecepatan berlarinya meningkat pesat. Hikaru mempunyai teman sekelas SMA yang berpartisipasi dalam acara lomba lari dalam turnamen antar nasional. Dia pikir dia bisa mengalahkan orang itu sekarang. Namun itu memang mengonsumsi banyak stamina. Dengan cara ini, dia berhasil menyelamatkan Paula dan para gadis.

Sekarang aku masih memiliki sisa enam poin. Aku memerlukan setidaknya tiga poin untuk rencana besok ...

Dia berpikir sejenak.

Aku harus bisa menyisakan poin, itulah yang dia putuskan.

Segera Hikaru dan para gadis mencapai danau. Dia melihat gadis-gadis di jalan dan berusaha yang terbaik untuk mengabaikan tatapan Paula yang panas. Ada banyak penjual keliling melewati jalan sehingga hanya ada sedikit peluang mereka diserang.

“Oke. Waktunya untuk kembali berburu monster.”

Malam itu, ia bisa pulang dengan menunggang kuda setelah bertemu dengan pria paruh baya tampan yang waktu itu memberinya tumpangan ke danau.

“Ada apa? Apa kau dapat tangkapan bagus? Atau mungkin pengumpulan bahan bagus?” tanya pria itu.

“Aku tidak dapat apa-apa.” Jawab Hikaru.

“N? Tapi sepertinya kau sedang dalam suasana hati yang baik.”

Dalam hal suasana hati dia benar. 

Hikaru merasa senang. Dia membunuh lebih dari tiga puluh monster; setengahnya Green Wolf. Terlepas dari Bos Goblin dan goblin biasa yang ia bunuh ketika menyelamatkan Paula, dia berkeliling membunuh yang goblin yang kabur juga satu demi satu. Saat matahari terbenam dan matahari mulai gelap, dia akhirnya bertemu dengan Penjaga Hutan—Forest Barbarian.

“Sesuatu yang baik terjadi, itu saja.”

Hanya satu serangan yang dibutuhkan. Hikaru membunuh Forest Barbarian dalam satu serangan dengan kombo Stealth dan Assassination-nya. Dia naik dua peringkat dari pembunuhan itu.

“Begitukah? Baiklah kalau begitu. Ayo berangkat.”

“Baik. Aku juga ingin kembali sesegera mungkin untuk membersihkan semua kotoran.”

Kuda itu berlari kencang melewati padang rumput yang bersinar oleh senja. Pada hari itu, peringkat jiwa Hikaru telah meningkat menjadi 16.

Related Posts

Posting Komentar