The Undetectable Strongest Job: Rule Breaker - Chapter 18 Bahasa Indonesia

Posting Komentar
Chapter 18 — Informasi Terakhir

Sementara dia membunuh banyak monster, Hikaru tidak membawa material apa pun karena tidak ingin menarik perhatian yang tidak perlu. Lagipula dia tidak membutuhkan uang. Prioritasnya ialah untuk tetap rendah hati ... atau setidaknya itulah rencananya.

“Hikaru-sama!”

Itu suara Paula yang menunggu Hikaru ketika para penjaga di gerbang menyuruhnya pergi ke guild petualang. Hari itu sudah gelap dan guild seharusnya sudah tutup, tapi Jill masih di belakang meja. Wajahnya langsung menyala begitu dia melihat Hikaru. Namun, dengan cepat berubah cemberut saat dia menyaksikan Paula berlari ke arahnya.

“…Apa?”

Hikaru menjawab singkat. Tapi Paula sepertinya tidak keberatan.

“Selamat datang kembali. Saya ingin melihatmu, Hikaru-sama, jadi saya menunggu di sini.”

“... Tidak mungkin guild masih buka selarut ini. Apa yang terjadi?”

“Aku kagum kamu sangat bersemangat.” Kata Pia heran dengan perilaku Paula. 

“Sebenarnya, saya ingin Anda memberikan kesaksian ...”

“Kesaksian? Tentang apa yang dilakukan para petualang itu?”

“Tidak. Kalau soal itu mereka sudah mendapatkannya. Hanya saja guild harus mendengar sisi cerita dari pihak lain dulu sebelum membuat keputusan.”

“Aku mengerti ... jadi ini tentang Goblin?”

“Ya, Guild ingin tahu lebih banyak tentang mereka.” Kata Jill, memotong pembicaraan. “Jadi, kamu bisa memberi tahuku tentang mereka, kan?”

“Y-Ya ... Kalau itu sih tak masalah. Tapi apa ini?”

Jill mencengkeram lengannya dengan erat dan menyeretnya keluar.

“Aku lapar.”

“Begitu?”

“Aku menghabiskan waktu ini hanya untuk menunggumu kembali sehingga aku bisa meminta informasi penting tentang wabah besar Goblin, dan gara-gara inilah aku sekarang jadi lapar.”

“………”

“Aku tahu tempat yang menyajikan pasta yang enak.”


“Tunggu dulu. Jangan-jangan kau mau aku yang bayar lagi?”

“Hh-hei! Apa maksudmu?! Anda ingin memeras Hikaru-sama?!” Sela Paula.

“Ara? Bukankah menyenangkan ngobrol-ngobrol sambil makan?”

Dengan Lavia dibawa besok, sekarang bukan saatnya untuk makan malam bersama Jill. Tapi makan malam — lebih tepatnya ngobrol-ngobrol — dengannya penting untuk rencana besok.

“....Baiklah baiklah. Aku juga ingin menanyakan sesuatu padamu. Tapi apa boleh membiarkan guild tetap terbuka?”

“Unken-san masih di dalam. Waktu itu aku sudah bilang, kan? Tentang submaster dan resepsionis yang sedang dalam perjalanan bisnis ke ibukota? Nah, mereka akan kembali malam ini dan dia menunggunya di sini.”

“Hmm ... Begitu.”

Ada sesuatu yang dipikirkan Hikaru tentang masalah ini, tetapi untuk sekarang ia tidak peduli.

“Bagaimana dengan ketiganya?” Hikaru bertanya.

Paula, Pia, dan Priscilla mengikuti mereka di luar.

“... Kurasa mereka bisa ikut. Lagipula aku ingin mendengar lebih banyak tentang Goblin. Tentu saja dengan Hikaru-kun dulu.”

“Kau ingin aku membayar makanan mereka juga?”

“Aku yakin mereka bisa membayar sendiri.”

“Bagaimana bisa ...”

Tapi mereka terlihat seperti tak punya banyak uang.

Hikaru mengira tempat di mana Jill pergi ke tempat mereka menyajikan pai untuk lebih dari seratus gilan masing-masing akan terlalu mahal untuk para gadis.

Jill membawa mereka ke gang belakang di mana tidak ada yang akan pergi kecuali mereka punya alasan untuk melakukannya. Mereka tiba di sebuah restoran pasta yang terletak di antara rumah-rumah yang disebut “Pasta Magic”.

Namanya terlihat mengerikan ...

Hikaru membuka pintu, dan seperti yang ditunjukkan oleh penampilan luar, bagian dalamnya kecil dengan hanya dua kursi kotak dan sebuah konter.

“Yo, Jill-chan.”

Seorang penjaga toko seperti beruang sedang memasak di belakang meja, mengangkat tangannya ke Jill. Jill tampaknya telah membuat janji karena mereka dituntun ke tempat duduk mereka yang hanya pas untuk empat orang, jadi sebuah kursi ditambahkan untuk Priscilla yang kebingungan. Dia duduk dengan ekspresi kosong. Hikaru berusaha mati-matian untuk tidak melirik payudaranya yang bergoyang saat dia duduk. Jill duduk di sebelah Hikaru sementara Paula duduk di seberangnya.

Pia mengambil kursi terakhir yang masih kosong. Tangannya gemetar saat dia memegang menu.

“Mahal! Terlalu mahal! Kami tidak sanggup membayar ini!”

· Daging Sapi Rebus dan Pasta Rumput Merah - 210 gilan

· Pasta Minyak Seafood - 160 gilan

· Item Baru Pasta Saus Hijau Red Horn Rabbit - 590 gilan

Bahkan Hikaru hampir bersiul melihat harganya. Red Horn Rabbit sangat konyol.

“Manajer, orang ini adalah Hikaru-kun.” Jill mengatakan kepada manajer yang secara pribadi datang untuk menerima pesanan mereka.

“Ohh ... dia benar - benar kecil.”

“Aku yakin semua orang juga lebih kecil darimu.” Hikaru bergumam pelan ketika dia memandangi manajer yang tingginya hampir dua meter. AKU TIDAK KECIL!! Itulah yang ia pikirkan.

Ada alasan mengapa manajer datang sendiri.

“Begitu, begitu. Kau seorang penyelamat. Belum ada stok Red Horn Rabbit belakangan ini. Kenaikan harga tiba-tiba adalah satu hal, tetapi tak ada yang bisa kami lakukan kalau kami tidak punya stok. Lalu tiba-tiba, aku menerima kabar bahwa ada stok sekarang. Hari ini juga. Aku bertanya sekitar apa yang sedang terjadi dan ternyata seorang petualang pemula memburu rabbit. Aku meminta Jill-chan untuk membawamu ke sini supaya aku bisa membiarkanmu makan sepuas hati.”

Jadi Jill membawaku ke sini karena itu.

“Begitu ya, tadinya aku penasaran tentang toko apa yang akan Jill tunjukkan padaku.”

“Bagaimana kalau kau jual langsung padaku? Tentu aku akan membayarnya langsung dengan harga tinggi.”

"Tu, tunggu manager! Anda tidak bisa melakukan itu! Jika Anda lakukan, guild akan akan dikalahkan oleh perusahaan grosir daging!” Kata Jill dengan panik.

 “Ahahaha! Aku hanya bercanda. Hei nak, aku sebenarnya ingin jeroan Red Horn Rabbit. Tidak apa-apa, kan Jill??”

Semangatnya sebagai juru masak mulai menyala, matanya menyala terang.

“Kau baru saja membuangnya, kan? Tolong bawa pulang lain kali. Aku ingin membuat masakan dari itu. Jeroan samacam itu tidak ada di pasar jadi aku akan membelinya secara langsung darimu. Bagaimana dengan itu, Nak?”

“...Hikaru.”

“Apa?”

“Kau serius menyebut mitra bisnis sebagai ‘anak kecil’?” Kata Hikaru sambil menatap manajer.

(TLN: Karena dia dipanggil “Nak”)

Wajah manajer juga berubah serius.

“... Itu benar. Maaf, Hikaru. Aku menyukaimu*. Makan semua yang kau inginkan malam ini secara gratis! Sebagai gantinya, harap pertimbangkan permintaanku. Oh, dan Jill. Aku memang bilang ‘gratis’, tapi tidak termasuk minuman keras. Kau harus membayarnya sendiri.”

(TLN: What the fuck!! GAY? :v) 

“Ugh...”

Wajah Jill bersinar setelah mendengar bahwa makanannya gratis - meski sepertinya dia sudah berharap lebih - tetapi dia dengan cepat kecewa setelah mendengar bahwa alkoholnya tidak gratis.

Hikaru memandang Jill dari samping.

“………”

“A-aku masih tahu ukuran karena itu aku tidak akan minum banyak!”

“………”

“Hikaru-kun, tolong jangan tatap aku dengan mata dingin itu!”

Memang berapa banyak biasanya dia minum? Pikir Hikaru dengan heran.

Gadis-gadis lain hanya duduk di sana dengan tercengang, mulutnya pun menganga.

“... Iya begitulah. Makanannya gratis untuk semuanya. Tapi untuk minumannya tidak, mengerti?” (Hikaru)

“Benarkah?”

“Matamu terlalu silau, Pia. Hikaru jadi kaget loh.”

“Kamu juga ngiler kayak orang gila, Priscilla!”

Pia dan Priscilla sangat gembira karena berkat mendadak “makanan gratis” yang tiba-tiba mendarat. Hanya Paula yang tampak menyesal.

“Saya minta maaf karena ternyata hasilnya jadi seperti ini, Hikaru-sama.”

“Aku juga tidak tahu jadinya seperti ini. Dan haruskah kau gunakan ‘sama’? Aku mungkin lebih muda darimu.”

"Oh, begitukah ... Jika tuan berkata begitu"

“Kenapa kau malah membuat lebih parah?”

“Karena saya-saya milikmu ... Bu-budak malammu!”

(TLN: Dia manggil Hikaru goshujin-sama, panggilan yang biasa digunakan untuk orang pada majikannya atau budak ke majikan dan tingkatannya lebih tinggi daripada -sama)

“Jangan paksakan diri kalau kau tidak bisa mengatakannya dengan wajah lurus. Dan jangan bicara seperti itu mulai sekarang, oke? Aku serius.”

Dengan percakapan itu mereka mulai makan.

“Jadi Hikaru-kun, bagaimana kamu bisa menyingkirkan para goblin itu?” (Jill)

Pia dan Priscilla diam-diam terus makan segera setelah makanan disajikan. Ada sedikit perbedaan dalam gaya bicara di antara mereka. Meski kurang sopan* tetapi dia memiliki tata krama yang baik saat makan. Semua pastanya sangat lezat. Itu adalah pertama kalinya Hikaru memakan pasta di dunia ini - selain yakisoba - dan dia pikir rasanya enak. Rasa minyak dan rempah-rempah terus berdatangan, tetapi ada sesuatu yang hilang.

(TLN: Mungkin ini ditujukan pada Pia, karena gaya bicaranya memang agak kasar)

Oh, tidak ada bawang putih, pikir Hikaru.

“Aku mendengarnya dari Unken-san kalau mungkin ada Goblin di daerah itu.”

“Kalaupun aku tahu, bahkan aku sendiri masih tidak tahu cara mengusir kawanan Goblin.” (Jill??)

“Mungkin berhasil hanya karena itu Hikaru-sama.”

“Diamlah dulu, Paula. Atau ceritanya akan berhenti karenamu.”

Jill menekan Paula untuk berhenti dengan tersenyum.

“... Tampaknya para Goblin yang berkumpul bersama disebut Keluarga Goblin. Kawanan itu diatur dengan baik karena memiliki sistem komando yang berpusat pada bos.”

“Itu benar. Aku terkejut kamu tahu baik. Apa Unken-san memberitahumu juga?” 

“Tidak, aku membacanya di buku panduan lapangan di ruang referensi.”

“Panduan lapangan di ruang referensi ... Buku tua dan tebal itu, ya? Aku terkesan kamu benar-benar membacanya.”

“Wajar sajalah kalau aku membacanya. Ada fakta di mana kekurangan informasi akan menentukan apakah kau hidup atau mati.”

Jill menutup mulutnya. Sebuah pikiran terlintas di hatinya. Jill selalu menganggap Hikaru sebagai anak yang beruntung. Tapi bukankah ini berbeda? Anak muda ini tidak memiliki kemampuan khusus, tetapi ia mengerahkan pengetahuannya ketika melakukan pekerjaannya sebagai seorang petualang, pikirnya.

Adapun bagaimana cara mengalahkan goblin ini, yang ia dengar dari cerita Paula, ia benar-benar menampik semua itu. Bagaimanapun, para petualang cenderung membesar-besarkan suatu hal.

“Lebih dari seratus Goblin? Apa kamu yakin itu bukan sepuluh atau dua puluh? Dan maksudmu Hikaru-kun mengusir mereka? Hmm...” hanya itu yang dia katakan waktu itu. Jadi untuk memastikan dia harus bertanya langsung pada orangnya sendiri saat makan malam adalah apa yang dia pikirkan.

“... Hikaru-kun, apakah ada Pemimpin Goblin?”

“Aku tidak tahu apa sebutan tepatnya, tetapi ada Goblin yang lebih besar dari manajer di sini dan satunya lagi membawa tanduk yang terlihat seperti tangan kanan pemimpin. Aku pikir seluruh gerombolan akan berada dalam kekacauan kalau Bos-nya disingkirkan jadi aku menyerangnya.”

“Jadi kamu benar-benar melakukannya?! Kamu tidak apa-apa, kan?!”

“Aduh.”

“Ah.”

Dia tiba-tiba meraih bahu Hikaru. Apa yang dia lakukan memang sembrono. Jika gerombolan Goblin memiliki seorang pemimpin, guild lokal harus bekerja sama dengan guild kota tetangga untuk membunuhnya. Jika dibiarkan sendiri, mereka mungkin menyerang beberapa desa di pinggiran dan berkembang biak dalam jumlah besar. Itu mirip dengan pengendalian hama. Aturan ketat adalah untuk berurusan dengan mereka sementara kerusakannya masih minimal.

"Aku masih di sini, jelaslah aku tidak apa-apa.”

“B, benar juga. Maafkan aku. Jadi, kamu lolos dengan aman setelah menyerang Pemimpin Goblin. Apa kamu melempar sesuatu ... semacam panah?”

“…ah. Ada tanaman beracun yang tumbuh di dekatnya jadi aku melapisi batu dengan getahnya dan melemparkannya.“

Hikaru berbohong. Dia benar-benar membunuh Pemimpin Goblin. Tetapi dia mungkin tidak akan percaya padanya atau hanya akan menarik perhatian yang tidak diinginkan kalau Hikari berbicara jujur. Jadi dia berbicara dengan sebuah cerita yang dia buat: dia melemahkan Bos dengan racun.

“Kupikir gerombolan tidak akan bubar kecuali aku menyerang Bos. Melawan mereka semua benar-benar bodoh.”

“Itu memang benar.”

“…….“

“……..”

“……..”

Ketiga gadis itu terdiam, menyadari bahwa mereka bodoh karena berusaha melawan para Goblin. Sekali lagi mereka diingatkan betapa cerobohnya mereka dalam melakukannya.

Pia mulai angkat bicara.

“Uh ... Hikaru. Terima kasih banyak telah menyelamatkan kami. Adakah yang bisa kami lakukan untuk membalasmu?” Pia bertanya.

“Kami akan memberimu keperawanan kami.” Priscilla berkata dengan ekspresi kosong.

(TLN: Hohohihe)

“Ide bagus!!!”

“Oh sial. Paula benar-benar menyukainya.” (??)

“Cukup! Kalian hanya menimbulkan masalah bagi Hikaru-kun. Benarkan? Ne, ne, kamu tidak mau, kan?”

Untuk suatu alasan, Jill putus asa meraih lengan Hikaru dan gemetaran.

Yah, kalau itu keperawanan mereka sih... Pikir Hikaru sebelum dia kembali sadar.

“Kalian tidak perlu membalasku kembali. Aku tidak membutuhkannya.”

“Tetapi harus ada sesuatu yang bisa kami lakukan.”

“Kalau begitu aku ingin meminta satu hal pada kalian. Kau juga, Jill-san.”

“Apa?”

Jill memandang Hikaru ketika namanya dipanggil.

“Tolong jangan kasih tahu siapa pun tentang Goblin. Aku hanya ingin menjalani hidupku sebagai seorang petualang dalam damai. Meningkatkan peluangku terlibat dengan petualang lain akan menjadi merepotkan.”

Jill mengangguk dengan wajah misterius, tahu bahwa Hikaru pernah terjerat dengan para petualang lainnya — tidak ada yang lain, karena ulahnya sendiri.

“Aku setuju. Ada juga penyelidikan tentang apa yang para petualang lakukan terhadap kalian para gadis. Dan jika warga mengetahui tentang Goblin, itu hanya akan menambah kekhawatiran mereka. Jadi aku harus meminta kalian untuk jangan sampai memberi tahu siapa pun.”

“Tidak mungkin…”

Aku pikir aku bisa berhubungan fisik dengan pasanganku yang ditakdirkan —— pikir Paula dengan wajah putus asa.

“Baiklah kalau begitu, kita sudah sepakat.” Ucap Hikaru dengan tegas.

Dia merasa sedikit menyesal — bukan itu yang harus aku pikirkan sekarang.

(TLN: Wkwkw dikasih kesempatan nggak mau, eh habis itu nyesel deh)

“Jill-san, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.”

“Oh iya. Kamu memang bilang begitu tadi.”

“Apa para petualang yang akan mengawal ke ibukota sudah ada di Pond?”

“!”

Dia bertanya tentang para petualang yang akan menjaga perjalanan Lavia. Ketiga gadis itu tampak bingung, tidak tahu apa yang dibicarakan Hikaru. Mereka segera menyadari bahwa itu tidak ada hubungannya dengan mereka sehingga mereka melanjutkan makan sambil memberi kesan tentang makanan tersebut.

“Kenapa kamu bertanya tentang ini? Sudah kubilang aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi....”

“Ada staf yang akan kembali malam ini, kan? Aku hanya ingin tahu apakah para petualang itu bersama mereka.”

“Kamu terlalu tajam, Hikaru-kun.”

“Aku hanya bertanya. Tidak lebih, tidak kurang. Mereka pasti petualang yang terampil. Jadi aku hanya tertarik pada mereka.“

“Yah... Aku paham apa maksudmu. Ya, mereka dijadwalkan tiba malam ini.“

“Di luarkan sudah gelap. Gerbang juga ditutup?”

“Para Staf Guild akan diizinkan masuk kalau ada alasan khusus. Sepertinya kedatangan para wanita dari ibu kota sudah agak terlambat, jadi sudah waktunya untuk berangkat dari sana ....”

“Tunggu sebentar. Wanita?”

“Ah, betul sekali. Para petualang yang bertanggung jawab atas pengawalan semuanya adalah empat wanita dalam sebuah party"

Wanita, ya? Aku pikir mereka pasti laki-laki.

Apakah itu karena mereka mengawal seorang gadis? Pikir Hikaru.

“Dan mereka petualang rank B.”

“Buhok!!!”

Pia memuntahkan makanannya.

“B, B, B, B!?”

“Ew.”

“Kotor.“

“Itu menjijikkan, Pia.”

“Jorok.”

“……… Maaf.” Pia meminta maaf.

“Apa B itu luar biasa?” Tanya Hikaru.

“Ya itu ... Di antara para petualang yang ditempatkan di Pond, rank tertinggi adalah D. Kalau aku ingat-ingat lagi, ada satu rank A di ibukota. Selain wanita-wanita itu, hanya ada sepuluh petualang rank B lainnya.”

“... Menurutku sepuluh itu sudah banyak.”

“Fufu. Pernahkah kamu ke ibukota? Populasinya empat puluh atau lima puluh kali lebih banyak dari Pond.”

“Benarkah itu?”

Sebanyak itu? Ia punya ingatan samar Roland tentang ibu kota tetapi kebanyakan ingatan itu dihabiskan di dalam gerbong atau perpustakaan rumah besar.

“Nama party mereka ‘Bintang Empat dari Timur’. Aku belum pernah bertemu mereka, tetapi aku dengar tingkat keberhasilan quest mereka adalah seratus persen.”

Hikaru mengukir informasi itu jauh di dalam otaknya.

Saat itu sekitar jam sepuluh, waktunya untuk mereka berpisah. Di dunia ini jam 10 malam sudah sangat larut dan seluruh tempat akan tertidur kecuali beberapa bar dan beberapa bagian kota.

Lampunya masih menyala.

Hikaru sedang menuju ke Guild Petualang.

Lavia akan dipindahkan besok, tetapi dia tidak tahu persis jam berapa. Jadi dia hanya bisa menyimpan poin Skill dan uang hingga hari ini.

Hal terakhir yang ia butuhkan ialah informasi. Tetapi bahkan jika tidak ada cukup informasi, dia pikir masih mungkin untuk mengatasi krisis selama dia memiliki poin Skill yang tersedia untuk digunakan.

Informasi paling penting yang ia butuhkan ialah para pengawalnya - para petualang yang harus ia kalahkan. Dia sudah mengantisipasi mereka untuk tiba sehari sebelum Lavia dibawa dan karena itu dia harus mendapat informasi tentang mereka saat itu juga. Segalanya berjalan seperti yang direncanakan.

Mari aku lihat, orang macam apa wanita-wanita ini?

Hikaru masuk melalui pintu belakang. Kebetulan tidak dikunci. Dia segera menemukan ruangan di mana orang-orang itu berada karena itu adalah satu-satunya tempat di mana suara-suara dapat terdengar. Tidak lupa, ia mengaktifkan semua Skill Stealth-nya.

“Ha ha. Anda terlalu khawatir, Guildmaster.”

Yang tertawa adalah pria yang tegap. Seorang wanita cantik yang tampak kelelahan berdiri di sampingnya. Mereka adalah staf guild - submaster dan resepsionis - yang datang ke ibukota.

“Kaulah yang aneh karena tidak ada sedikit pun rasa khawatir walaupun sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.” Jawab Unken.

Tebakan Hikaru benar. Orang tua itu adalah guildmaster.

“Ah ... Nama party kalian apa...”

“Bintang-bintang Yang Jauh Berkilauan. Aku ingin kau tahu bahwa aku adalah rank C. Kau harus bersyukur kami bahkan datang jauh-jauh ke kota biasa-biasa saja ini.”

Pria yang berbicara dengan tak sopan adalah seorang petualang yang tampaknya berusia tiga puluhan. Mereka bertiga. Dan apa yang menarik perhatian Hikaru ialah suara yang terdengar pria.

Dia menguping dari koridor. Ada kemungkinan besar dia tidak diperhatikan jika dia masuk, tetapi dengan adanya petualang rank B dan empat poin Unken pada Instinct, dia tidak bisa mengambil risiko.

“Bagaimana kalian bertiga akan mengawalnya? Aturannya harus ada setidaknya empat orang - setidaknya satu orang untuk setiap arah.”

“Ano, pak tua. Kami kan rank C. Belum pernah aku dengar ada petualang Rank C disergap oleh bandit di jalan. Bahkan kalau kami disergap, kami bisa mengatasi mereka. Kalaupun entah bagaimana gadis itu kabur, bagaimanapun juga dia tidak bisa pergi jauh.”

Hikaru ingat apa yang dikatakan Jill.

Nama party itu adalah "Bintang Empat dari Timur", terdiri dari empat wanita, dan mereka semua rank B. Informasi yang ia dapatkan berbeda. Mungkin semacam masalah terjadi yang mencegah datangnya Bintang Empat. Dan apa yang Unken khawatirkan adalah itu ...

“………”

“Kami bukan pengganti gadis-gadis Timur itu. Orang bilang kami lebih terampil dari mereka. Tapi ada apa dengan sikap ini? Kami akan kembali ke ibukota lagi, kalau begitu.”

“Itu akan jadi masalah, jadi tolong tetap tinggal.” Pinta Submaster itu dengan ramah sambil menggosok tangannya bersama.

“Lalu kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?”

“Ya pak. Kami punya tempat yang disediakan khusus untuk Anda.”

“Tunggu. Pekerjaan pengawalan adalah besok dan kalian akan bermain malam ini?”

Guildmaster, saya yakin Anda tidak keberatan jika mereka pergi sekitar tengah hari. Jika mereka pergi sekitar waktu itu, mereka akan tiba di ibukota pada malam hari.”

“………”

“Itu dia. Ayo pergi, Nogusa-sama.”

"Ou. Tempatnya juga harus bagus ya.”

“Iya itu....”

Ketiga pria itu pergi bersama dengan submaster.

Hikaru segera menjauhkan diri dari pintu. Mereka keluar tanpa memperhatikannya sama sekali. Dia mengintip cepat ke dalam sebelum pintu ditutup untuk melihat hanya Unken dan resepsionis yang tersisa di ruangan. Hikaru belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. Dengan lembut, dia menekan telinganya ke pintu hanya untuk memeriksa apakah ada informasi yang mungkin dia lewatkan. Apa yang dia dengar adalah Unken menghela nafas panjang.

“Sungguh menyedihkan ... Apa yang terjadi dengan guild di ibukota?”

“Iya ... benar. Rupanya guild berusaha menaikkan peringkat petualang mereka sebanyak mungkin karena perang sehingga jika kerajaan meminta pria, mereka bisa mendapatkan lebih banyak uang.”

“Aku merasa kasihan ...”

Resepsionis hanya menghela nafas. Setelah itu, mereka berbicara tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Setelah topik penting selesai, Hikaru pergi.

Ini bagus.

Keberuntungan ada di pihak Hikaru. Sudah cukup beruntung bahwa kualitas mereka yang menurun. Bahkan rank mereka satu tingkat lebih rendah. Hikaru berdiri hanya dalam jarak lima meter dari tiga orang itu dan memeriksa Soul Board mereka. Berikut adalah statistik dari Pria bernama Nogusa:

【Soul Board】 Nogusa Garage
Age: 31 Rank: 38
33

【Vitality】
..【Natural Recovery】2
..【Stamina】2
..【Immunity】
….【Magic Immunity】1
….【Disease Immunity】1
….【Toxic Immunity】1
..【Perception】
….【Hearing】1
【Magical Power】
..【Mana】2
..【Spirit Affinity】
….【Earth】3
【Physical Strength】
..【Strength】6
..【Weapon Mastery】
….【Sword】4
….【Armor】2
【Willpower】
..【Mental Strength】4
【Intuition】
..【Instinct】1
..【Detection】
….【Life Detection】1

Dia pasti seorang ahli pedang sihir. Dia punya satu poin di Life Detection, tetapi itu belum cukup untuk melihat Hikaru. Dua lainnya memiliki statistik yang sama juga. Untuk mengumpulkan informasi terakhir yang dia butuhkan, Hikaru menuju ke kota yang diselimuti malam.

Misi penyelamatan dimulai besok.

Related Posts

Posting Komentar